Mohon tunggu...
Afa Fadila
Afa Fadila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Prodi : Pendidikan Islam Anak Usia dini

STOP WISHING START DOING!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengetahauan Dasar Mahasiswa Jurusan PAUD: Konsep Dasar dan Proses Perkembangan Kognitif PAUD

21 Februari 2021   14:04 Diperbarui: 21 Februari 2021   14:54 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan manusia dimulai sejak dalam kandungan. Berbagai potensi hidup manusia mulai terbentuk ketika ia berada dalam kandungan, kemudian akan terus berkembang ketika manusia telah dilahirkan ke dunia. Potensi yang manusia kembangkan salah satunya yaitu kognitif. Kata kognitif berawal dari cognition dengan persamaan kata knowing. 

Aspek perkembangan manusia saling berkaitan satu sama lain, seperti aspek perkembangan kognitif dan  aspek perkembangan fisik. Keterkaitan dari dua aspek tersebut berbentuk perkembangan kapasitas otak dan syaraf, perkembangan moral, serta perkembangan bahasa.

Menurut Santrock, kognisi mengarah kepada suatu aktivitas mental manusia seperti bagaimana informasi dapat masuk ke dalam pikiran, lalu disimpan, setelah itu ditransformasikan, kemudian dipanggil kembali dan digunakan untuk berpikir. 

Pendapat lain datang dari Chaplin, menurutnya istilah kognitif adalah salah satu domain atau ranah psikologis manusia yang mencakup pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan. Semua itu berhubungan dengan perilaku mental manusia. Ranah kognitif juga mempunyai hubungan dengan kehendak serta perasaan yang berkaitan dengan rasa.

Kedua definisi tersebut dapat dipahami bahwa kognisi merupakan aspek perkembangan manusia dengan cakupan kemampuan serta aktivitas mental yang meliputi proses penerimaan, pemrosesan, dan penggunaan informasi dalam bentuk berpikir, pemecahan, serta adaptasi.

Perkembangan kognitif manusia meliputi perkembangan seseorang dalam berpikir dan  proses mengetahui atau kognisi. Salah satu tokoh teori kognitif yang memberikan pengaruh kuat yaitu Jean Piaget (1896-1980). 

Piaget terkenal dengan teori tahapan, dalam teori tersebut Piaget menggambarkan bagaimana individu memperoleh pengetahuan mengenai dunianya.

Teori perkembangan Piaget menggambarkan selama perkembangan berlangsung, manusia akan mengalami berbagai perubahan dalam struktur berpikir. 

Struktur berpikir manusia  akan semakin terorganisasi, dan tercapainya suatu struktur berpikir selalu dibentuk oleh  struktur dari tahap sebelumnya. Melalui hal itu, menurut Mery Latifah (2008), berbagai tahapan manusia disebabkan oleh empat faktor, yaitu kematangan fisik, pengalaman sosial, pengelaman objek-objek fisik, serta berbagai keseimbangan diri.

Proses kognitif pada anak usia dini juga dibahas dalam teori kognitif oleh Piaget. Pada teori tersebut, Piaget berpendapat bahwa setiap individu yang telah lahir mempunyai dua kecenderungan yang fundamental, seperti manusia memiliki kecenderungan untuk adaptasi dan organisasi.
Teknik asimilasi pada adaptasi tidak selamanya digunakan. 

Manusia mengalami situasi baru, menghadapi suatu objek, hingga tidak dapat menyelesaikan masalah baru, hanya dengan kognitif atau pengetahuan yang telah ada. Dalam hal tersebut, maka manusia akan melakukan proses akomodasi (menambah atau mengubah) pola respons terhadap situasi baru tersebut.

Misal, bayi melihat suatu benda baru yang ada di hadapannya, ia akan menganggap benda tersebut merupakan sesuatu yang dapat dimakan. Hal pertama yang ia lakukan yaitu memasukkan benda tersebut ke dalam mulutnya, aktivitas ini merupakan proses trial an error. Setelah proses itu, ia menyadari bahwa benda tadi bukanlah sesuatu yang bisa dimakan. Bayi akan merespons dengan menggoyang atau melemparkan benda tersebut.

Proses tadi menggambarkan bahwa individu mulai belajar mengetahui sesuatu melalui alat indranya. Terlebih pada masa bayi, untuk mengetahui atau mengeksplor benda-benda yang  ia lihat harus dengan cara memakannya (mengetahui rasa); melempar dan menggoyang (mengetahui suara/bunyinya), menggenggam dan melihat kembali (mengetahui bentuk, tekstur, dan warna benda). Meskipun pada awalnya bayi tidak benar-benar mengetahui seperti apa benda it, akan tetapi hal tersebut menjadi dasar memori atau pengalaman yang terus berkembang dan dimodifikasi, sehingga menjadi pengetahuan-pengetahuan baru yang lebih kompleks.

Proses asimilasi dan modifikasi berfungsi dalam menyeimbangkan struktur pikiran serta lingkungan, dan menghasilkan porsi yang sama pada keduanya. Ketika keseimbangan terwujud maka individu akan mendapatkan gambaran yang positif mengenai dunianya, seperti pemahaman terhadap suatu informasi, objek, atau masalah yang dihadapi.

Kecenderungan organisasi merupakan kecenderungan individu untuk menggabungkan proses-proses sendiri menjadi berbagai sistem yang berhubungan. Misal, seorang bayi mampu menyatukan dua perilaku yang terpisah menjadi satu struktur. Bayi yang mulai meraih suatu benda sekaligus mengamati sesuatu di sekitarnya. Mulanya bayi tidak mampu menggabungkan dua aktivitas tersebut, tetapi dengan terjadinya proses dua struktur perilaku seperti ini dikoordinasikan menjadi satu struktur pada tingkat yang lebih tinggi, yang berbentuk koordinasi antara mata dan tangan.

Begitu pun dengan tahap-tahap perkembangan kognitif oleh Piaget yang terbagi menjadi empat. Tahapan-tahapan tersebut membahasa tentang pertumbuhan cara berpikir logis yang dimulai sejak bayi hingga dewasa, yaitu seperti berikut:

Sensori-motor, usia 0 hingga 2 tahun. Bayi membangun pengetahuan mengenai dunianya melalui koordinasi pengalaman sensoris dan motorik. pada tahap ini , anak belum cukup kompeten dalam memproses informasi melalui simbol ataupun kata. Bayi hanya mengenali lingkungan yang ada di hadapannya (ia lihat). Pemikirannya mulai berkembang ketika usia 18-24 bulan, ia mulai berpikir secara simbolik. Mulai bisa meniru apa yang dilihat hingga perkataan yang didengar. Selain itu, ia sudah bisa bermain pura-pura.

Pra-operasional, usia 2 hingga 7 tahun. Anak mampu mempresentasikan suatu hal, seperti melalui suatu gambar atau kata-kata. Mulai menalar tetapi pemikirannya belum terorganisasi dengan baik, pemahamannya terhadap simbol-simbol lebih meningkat. Anak sudah mampu mempresentasikan benda atau kejadian melalui suara (berbahasa).

Operasional Konkret, usia 7-11 tahun. Anak bisa mengurutkan objek sesuai ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Mampu mempertimbangkan beberapa hal dari suatu masalah untuk dipecahkan.

Operasional Formal, usia 11-15 tahun. Cara berpikir yang sudah mulai abstrak dan suka menduga (hipotesis), berbagai dugaan dipikirkan secara sistematik dan kemudian digunakan untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan berpikir alternatif ditujukan untuk menyelesaikan masalah yang lebih beragam.

Perkembangan kognitif terjadi sebab adanya proses adaptasi terhadap lingkungan. Berbagai aktivitas yang dilakukan dengan alat indra ataupun yang berkaitan dengan motorik, mampu membangun serta meningkatkan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Adapun rasa ingin tahu atau rasa penasaran yang dimiliki oleh manusia, sehingga manusia dapat mengembangkan pengetahuannya melalui eksplorasi terhadap hal-hal yang ada di sekitarnya dan ia ingin pelajari. Itulah yang menjadi dasar-dasar perkembangan kognitif.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun