Mohon tunggu...
Aqiella Fadia Rizqi
Aqiella Fadia Rizqi Mohon Tunggu... Freelancer - Imperfect Zero Waste Fighter

Bumi, yang kuat ya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ibu, Aku Tidak Pernah Membencimu, Aku Benci Aku

26 Mei 2023   23:32 Diperbarui: 26 Mei 2023   23:36 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi

Kami tinggal di rumah masa kecil ibu. Dahulu kakek pernah berwasiat, 6 anaknya(which is tante-om ku) boleh merantau, bahkan sangat disarankan hidup mandiri bersama pasangannya. Kecuali ibu yang harus tetap stay tinggal di rumah itu. Alasannya sih karena sisi kesehatan ibu paling lemah dari semua saudara-i. 

Eh, pas dapat jodoh ternyata suami ibu tidak cocok dengan mertuanya. So, jadilah rumah itu 'dibagi' teritorinya antara ibu-bapak di sisi utara, sisi selatan nenek-buyut-keluarga om.

Rumah nenek renovasi dan ganti cat berkali-kali. Rumah ibu gitu-gitu aja selama bapak ibu bersama. Kata bapak "bapak gak peduli rumah orang-orang dibagusin, anak dikesampingin. Bapak mah milih uangnya buat gizi kalian, pendidikan kalian"  padahal mah kalo sekarang-sekarang ini ngobrol, "makanya bapak gak pernah mau renovasi rumah itu, karena gak selamanya bapak di sana"

Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber : Dokumen Pribadi

Mereka Resmi Berpisah 29 Agustus 2018

Lucunya esok hari adalah ulang tahun ibu. Apakah ini jadi hadiah terindah? Tidak juga ah. Jika ada kamera yang menyorot ibu di waktu itu, tidak akan seperti ibu-ibu viral di tiktok yang bahagia atas perceraian.

Tahun tersebut adik sudah lulus SMK. Aku tahun ketiga kuliah. Tapi 'drama'nya terjadi sejak Januari 2017. Aku harus menyimpan rapat rahasia bapak dari semua orang. Nyatanya ketika perceraian itu sudah direncanakan, kalimat ~Santai~ tadi tiba-tiba lenyap dari kamus kehidupanku. "Memang kamu sudah harus belajar memikul tanggung jawab besar sebagai anak pertama problem solving (yang kutangkap dari nasehat bapak artinya TETAP DIAM)"

Cukup banyak lah scene ala sinetron Indosiar sebelum mencapai tahap ketuk palu. Kusimpan detailnya saat aku sudah berdamai.

Komunikasi, Program Studi Kuliahku, Sekaligus Alasan Utama Perpisahan Ortuku

Bukan niat sok pintar, sok intelek atau semacamnya. Nyatanya memang tidak pernah ada inisiatif baik dalam memulai atau bahkan merespon obrolan antara kami di keluarga. Kayak, pengen ngobrol, curhat sama ibu. Tapi pemilihan kalimat kurang tepat. Obrolannya gak bisa panjang~ngalir laiknya sesi curhat sama teman. Stuck! Contoh : Aku pernah cerita dekat dengan orang di tempat KKN. Respon ibu "Cieee" Udah. Cie apa kek. Jadi kan selesai, atau paling gak alihin topik "tapi pak Dukuh tempatku KKN besok mau mantu lho buk" semacamnya. Kurang bisa eksplor.

Bapak sendiri jomplang kalo dibanding ibu. Bahkan setelah aku belajar, bapak itu ahli retorika. Argumentatif cenderung sulit dibantah. Ibarat bapak punya 'bank' kalimat sanggahan untuk argumen yang sedang dipertahankan. Sedikit manipulatif persuasif juga, lewat doktrin/kalimat nasehat yang terus diulang sejak kami kecil. Menanamkan si om A koruptor, tante B tukang fitnah, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun