Mohon tunggu...
Muhammad Afandi Helmi
Muhammad Afandi Helmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Doing better

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030061

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jeritan Pedagang Rest Area Banjaratma di Masa Pandemi

24 Juni 2021   08:23 Diperbarui: 24 Juni 2021   08:49 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu menu andalan disini (dokpri)

Pandemi Covid-19, berdampak besar ke semua sektor. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan, pendapatanya berkurang, usahanya gulung tikar, dan berbagai macam dampak lainnya yang sangat berpengaruh dalam kehidupan. Tak terkecuali yang dirasakan oleh Ibu Ismi. Beliau adalah salah satu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang ada di Rest Area Banjaratma, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.

Pada masa pandemi seperti sekarang ini, dampaknya sangat terasa bagi para pelaku UMKM di Rest Area Banjaratma. Bagaimana tidak, pengunjung yang awalnya ramai mengunjungi rest area ini, sekarang menjadi sepi, ditambah dengan berbagai kebijakan pemerintah seperti PSBB dan PPKM. Disisi lain, pengelola tidak memberikan keringanan dan tetap memberikan harga sewa lapak seperti biasanya yang sangat tidak masuk akal bagi para pedagang UMKM. Sebelum pandemi, Ibu Ismi bisa meraup keuntungan yang sangat besar dalam satu hari. Namun, omzetnya kini turun drastis hingga 75 persen.

Menurut penuturan Ibu Ismi, beliau berjualan di rest area ini sejak awal pembukaan pada bulan Maret tahun 2019. Sebelum berjualan di rest area, Ibu Ismi hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang mengurus ketiga anaknya. Sementara, suaminya hanya bekerja sebagai tukang servis mesin jahit. "Saya berjualan di rest area ini untuk menambah penghasilan keluarga, Mas. Apalagi anak saya yang pertama tahun ini masuk kuliah," tutur Ibu Ismi.

Wawancara dengan Ibu Ismi (dokpri)
Wawancara dengan Ibu Ismi (dokpri)
Ibu Ismi memberi nama lapaknya "Oke Maju Jaya (OMJ)", termasuk ke dalam UMKM berjenis reseller, yang mana beliau menjual berbagai macam oleh-oleh khas Brebes, seperti bawang merah, telur asin, dan lain sebagainya. Beliau membeli atau mendapat titipan dari para produsen UMKM, kemudian dijual kembali oleh Ibu Ismi di lapaknya. "Kebanyakan para produsen menitipkan barangnya ke saya, Mas. Kemudian, kalau laku baru saya setor ke mereka, tetapi ada juga yang maunya dibayar langsung. Jadi, sama saja seperti saya beli ke mereka terus saya jual kembali," ujar beliau.

Ibu Ismi juga menambahkan bahwa terkadang ada beberapa barang dagangan yang tidak laku berbulan-bulan sampai membusuk, seperti telur asin, karena menurutnya kalau untuk barang dagangan seperti telur asin tidak bisa tahan begitu lama, paling hanya dua minggu sampai satu bulan.

Ibu Ismi melanjutkan, "Ya kalau ada dagangan yang ngga laku berbulan-bulan, apalagi sampai membusuk saya yang rugi, Mas. Makanya, saya lebih baik dititipi saja, jadi kalau tidak laku bisa diambil pemiliknya lagi. Kalau harus beli saya tidak ambil banyak-banyak paling hanya sedikit yang penting laku, saya sangat bersyukur."

Daftar menu masakan (dokpri)
Daftar menu masakan (dokpri)
Salain berjualan berbagai macam produk oleh-oleh khas Brebes, beliau juga berjualan berbagai makanan berat untuk para pengunjung atau pemudik, seperti sop iga, gulai kambing, sate kambing, tongseng, sate maranggi, empal gentong, mie godog jawa, mendoan, dan lain sebagainya. Selain itu, lapak Ibu Ismi juga menyajikan berbagai makanan khas Tegalan, seperti, tahu aci, nasi lengko dan juga minuman andalan khas Kota Tegal, yaitu teh poci.

