Mohon tunggu...
Afaf Khairunnisa
Afaf Khairunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Suka belajar sejarah

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Sehat

Bonus Demografi dan Ancaman Stunting

11 Agustus 2022   07:50 Diperbarui: 11 Agustus 2022   08:02 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 2030, Indonesia diperkirakan akan menghadapi  bonus demografi, yakni kondisi dimana penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan penduduk usia non produktif. Dari hasil Sensus Penduduk  2020, BPS mencatat, mayoritas penduduk Indonesia didominasi oleh generasi Z dan generasi milenial. Proporsi generasi Z sebanyak 27,94 persen dari total populasi dan generasi milenial sebanyak 25,87 persen.

Kualitas generasi muda inilah yang akan menjadi potret bangsa ini. Mereka memegang kekuatan yang sangat besar untuk masa depan, sehingga mereka menjadi harapan untuk menyelesaikan problem bangsa bahkan dunia.

Namun, harapan ini dibayang-bayangi dengan angka stunting yang tinggi. Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban stunting yang tinggi yakni 24,4 persen. Salah satu penyebabnya ialah karena tingginya angka anemia dan kurang gizi pada remaja putri sebelum nikah hingga pada saat hamil menghasilkan anak stunting.

Dinas kesehatan menyebutkan empat faktor penyebab stunting, yaitu praktik pengasuhan yang kurang baik, tebatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses keluarga pada makanan bergizi, serta pada air bersih dan sanitasi.

Stunting menjadi ancaman utama bagi keberlangsungan dan kualitas generasi. Kesehatan generasi terganggu akibat kekurangan nutrisi dan gizi, sehingga bonus demografi pun tak akan ada artinya. Bila ditelusuri, ternyata hal terebut merupakan dampak dari kemiskinan dan kelaparan. Masalah ini tentunya menjadi PR bagi Indonesia khususnya bagi pemerintah.

Pelbagai program yang telah dicanangkan pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting rupanya belum cukup memberikan penyelesaian yang berdampak besar bagi penurunan stunting. Sebab, persoalan stunting tidak mungkin selesai bila akar masalahnya, yakni kemiskinan, justru semakin parah.

Oleh karena itu, untuk menurunkan kemiskinan diperlukan aksi nyata. Apabila hanya sekadar konsolidasi pencegahan stunting saja tanpa serius mengatasi masalah kemiskinan, maka tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan pemerintah Indonesia adalah mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam guna menghidupi kebutuhan masyarakat. Ketika hal ini berhasil dilakukan, persoalan stunting pun juga akan teruraikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Sehat Selengkapnya
Lihat Indonesia Sehat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun