"Apakah Kai seorang mafia/gengster? Apa dia buronan? akankah Lani dalam bahaya? dsb" dengan bekas luka dan rambut gondrong itu memunculkan beragam asumsi yang berputar di kepalaku. Hampir semua negatif.
"Jangan mudah berasumsi. Berasumsi itu berbahaya"
Seperti membaca pikiran penonton sepertiku, Lani dan Kai mengucapkan dialog tersebut -dalam kondisi yang berbeda.
Kai menyakiti dirinya sendiri
Baca : Self-Injury, Gangguan Psikologis Menyakiti Diri Sendiri
Luka-luka itu hasil sayatan tangan kirinya sendiri. Tau karena apa? Yess a girl. Cewek yang bahkan karenanya Kai harus berdebat keras dengan ibunya dan tinggal berjauhan dengan keluarganya. Kai seorang turis yang memperpanjang visanya hanya demi gadis itu. Lani sangat peduli. Bahkan bersedia hadir menemani Kai untuk mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan buruk Kai itu.
Lani berhasil menemukan cara terbaik agar Kai dapat melupakan perasaannya terhadap gadis itu dan menghentikan kebiasaan sayat-menyayat. Itu sebabnya Lani dijuluki 'Tukang Reparasi'. Di waktu yang sama, Kai yakin untuk kembali ke keluarganya di Hawaii -mau tidak mau sih.. kan visanya udah mau abis. Bahkan si tukang reparasi menemani Kai pulang. Berjaga jika terjadi kemungkinan terburuk dan akan sedalam apa Kai melukai dirinya.
Betapa beruntungnya jika kita punya seorang Lani di antara teman-teman kita
Akan berakhir bahagia dengan bersatunya mereka?
Oh jangan senang dulu kawan. Kita baru fokus dengan kehidupan satu tokoh. Sejak pertengahan film memang terlihat Lani terlihat sebatang kara mencoba segala hal untuk menghidupi dirinya sendiri. Padahal ia menerima telepon dari adik dan bahkan ibunya pun merindukannya.
Sebelum sampai pada plot twistnya, aku merasa bangga karena tebakanku benar.