"Ya.. untung saja saya bisa masak berbagai makanan, jadi semua menu saya masak sendiri, paling cuma butuh satu sampai dua karyawan buat bantu-bantu. Coba saya tidak bisa masak, pasti saya harus mempekerjakan tukang masak. Otomatis pengeluaran saya juga nambah, Mas. Sedangkan, saat ini pengunjung sepi," tutur Ibu Ismi.

Pada saat pertama kali berjualan di rest area, Ibu Ismi bisa meraup keuntungan jutaan rupiah per harinya, bahkan saat lebaran tahun 2019 beliau dapat memperoleh laba hingga puluhan juta rupiah. Menurutnya, pada waktu itu pengunjung sangat ramai hingga beliau sampai harus menambah dua karyawan lagi untuk membantunya. "Saat lebaran 2019 itu pengunjung Rest Area Banjaratma ini banyak sekali, apalagi pada waktu itu rest area ini baru dibuka, jadi pemudik banyak yang datang kesini karena mungkin penasaran sama tempatnya," ujar beliau.

Salah satu menu andalan disini (dokpri)
Salah satu menu andalan disini (dokpri)
Namun, semua itu berubah ketika pandemi datang. Penjualan menurun drastis, para pengunjung yang awalnya ramai berubah menjadi sepi. "Waktu 3 bulan pertama pandemi itu loh, Mas. Pengunjung sepi banget, sehari paling ngga ada 50 orang yang datang," ungkapnya.

Meskipun penjualan para pelaku UMKM di Rest Area Banjaratma mengalami penurunan yang signifikan, pengelola tetap memberlakukan biaya sewa kepada para pedagang. Padahal, pada awal dibukanya rest area ini para pengelola menggratiskan biaya sewa selama setahun. Namun, pada bulan April 2020, pengelola justru membebankan biaya sewa kepada pedagang. 

Maka dari itu, banyak pedagang yang menjerit. Bagaimana tidak, pengelola membebankan biaya sewa sebesar 10 juta rupiah per lapak setiap bulannya. 

"Banyak pedagang yang menjerit karena tidak sanggup bayar, Mas. Sudah pengunjungnya sepi, harga sewanya malah mahal. Harusnya dari pengelola memberikan keringanan atau gimana gitu, biar kita para pedagang tidak terlalu keberatan mikir sewa lapak setiap bulannya, Mas. Terus kasihan juga mereka yang modal usahanya dari hutang, setiap bulan harus mikirin cicilannya," kata Ibu Ismi.

Biaya sewa yang mahal menyebabkan harga makanan di rest area juga ikut mahal. Selain para pedagang harus memikirkaan biaya sewa yang mahal, beberapa pedagang juga harus memikirkan gaji untuk karyawannya yang harus dibayar.

"Pendapatan saya berdagang yang awalnya sehari dapat sekitar 2 juta rupiah, sekarang paling cuma Rp 250 ribu per hari. Belum buat sewa lapak, belanja, sama bayar karyawan. Walaupun gaji karyawan disini rata-rata cuma 1 juta, tapi itu juga harus dipikir," tambahnya.

Kendati demikian, Ibu Ismi berharap pandemi bisa cepat selesai dan beliau bersama pelaku UMKM lainya dapat melanjutkan usahanya seperti sedia kala. Dengan demikian, para pedagang di rest area dapat memenuhi kebutuhan keluarganya tanpa harus pusing memikirkan biaya sewa setiap bulanya.

Ibu Ismi berpesan kepada para pelaku UMKM lainya untuk terus bertahan dan bangkit dari pandemi ini serta tidak putus asa akan keadaan. Beliau meyakini bahwa rezeki sudah ada yang mengatur, kita hanya dapat berusaha, bertawakal, serta mensyukuri apa yang ada dan kita jalani sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun