Pembangunan infrastuktur yang gencar dilakukan pemerintah membuat masyarakat semakin nyaman dan mudah untuk menunjang dalam melakukan segala aktifitas. Tak terkecuali pembangunan jalan tol yang dilakukan terus menerus oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo guna melancarkan mobilitas masyarakat maupun barang dan jasa untuk segera mencapai ke kota tujuan, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Salah satu jalan tol yang pernah menjadi perhatian masyarakat adalah jalan Tol Pejagan-Pemalang seksi 1 dan 2 (Ruas Pejagan-Brebes Timur atau Brexit). Jalan tol yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia ke-7 Joko Widodo pada Hari Kamis, tanggal 16 Juni 2016 pernah menjadi sorotan publik dikarenakan kemacetan horor saat arus mudik 2016. Terlepas dari hal itu, Jalan Tol Pejagan-Pemalang mempunyai rest area  yang besar dan megah yaitu Rest Area Banjaratma.
Rest Area Banjaratma berada di ruas jalan Tol Pejagan - Pemalang tepatnya di KM 260 B, desa Cipugur, Banjaratma, Kec. Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Rest Area yang baru diresmikan pada 17 Maret 2019, ini menjadi tempat favorit bagi para pengendara untuk melepas lelah ataupun sengaja berhenti untuk menikmati keunikan dari rest area ini. Â
Bukan tanpa sebab, karena Rest Area Banjaratma ini berdiri di tanah bekas Pabrik Gula Banjaratma yang didirikan pada tahun 1908 oleh perusahaan perkebunan yang berpusat di Amsterdam, Belanda, NV Cultuurmaatschappij. Pabrik yang berdiri di atas lahan seluas 10,5 hektare ini mulai beroperasi pada tahun 1913.Â
Dahulu, keberadaan pabrik ini menjadi pembuka lapangan kerja bagi warga sekitar karena komoditas produksi gula pada masa Hindia Belanda sangat besar, sampai di ekspor ke luar negeri.Â
Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 membuat pengelolaan pabrik gula ini harus diambil alih pemerintah Indonesia, yang mana hal ini mempengaruhi produksi dan kelangsungan pabrik gula yang ada di Pulau Jawa.Â
Biaya sewa lahan yang tinggi menyebabkan pasokan tebu sebagai bahan baku utama menurun, ditambah lagi biaya operasional yang tinggi serta hasil produksi gula yang semakin menurun membuat Pabrik Gula Banjaratma ini tutup pada tahun 1998 setelah melakukan produksi gula terakhir pada tahun 1997.Â
Penutupan Pabrik Gula Banjaratma kemudian diikuti dengan pengosongan tempat-tempat maupun barang yang ada di dalam maupun di lingkungan pabrik gula, Hingga mesin dan peralatan yang masih bisa digunakan dipindahkan ke pabrik gula lain yang masih beroperasi untuk nantinya dijadikan suku cadang.
Walaupun sempat mendapat penolakan dari masyarakat sekitar, akhirnya pemerintah memugar dan menyulap menjadi rest area yang megah nan indah dengan tetap mempertahankan bangunan bentuk asli dari pabrik gula seperti dinding yang menggunakan batu bata asli dengan sisa-sia tembok putihnya serta mempertahankan nilai-nilai sejarah yang ada di dalamnya karena bangunan ini juga termasuk cagar budaya, seperti contohnya, pengelola tetap mempertahankan bekas lokomotif uap jadul yang dahulu digunakan untuk mengangkut tebu serta dua mesin bekas penggiling tebu menjadikan spot foto yang yang klasik dan instagramable bagi para kaum milenial.