Mohon tunggu...
A Faisal Ubaidillah Karebet
A Faisal Ubaidillah Karebet Mohon Tunggu... Akuntan - Mung larahan

Mahasiswa Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pandangan Plato terhadap Sistem Idealisme Bernegara

15 Januari 2021   09:12 Diperbarui: 15 Januari 2021   09:27 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pandangan plato terhadap Sistem Idealisme Bernegara

Ahmad Faisal Ubaidillah

Pendahuluan 

Idealisme menurut plato sutu fikiran di mana akal fikiran itusendiri menjadi suatu dasaran untuk berfikir lebih kepada kebenaran dan pengetahuan, faham ini menginginkan pemikiran dan ide terbaik, secara kelembagaan akan di dominasi dari kependidikan untuk menuju sutu pemikiran yang idealisme dari akal fikiran. 

Aliran idealisme meyebut bahwa pengetahuan tidak bisa di dapat dari panca indra karena bersifat nyata, menurut plato '' kita tidak dapat memperoleh pengetahuan sejati apabila melihat hal yang berubah_ubah'' dan plato mengatakan sesuatu pengetahuan sejati bisa di dapat apabila akal fikiran bisa menerima hal yang sudah di akui oleh fikiran itu sendiri, dengan kata lain akal fikiran bisa menerima pengetahuan tanpa ada kata tapi dari objek yang di lihat. 

Pembahas 

Teori plato tentang pegetahuan kepemimpinan di kembangkan dan di kaitkan dengan etika, bagi seorang filsuf seperti plato menentukan sebuah perhatian kepada kebahagiaan manusia dengan kehidupan sebenar_benarnya baik bagi manusia, sangat penting dalam menentukan sifat dan fungsi negara yang sebenarnya. jika semuanya warga negara adalah orang_orang yang bermoral jahat tidak mungkin menjadi negara yang baik, sebaliknya apabila kepemimpinan dalam bernegara secara moral idealisme menentukan segalanya. masing masing warga atau masyarakatnya akan mendapati diri bahwa meraka tidak mampu dalam menjalai dalam bernegara secara kepemimpinan yang berkuasa. 

Plato bukanlah orang yang menerima anggapan bahwa suatu moralitas ada satu di dalam individualisme masing masing, dan yang lain untuk kepemimpinan dlam bernegara. negara terdiri dari manusia individu, dan ada untuk memimpin kehidupan yang baik. ada kode moral absolude yang mengatur semua orang dan negara, kebijaksanan dalam memimpin harus menekuk lutut ke kanan(kebenaran). implikasi yang jelas dari hal ini adalah bahwa prinsip_prinsip keadilan sama untuk individu dan negara, jika individu menjalani itu untuk bernegara, maka keadilan di tentukan oleh idealisme, maka yang jelas indivudu dan negara tidak dapat di bebaskan dari kode keadilan yang abadi. 

sekarang, bahwa tidak semua anggapan konstitusi aktual, atau setiap pemeimpin atau pemerintah mewujudkan prinsip keadilan yang ideal. tetapi dalam negara yang mengunakan sisitem republik. plato tidak peduli untuk membentuk system negara empiris yang di tetapkan oleh pemerintah atau pemimpin negara yang seperti apa negara tersebut seharusnya. ia menetapkan dirinya untuk menemukan negara yang idealisme. pola yang menentukan negara aktual sendiri, dan sejauh mungkin. tetapi tujuanya umumnya adalah tetap menggambarkan norma atau idealisme, jika negara empiris tidak sesuaidengan yang idealisme itu, maka jauh lebih buruk dari negara empiris tersebut. 

plato sangat yakin bahwa kenegarawanan seharusnya adalah ilmu yang di miliki oleh kenegarawaan tersebut. maka harus mengetahui tentang negara tersebut. dan bagai mana kehidupanya yang sebenarnya di dalam negara tersebut, jika tidak mengetahui ia bveresiko membawa negara tersebut dan masyarakatnya ke kapal yang karam dan membuktikan bahwa dia bukan seseorang negarawaan tetapi politisi yang ceroboh. 

Penutup 

Negara ada karena untuk melayani keingginan masyarakatnya. karena masyarakat tidak independent antara satu dengan yang lain. tetapi membutuhkan bantuan dari kerja sama antara orang lain dalam produksi kebutuhan hidup. karena itu meraka mengumpulkan rekn kerja dan pembantu di satu tempat tringgal dan memberikan tempat tinggal itu dengan sebutan " kota''. dengan kata lain tujuan kota adalah untuk memperoleh kebutuhan ekonomi dan diri sendiri mengikuti prinsip yang di tetapkan oleh pemimpin negra atau kepemerintahan negara tersebut, plato menunjukkan bahwa ilmu politik adalah ilimu kerajaan dan di pegang penuh oleh raja, taidak dapat identic dengan seni umum atau seni hakim.

Seni ini menggunakan metode Menteri, jedral, bertindak penuh sebagai Menteri penguasa dan hakim menentukan keputusan sesuai dengan hukum yang di tetapkan oleh legislator. oleh karena itu kepemimpinan dalam bernegara, ilmu kerajaan yang paling unggul dari semua seni kepemimpinan. dan dapat di definisikan oleh plato sebgai ilmu umum yang menguasai meraka semua, dan benar benar menjalani semuanya yang ada di negara. dan idealismenya adalah '' bahwa penguasa harus membuat sebuah undang_undang untuk setiapcontoh. dalam kepemimpinan yang idealisme plato menegasakan bahwa undang_undang harus di ubah atau di modifikasi sesuai dengan keadaan. tetapi karena harus membutuhkan pengetahuan dan kopetensi ilahi dan bukan manusia, kita harus puas dengan keadaan yang kedua yakni dengan hukum, oleh karena itu pemimpin yang idelis harus menjalankan dengan cara hukum yang sudah ada dan tetap, dan harus berdaulat mutlak, dan orang yang melanggar harus menjalani hukum yang sudah di tetaplan oleh negara tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun