Mohon tunggu...
Muhammad Afandi Helmi
Muhammad Afandi Helmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Doing better

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030061

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Wayang Santri Ki Enthus Susmono pada Era Digital

30 Juni 2021   20:20 Diperbarui: 30 Juni 2021   21:04 1959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyandang predikat sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menjadikan Indonesia memiliki beragam budaya. Budaya yang berkembang di Indonesia tentunya memiliki ciri khasnya masing-masing di setiap daerah. Salah satu budaya yang cukup terkenal di Indonesia bahkan di mancanegara yaitu kesenian wayang. Kesenian wayang merupakan budaya asli Indonesia yang telah dikenal sejak abad ke-10 dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Pada awalnya, kesenian wayang hanya dijadikan sebagai penampilan dalam acara pemerintahan atau ritual keagamaan. Namun, kini fungsinya telah bergeser sebagai acara hiburan dengan perpaduan berbagai unsur seni yang ada. Wayang yang berkembang di Indonesia cukup banyak jenisnya. Salah satunya yaitu wayang yang berkembang di daerah Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Kabupaten Tegal memiliki kesenian wayang santri dengan tokoh utamanya Lupit dan Slentheng.

Tokoh utama ini diciptakan oleh dalang kondang Ki Enthus Susmono yang sekaligus sebagai pencipta wayang santri. 2 Sebenarnya, wayang yang digunakan Ki Enthus Susmono adalah jenis wayang golek pada umumnya, hanya saja diubah namanya menjadi wayang santri karena isi pementasannya lebih kepada dakwah ajaran islam. Meskipun wayang merupakan budaya yang masih mampu bertahan hingga saat ini, tidak bisa dipungkiri juga bahwa keberadaannya mulai tergeser oleh berbagai media hiburan lain yang lebih modern.

Saat ini, banyak teknologi modern yang membuat manusia bisa mendapatkan hiburan tanpa harus keluar rumah. Hal tersebut menjadikan mereka lebih memilih menghabiskan waktu di rumah dengan bermain gadget daripada harus keluar untuk menikmati seni pertunjukan wayang yang panjang dan menghabiskan waktu semalaman, serta cenderung membosankan. Berdasarkan permasalah inilah penulis terinspirasi untuk meneliti perkembangan budaya kesenian wayang santri Ki Enthus Susmono dan pemajuannya di Kabupaten Tegal dalam era digital.

Salah satu jenis wayang yang berkembang di Indonesia yaitu wayang santri. Secara bentuknya, wayang santri sebenarnya termasuk dalam kategori wayang golek. Wayang santri dapat diartikan sebagai salah satu jenis 6 pertunjukan wayang yang berbentuk boneka dan terbuat dari kayu serta dihiasi oleh kostum sesuai karakternya. Wayang santri merupakan sebuah bentuk inovasi dalam dunia pewayangan yang diciptakan oleh dalang nyleneh asli Tegal yaitu Ki Enthus Susmono pada tahun 2006. Dalam pementasannya, tokoh yang paling terkenal dan sering muncul dalam wayang santri Ki Enthus Susmono adalah tokoh Lupit dan Slentheng. Karakteristik tokoh Lupit dan Slentheng ini merupakan cerminan masyarakat tegal pada umumnya. Jika dilihat dari segi bahasanya, istilah "santri" dalam wayang santri merupakan imbuhan yang diberikan oleh pencetusnya, yaitu Ki Enthus Susmono. Hal tersebut mengandung arti bahwa Ki Enthus Susmono bukanlah kyai atau ulama sehingga ilmu yang dimilikinya masih bisa dibilang dangkal. Oleh karena itu, di setiap pementasan wayang santri yang banyak mengandung nilai-nilai ajaran islam, Ki Enthus Susmono lebih menekankan kepada "mengaji bersama", bukan untuk menggurui siapapun. Konsep "mengaji bersama" inilah yang kemudian menjadikan Ki Enthus Susmono siap dikoreksi oleh para kyai atau ulama apabila terdapat kesalahan dalam penyampaiannya.

Secara umum, kesenian wayang santri sebagai salah satu kebudayaan yang berkembang di Kabupaten Tegal memang masih cukup eksis hingga sekarang. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaanya mulai terancam akibat masifnya perkembangan teknologi informasi. Selain itu, sejak awal kemunculannya, kesenian wayang santri memang kurang mendapatkan dukungan oleh para generasi muda seperti kebudayaan lainnya. Pementasan wayang santri biasanya lebih banyak dihadiri oleh kalangan orang tua dan hanya sedikit para generasi muda yang mau hadir untuk menyaksikannya. Para generasi muda di masa sekarang ini lebih memilih duduk santai sambil bermain gadgetnya di rumah. Hal ini karena pementasan wayang santri dianggap 8 membosankan dan perlu menghabiskan waktu semalaman untuk menyaksikannya.

Kesenian wayang santri yang diciptakan oleh Ki Enthus Susmono telah mengalami banyak perkembangan sejak awal kemunculannya. Ki Enthus Susmono yang dikenal sebagai dalang nyleneh selalu berinovasi sehingga membuat wayang santri berbeda dengan pementasan wayang pada umumnya. Wayang santri hasil ciptaan Ki Enthus Sumono ini banyak meninggalkan pakem-pakem dalam pewayangan.

Pada umumnya, pementasan kesenian wayang menggunakan bahasa Jawa medok seperti yang digunakan di daerah Yogyakarta, Semarang, dan sekitarnya. Namun, seiring perkembangan zaman, bahasa yang digunakan dalam pementasan wayang lebih ekspresif dan tidak terpaku pada bahasa tertentu. Hal ini dapat dilihat dalam pementasan wayang santri yang berkembang di Kabupaten Tegal. Wayang santri mempunyai ciri penggunaan dialek ngapak khas Tegalan. Hal ini dilakukan agar masyarakat lebih mudah memahami alur dan pesan yang ingin disampaikan oleh dalang. Selain itu, penggunaan dialek ngapak khas tegalan juga dilakukan sebagai inovasi 9 agar pementasan wayang santri tidak terkesan monoton dan membosankan.

Keberadaan wayang santri yang masih ada hingga sekarang ini tentunya banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukung. Salah satu faktor pendukung kesenian wayang santri yang diciptakan oleh Ki Enthus Susmono yaitu kesenian ini sudah banyak mendapat pengakuan dan dukungan dari masyarakat dan pemerintah. Hal ini diperkuat juga dengan posisi Ki Enthus Susmono yang pada saat itu menduduki posisi strategis sebagai Bupati Tegal. Selain itu, inovasi-inovasi baru yang dimunculkan dalam setiap pementasannya juga membuat wayang santri disambut baik di dunia nasional maupun internasional. Hal ini tentunya bisa membuka jalan bagi kesenian wayang santri untuk bisa lebih berkembang lagi.

Selain faktor pendukung, ada juga faktor penghambat yang menjadikan kesenian wayang santri sulit berkembang. Faktor penghambat utama dalam kesenian wayang santri sebagai kebudayaan tradisional yaitu perkembangan teknologi yang begitu cepat. Perkembangan teknologi ini menggeser kesenian tradisional dengan kecanggihannya yang menyediakan banyak fasilitas-fasilitas baru. Faktor penghambat lain bagi kesenian wayang santri ini yaitu adanya pihak yang kontra terhadap pementasan wayang santri. Hal ini disebabkan karena pementasan wayang santri banyak menggunakan kata-kata kasar. Sebenarnya jika dilihat lebih jauh lagi, penggunaan bahasa disetiap pementasan wayang santri merupakan bahasa yang umum digunakan oleh masyarakat Tegal. Bahkan, bahasa tersebut biasanya digunakan sebagai simbol keakraban antar individu. Namun, hal ini bisa disalah artikan oleh orang yang bukan penduduk asli Tegal karena dianggap kasar. Selain itu, masih melekatnya nama dan gaya penampilan Ki Enthus Susmono yang khas dan tidak tertandingi juga bisa menjadi faktor penghambat bagi kesenian ini. Bahkan, setelah wafatnya Ki Enthus Susmono pun belum ada yang mampu menyaingi kemampuannya. Kini, wayang santri seolah mulai redup kembali. Adapun, putra-putri Ki Enthus Susmono masih dalam tahap belajar dalam memulai karirnya untuk meneruskan jejak sang ayah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun