Sebagian besar perkembangan pemikiran Piaget dipengaruhi oleh Samuel Cornut. Smuel Cornut merupakan seorang ahli dari Swiss yang mengamati Piaget selama masa remaja. Pada saat Piaget remaja, ia sudah memusatkan pikirannya pada biologi. Menurut Cornut hal tersebut dapat membuat pikiran Piaget menjadi sempit.Â
Oleh sebab itu Cornut mempengaruhi Piaget melalui filsafat. Piaget mulai tertarik dengan bidang epistemologi, yaitu cabang dari filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan, seperti apa pengetahuan dan bagaimana pengetahuan diperoleh. Sehingga Piaget fokus pada dua bidang yaitu biologi dan filsafat pengetahuan.
Setelah Piaget mempelajari ilmu biologi dan filsafat, ia mengalihkan fokusnya pada perkembangan intelektual, salah satunya tahap perkembangan kepribadian.Â
Piaget mendapat gelar sebagai psikolog anak karena ia mempelajari perkembangan intelegensi, dan menghabiskan ribuan jam untuk mengamati anak yang sedang bermain serta menanyakan tentang perilaku dan perasaan mereka. Piaget memusatkan perhatiannya pada bagaimana anak belajar, berpikir, berbicara, dan bernalar, sehingga membentuk pertimbangan moral.
Piaget memandang perkembangan intelektual sebagai suatu proses membangun model realitas diri untuk memperoleh informasi tentang berbagai cara dalam membangun gambaran batin terhadap dunia luar. Sebab, sebagian besar masa kecil individu dihabiskan dengan aktif mempelajari diri sendiri dan dunia luar.Â
Kejadian tersebut sering kali ditemui di lingkungan sekitar kita, seperti anak-anak yang masih belia sudah mempunyai rasa ingin tahu terhadap kemampuan diri dan juga lingkungan sekitarnya sangat besar
Perkembangan Intelektual dilandasi dua fungsi, yaitu organisme dan adaptasi. Fungsi organisme bertujuan untuk menyistematikkan proses fisik atau psikologi menjadi sistem yang terstruktur dan berkaitan, seperti bayi yang memiliki berbagai struktur perilaku dalam memfokuskan visual serta memegang benda secara terpisah.Â
Bayi tersebut dapat mengelompokkan kedua struktur perilaku menjadi struktur tingkat tinggi dengan memegang sebuah benda sembari melihatnya. Melalui organisasi, struktur fisik dan psikologis dihubungkan akan menjadi struktur tingkat tinggi. Â Sedangkan proses adaptasi merupakan proses penyesuaian skema dalam merespons lingkungan melalui proses yang tidak dipisahkan, yakni Asimilasi.
Piaget menjabarkan perkembangan pemikiran logis pada anak-anak hingga orang dewasa. Pada perkembangan kognitif anak yang dijelaskan Piaget memiliki enam asumsi dasar.Â
Asumsi pertama, anak adalah pembelajar aktif dan kemauan yang kuat. Secara alami anak tertarik untuk belajar dan berusaha mencari bahannya dari lingkungan sekitarnya. Seperti melalui berbagai percobaan, pengamatan, maupun manipulasi terhadap berbagai macam objek.Â
Asumsi kedua yaitu, anak membangun pengetahuan melalui pengalaman. Ketika anak berjalan di sebuah taman dan menemukan serangga, ia akan berinteraksi dengan mengamati bentuk tubuh dan hal-hal lain mengenai serangga tersebut.Â
Dengan pengalaman tadi, anak dapat membentuk pengalamannya secara kompleks seputar serangga. Piaget berpendapat bahwa anak-anak mampu membangun keyakinan serta pemahamannya berdasarkan pengalaman, teori ini disebut dengan konstruktivisme.
Asumsi ketiga yaitu, anak belajar melalui proses asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi Asimilasi adalah penggabungan antara informasi, persepsi, konsep dan pengalaman baru ke dalam benak individu yang sudah ada, atau merupakan suatu respons terhadap objek atau peristiwa melalui cara yang sebelumnya telah dimiliki. Proses asimilasi individu menggunakan struktur atau kemampuan yang telah ada untuk menghadapi masalah yang ada di lingkungannya.Â
Contohnya seperti bayi yang berada pada tahap suka memasukkan segala hal ke mulutnya, bahkan ketika ia bermain boneka, ia akan memasukkannya ke mulut. Sedangkan akomodasi merupakan kemampuan untuk memodifikasi skema yang sudah ada atau membentuk rancangan yang baru.Â
Contohnya seperti saat anak makan, pengalaman ketika anak terbiasa makan dengan menggunakan sendok, kemudian dihadapkan pada situasi baru yaitu makan menggunakan sumpit, ia akan mencoba untuk menyesuaikan cara memegang sumpit agar dapat membantunya untuk makan.
Asumsi keempat yaitu, interaksi anak dengan lingkungan fisik-sosial penting bagi perkembangan kognitif. Â Aktivitas yang dapat menstimulasi fisik yaitu bermain tanah, pengamatan tanaman, atau percobaan menggunakan air. Menurut Piaget berbagai aktivitas tersebut merupakan elemen penting bagi pertumbuhan kognitif. Melalui aktivitas tersebut anak mampu mengembangkan pemahamannya tentang ukuran, berat, membedakan jenis, hukum sebab akibat, prinsip suatu gaya, dan sebagainya. Â
Berbagai aktivitas tadi dapat menjadi gambaran pada aktivitas belajar-mengajar di sekolah dalam penggunaan kegiatan berbasis penemuan dan pengalaman langsung.Â
Adapun interaksi lain yang terjadi di lingkungan sosial, interaksi dengan lingkungan sosial turut berkontribusi dalam perkembangan kognitif. interaksi dengan orang lain yang usianya beragam, secara bertahap akan membentuk pemahaman mengenai perbedaan pada setiap individu. Selain itu, anak akan belajar menghargai pendapat orang lain dan dapat memodifikasi keyakinannya tentang suatu hal melalui diskusi.
Asumsi kelima yaitu, perubahan kematangan pada otak menjadikan kualitas berpikir anak berbeda di tingkatan usia yang berbeda pula. Piaget berpendapat bahwa, otak berubah secara signifikan dan berpengaruh pada proses berpikir yang semakin kompleks. Pada usia 2-7 tahun terjadi perubahan neurologis yang utama. Kemudian dilanjutkan pada tahap anak-anak sampai remaja (masa pubertas). Perubahan tersebut memungkan muncul kemampuan baru dan pemikiran yang semakin luar biasa.
Asumsi keenam yaitu, proses ekuilibrasi mendorong kemajuan pikiran yang semakin kompleks. Ekuilibrasi merupakan proses pergerakan dari kondisi ekuilibrium (seimbang) ke pada kondisi disekuilibrium (gangguan pada mental karena suatu hal yang tidak sesuai pemahaman awal). Pada akhirnya kembali ke pada kondisi ekuilibrium (menangkap dan merespons peristiwa yang sebelumnya dirasa membingungkan). Proses ekuilibrasi dan dibantu motivasi intrinsik anak dapat mendorong perkembangan kemampuan berpikir yang kompleks.
 Perkembangan kognitif Piaget terbagi menjadi 4 tahap yang berbeda-beda. Memahami berbagai tahapan secara detail dari Teori Piaget dapat memberikan wawasan terkait hakikat proses berpikir anak di berbagai tingkatan usia.Â
Tahapan tersebut yaitu dimulai dengan tahap sensor motorik usia 0-2 tahun, di masa ini bayi memahami lingkungan sekitar dengan mengoordinasikan sensori dengan melihat dan mendengar, kemudian dengan tindakan sensori seperti meraih, menyentuh, dan merasakan.Â
Tahapan selanjutnya yaitu praoperasional usia 2-7 tahun, anak mulai mempresentasikan berbagai pengalaman keseharian melalui kata-kata, simbol, dan gambar. Hal tersebut menandakan pemikiran simbolik yang lebih maju dan melampaui keterkaitan informasi sensori dan tindakan fisik.Â
Tahap operasional konkret usia 7-12 tahun, individu mengerti bahwa sudut pandang serta perasaan yang ia alami tidak selalu di alami oleh orang lain juga. Selanjutnya, Tahap operasional formal usia 12 tahun hingga dewasa. Individu pada usia tersebut telah mengalami proses penalaran logis yang diterpakan dalam ide-ide abstrak serta objek konkret.
Teori Piaget sangat relevan dengan proses perkembangan kognitif anak, sebab dengan terori tersebut, manusia dapat mengetahui berbagai tahapan perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak di setiap levelnya.Â
Jika dikaitkan dengan pendidikan (proses belajar-mengajar) pendidik dapat memberikan perilaku yang tepat dan sesuai bagi anak, seperti dalam memilih metode penyampaian materi yang sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan berpikir anak didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H