Setelah Joko Widodo mengkonfirmasi pertama kali kasus COVID-19 di Indonesia, tepatnya pada senin 2 Maret 2020 lalu, kasus corona di Indonesia tidak kunjung menurun, bahkan selalu terjadi peningkatan setiap harinya.
Saat itu presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua orang warga Indonesia terjangkit virus corona wuhan, tepatnya di kota Depok, Jawa Barat yakini seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya yang berusia 31 tahun.Â
Kasus pertama corona tersebut diduga karena keduanya menjalin kontak dengan warga negara Jepang yang yang masuk ke Indonesia pada sebuah klub dansa di Jakarta, pada 14 Febuari 2020. Dua orang tersebut yang kemudian disebut sebagai pasien 1 dan 2. Dari saat itulah, awal perjalanan panjang dan perjuangan masyarakat bangsa Indonesia dalam melawan virus corona atau COVID-19.
Berbeda dengan kebanyakan negara yang lainnya yang melakukan tindakan preventif, sejak awal masuknya COVID-19, Indonesia tidak pernah memberlakukan lockdown atau penutupan total, tetapi pemerintah lebih memilih melakukan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB), yang kini sudah beralih menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sekala mikro.Â
Kebijakan ini yang membuat sebagian orang menyayangkan atas tindakan yang dilakukan pemerintah dengan tidak memberlakukan lockdown atau penutupan total termasuk menutup pintu masuk internasional.Â
Pemerintah sebagai pemangku kebijakan dinilai lamban untuk mengambil sikap terkait persebaran virus corona yang ada di Indonesia, sehingga persebaran virus COVID-19 di Indonesia semakin hari semakin meningkat.
Hari ini, tepat satu tahun sudah pandemi virus COVID-19 berjalan di Indonesia. Pandemi virus corona ini menimbulkan dampak yang besar bagi masyarakat.Â
Krisis kesehatan dan ekonomi membuat aktivitas menjadi terbatas, mulai dari kegiatan bekerja hingga sekolah harus dilakukan dari rumah, mobilitas masyarakat ke luar rumah yang harus dibatasi, mewajibkan protokol kesehatan dengan 3M, ancaman resesi ekonomi, hingga gugurnya garda terdepan dalam penanganan virus corona yakini dokter dan tenaga kesehatan.
Hal ini tidak membuat pemerintah tinggal diam. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meredam dampak dari pandemi COVID 19 di berbagai sektor, baik pusat maupun daerah, untuk mengatasi persoalan pandemi ini. Mulai dari pemberian Pembentukan Gugus Tugas Penanganan COVID-19, yang kemudian berganti nama menjadi Satgas COVID-19, yang diketuai oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, Bantuan Sosial (bansos) untuk masyarakan yang terdampak pandemi, melarang mudik saat lebaran, memberlakukan Pembatasan Sosial Bersekaala Besar (PSBB), menutup pintu masuk domestik dan internasional, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga pemberian vaksin demi mencegah bertambahnya penularan virus corona ini, tetapi semua itu tidak dapat teratasi tanpa adanya kesadaran dan kerja sama dari masyarakat.
Hampir seluruh sektor terdampak pandemi COVID 19 ini, bukan hanya sektor kesehatan saja, tetapi sektor ekonomi pun tak luput dari dampak yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 ini. Laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II Agustus 2020 mengalami penurunan sebesar 5,32 persen.Â
Padahal sebelumnya, pada kuartai I 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat sebesar 2,87 persen. Selain itu sektor pendidikan pun tak luput dari dampak yang disebabkan virus corona ini. Pembelajaran yang awalnya hanya dijadwalkan untuk belajar di rumah selama 2 minggu, kini menjadi satu tahun lamanya.