Yeayy Alhamdulillah Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 2016 berjodoh lagi♡
Bella namanya, anak kedua dari 4 Srikandi kesayangan Abah dan Mamahnya dari kota batik mega mendung, Cirebon. Selain oppa-oppa Korea dalam bentuk drakor dan poster bertebaran (di kamar kosnya dulu) micin, bawang goreng, dan apapun makanan yang pedas adalah cinta sehidup sematinya.
Aku bertemu Bella karena satu kelompok FGD di masa ospek. Kita dekat karena ternyata sekelas dan memutuskan ikut organisasi yang sama. Kos dia juga dekat, lumayan untuk singgah kala mata kuliah berikutnya masih 1-2 jam lagi.
Bella sangat peka dan mengayomi sebagai teman. Walaupun agak sedikit berisik (a.k.a bawel) tapi hampir semua ucapannya selalu tepat. Aku pribadi yang masuk kuliah usia 16 tahun kadang masih meraba seperti apa sebenarnya diriku, S-W-O-T ku tuh gimana. Bella cukup membantu dalam proses ini.
Iqbal Al Fasa, si cowok ini harus kusebut lengkap namanya. Karena adik semata wayangku juga bernama Iqbal. Dalam beberapa kesempatan aku seperti melihat sosok 'adik' dalam dirinya. Bukan karena apa, kepolosannya itu lho, kadang suka bikin geleng-geleng sendiri kalo dibandingkan usia dia yang 2 tahun lebih tua dariku.
Di masa awal kuliah, beberapa hal (Pengetahuan umum) Iqbal coba diskusikan. Tanpa tedeng aling-aling. Pede aja tanya, membuat kita* (Iqbal, Bella, Qonita, Shofi, Randy, Wawan, Aqiella) tanpa sadar makin dekat. Sesekali mata Iqbal berbinar tiap kita beradu opini. Iqbal sangat apresiatif orangnya, dan ya, apa adanya juga anak Kebumen yang pindah ke Madiun, dan sekarang menetap di Cilacap karena kewajiban abdi negara.
Aku pernah menulis tentang kisah mereka di sini. Ya, kualitas tulisanku tidak sebagus itu untuk enak dibaca, sih. So Maaf ya, kompasianers.
Bella akhirnya dapat menaklukkan overthinking berkepanjangan akan hubungan pacarannya dengan Iqbal Al Fasa.
Kami tidak menyangka persahabatan 7 perantauan berbuah manis dengan itikad baik Iqbal-Bella menikah di tanggal 27 Rajab 1444H ini.
Malahan, aku sendiri sempat khawatir akan bagaimana jadinya jika (nauzubillah) asmara mereka berakhir, apakah persahabatan ini bisa berlanjut?
Alhamdulillah asmara mereka terjalin dengan kokoh.
Udah ganti status pacar ke istri, ganti pula ovt-nya tentang tetangga julid, may be wkwk. Ya kali udah gak overthinking siih kawan.. kurang Bella banget dong. Gak gak gak, aku berharap kalian bersama kuat mengalahkan 'drama' dunia rumah tangga, pertetanggaan dan lainnya.
Saling komunikasi terkait segala hal dengan bijak dan elegan.
Janganlah macam aku ini yang jadi salah satu faktor mundurnya jalinan komunikasi kita. Aku satu-satunya yang tersisa dari *kita yang belum lulus sarjana. Tidak mau jadi beban mereka, aku secara sadar menarik diri dari segala diskusi daring (Karena lokasi kami yang sudah berjauhan). Bahkan agak terbiasa, grup WhatsApp gengs ini aku buka ketika keseruan chat berlalu sekian hari.
Sorry, gaes. Mbak Axa, Dedek minta maaf gak pernah balas chat. Takut aja gitu.
Aku masih berharap bisa lulus kok.. yang penting ngrepotin siapa-siapa.
Anyway lupakan mahasiswi abadi ini.
Selamat menikah sahabatku, yang awet saling-bucinnya. Jangan childfree karena aku penasaran bentuk persilangan Iqbal-Bella jadi apa prok-prok-prok.
Oya, nitip ikut jadi keluarga penjaga Bumi yang selalu asri ya, Be, Bal.
Jangan lupa bawa tumbler dan wadah makan sendiri tiap dinas atau pergi-pergi atau beli-beli juga harus selalu ready tas belanja yang gampang dilipet itu looh.. Biar gak kebanyakan kresek, gelas/mika plastik, sedotan plastik yang sukar terurai di rumah indah kalian.
Saranghaeyo🌏
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H