Kebijakan asimilasi, misalnya kepada keturunan Tionghoa, mempertegas pemikirannya bahwa perbedaan harus dihilangkan demi tercapainya identitas negara Indonesia. Kebijakan pembauran antar sesama yang bertujuan untuk membuat orang-orang yang dianggap berbeda menjadi sama dengan kita pribumi atau mempribumikan semua orang yang dianggap asing. Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) seperti dapat dilihat dari berbagai perspektif pemikirannya, memaknai Bhineka Tunggal Ika sebagai pluralisme dan multikulturalisme.Â
Sedangkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengartikan Bhineka Tunggal Ika bukan sebuah persamaan melainkan sebagai sebuah persatuan. Sedangkan menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi) memaknai Bhineka Tunggal Ika sebagai persatuan dan kesamaan. Pendapat Jokowi ini sangat mendasar, terutama berkaitan dengan sejarah bangsa ini. Pluralisme agama dan etnik sudah ada sebelum bangsa Indonesia lahir, yang mana diperjuangkan oleh berbagai aktivis dari berbagai suku dan agama, yang bertujuan untuk membangun kesejahteraan dan keadilan secara merata dan bersama-sama.Â
Negara Indonesia melalui pemerintah telah melakukan pemberikan jaminan kepada seluruh warga negaranya dalam menjamin hak serta mengharapkan agar dapat terciptanya sikap toleran pada setiap lapisan masyarakatnya, misalnya dalam UUD 45, Pasal 29 menjelaskan bahwa negara menjamin kebebasan setiap warga negaranya untuk memeluk agamanya serta beribadah menurut kepercayaan  agamanya masing-masing.
Karena Indonesia adalah bangsa yang multiagama, maka diperlukan pengelolaan kerukunan bagi umat beragama secara baik agar dapat menciptakan persatuan bangsa, sehingga dapat mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh warga negara. Sebab, kerukunan antar umat beragama merupakan pondasi yang penting bagi kerukunan antar warga. Agama yang digunakan sebagai pedoman dalam berperilaku dapat mengarahkan penganutnya untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain, tetapi seringkali kenyataan menunjukkan sebaliknya, para penganut agama lebih mengedepankan sikap emosional.
Oleh karena itu, kesimpulan yang dapat diambil dari kalimat diatas yaitu Indonesia adalah negara yang memiliki beragam suku, agama, budaya, maupun bahasa. Keragaman itu dapat disatukan dalam satu semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika, namun dengan banyaknya keragaman yang dimiliki, menjadikan salah satu faktor yang dapat menjadikan perpecahan bagi bangsa Indonesia. Kentalnya istilah "kami" dan "mereka" menjadikan perbedaan sulit untuk dipersatukan.Â
Pada tahun terakhir, kasus intoleran di Indonesia semakin sering terjadi seiiring dengan meningkatnya sikap Intoleransi dalam diri masyarakat. Munculnya sikap intoleransi menjadi ancaman yang harus diantisipasi oleh pemerintah maupun seluruh elemen masyarakat. Meningkatkan toleransi sangat penting untuk menjaga kesatu bangsa. Dengan adanya toleransi yang terjaga kuat, keragaman Indonesia bukan menjadi suatu ancaman melainkan menjadi kekayaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI