Mohon tunggu...
Aqiella Fadia Rizqi
Aqiella Fadia Rizqi Mohon Tunggu... Freelancer - Imperfect Zero Waste Fighter

Bumi, yang kuat ya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sahabatku, "Kalian" Itu Bukan Suatu Kesalahan

23 Oktober 2020   23:58 Diperbarui: 24 Oktober 2020   00:20 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini seorang sahabat menyelesaikan sidang skripsinya. Ikut bahagia sebesar-besarnya, Be. Semangat berrevisi ria. Tapi lurusin punggung dulu lah ya.

Sejujurnya penulis agak bimbang, "nulis di Kompasiana atau blog pribadi ya?"

Tapi karena Kompasiana yang mulanya melatih kebiasaan menulisku kami. Juga tulisan kali ini terkait dengan sahabat-sahabat yang dulu bersama aktif menulis di Kompasiana. Entah sekarang masih aktif sebagai pembaca saja, saya tak tahu pasti. Namun sebagai penulis, saya  lihat artikel teranyar pun tahun 2018 silam.

Jadi, aku putuskan tulis di sini. Pada momen HUT Kompasiana ke 12. 

Selamat ulang tahun, Kompasiana. Semoga semakin bertumbuh dan bersahabat untuk semua.

Sahabat, kapan pun kalian baca tulisanku, semoga kita masih se baik, se ramah, dan se hangat detik ini.

Bumi selalu berputar. Waktu berjalan. Banyak hal terjadi. Bahkan perjumpaan yang kita anggap awet (setidaknya hingga foto pertama di atas, akan di tutup dengan formasi yang sama, pada momen wisuda). Nyatanya Iqbal mengambil langkah besarnya di tahun kedua. Alhamdulillah sekarang aku jadi punya kenalan sipir Nusamkambangan. hehe

Shofi dan Randy, selamat karena telah mendaftar wisuda periode II November besok. Meski secara daring, semoga tidak benar-benar mempengaruhi semangat sarjana Ilmu Komunikasi-nya yaa. Wawan, Bella menyusul di periode ke III nih. Alhamdulillah.. 

Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk dukungan moral kalian untuk Dedek yang embuh ini. Qonita, mari berjuang, susul mereka. Ah tapi ternyata kamu pilih jalanmu sendiri ya, Qon. Tetap saja, "Selamat untuk pekerjaan tetap pertamamu". Kita semua tau, kamu orang yang sangat berbakat, totalitas, dan harus fokus untuk segala urusan.

Jika "kerja agar bisa pakai uang sendiri untuk menyelesaikan skripsi" adalah motivasimu. Kami selalu ada di sisimu. Meski tidak senyata seperti di foto, setidaknya formasi kita akan terus beriringan dalam doa.

Untuk Kalian

Tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan

Benar juga kutipan tersebut. Dua sahabatku, yang ternyata Tuhan punya cara asyik 'mengakrabkan' kalian. Yakinlah hubungan yang terjalin ini bukan "kamu ambil dia dari A" atau "dia datang ke kamu karena berpaling dari B" atau semacamnya. 

Khususnya Kamu,

Sahabatku paling cantik dan dewasa. Kadang kecemasanmu sendiri lah yang menyulitkanmu. Kenapa sih si cemas itu kayak bahagiaa banget bisa sering-sering barengan kamu. Bahkan hal biasa, bisa memicu kecemasanmu. 

Kalau kamu terus mikirin perasaan orang lain, kapan orang lain bisa mikirin 'perasaan' dari sudut pandangmu?

Di antara 'kita' sudah ada 'kalian' dan tidak ada perubahan yang berarti. Maka baik-baik saja, kan.

Masalahnya.. Pertemanan yang lain ?

(dokpri)
(dokpri)

Aku tidak punya hak untuk beropini atas nama orang lain, bahkan jika itu teman terdekat sekali pun.

Namun jujur aku pernah berada di posisi 'korban tikungan tajam teman dekat sendiri'. Tadi aku sempat mau membahas ini denganmu. Tapi kamu masih sibuk membalas pesan selamat dari seluruh kolegamu. Aku tulis di sini saja.

Zila dan Qila yang dahulu satu SMP ternyata masuk SMA yang sama. Dulu bisa dibilang hanya kenal, tidak berteman. Namun karena merasa 'jodoh' (sekolahnya sama lagi) akhirnya bersamalah.. Masing-masing orang tua juga agak lega karena anaknya sudah punya teman di awal pendaftaran sekolah. Setidaknya tidak perlu adaptasi berlebihan jika kelak jadi teman se kamar.

Dinyatakan lolos, lantas keduanya sepakat mukim bersama. Bahkan ketika satu tidak betah dengan pondok A, yang lain akan turut menyusul pindah pondok/asrama. Jurusan yang sama membuat mereka makin dekat lagi. Biasa belajar bersama, kan. 

Meski bertetangga kelas, Zila tidak tahu banyak aktivitas non akademik Qila. Qila suka seseorang yang dahulu bersebelahan dengannya saat ujian masuk. Tahun pertama mereka satu kelas. Betapa bahagianya Qila, "perasaan yang dipendam akan sering tersiram" batinnya. Zila tidak akan tahu jika Qila tidak menceritakan semuanya.

Tahun kedua, ternyata mereka berada di kelas yang sama. Qila dan lelaki idamannya, juga Zila. Asyik.  "Zila akan melihat sendiri, selama ini Qila tidak melebih-lebihkan tentang si dia". Lelaki itu memang pintar dan ramah. Teman ngobrol yang sangat menyenangkan. 

Entah bagaimana awalnya, Zila, satu teman perempuan, sang lelaki, dan dua lainnya menjadi makin akrab tiap harinya. "Nyatanya memang referensi Zila dalam hampir setiap obrolan lebih banyak dan mengesankan daripada Qila" Qila sadar dan maklum.

Mereka berlima bahkan nampak seperti 'kelompok belajar' yang ideal. Saling memahami satu sama lain. Kadang untuk beberapa kesulitan, hanya empat orang yang lain-lah yang bisa menolong. Tidak heran mereka menyebut diri sebagai 'sahabat'. Kembali ke kutipan di atas tadi. 

Lelaki itu menyukai Zila. Kebimbangan yang cukup berat menderanya. Sebab nyaman yang dirasakan selama ini, ingin hati menjawab "Iya" secepat mungkin. Namun keberadaan Qila yang jauh lebih awal bersamainya, Zila tidak kuasa untuk mengambil sikap.

Sempat Qila terbersit, "Zila jahat banget sama aku".

Tapi jika dipikir lebih dalam, Qila tidak bisa hadir sebagai 'teman yang asyik' bagi sang lelaki. Tidak bisa selalu ada, saat dibutuhkan segera. Juga dalam hati yang paling dalam, Zila memang orang baik. Qila bisa apa?

Bahkan Qila yang 24 jam non stop berada dekat dengan Zila, harus mengikhlaskan sosok yang dikaguminya bersama teman lamanya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun