Mohon tunggu...
Aqiella Fadia Rizqi
Aqiella Fadia Rizqi Mohon Tunggu... Freelancer - Imperfect Zero Waste Fighter

Bumi, yang kuat ya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Simpati dan Empati, Apakah Benar Masih Ada?

10 Februari 2019   22:55 Diperbarui: 13 Februari 2019   23:41 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beruntung dia cepat mencairkan suasana dengan ungkapan terkejut karena orang macam saya bisa keluar malam dan ada di kosnya. Sedikit basa-basi, karena aku baca di bawah, pintu di tutup pukul 22.00 WIB. Pertama kali menyinggung itu, dia langsung nangis. I think, we're same. Tapi kenapa dia gak bisa sama sepertiku juga? Masih tetap kuliah. Padahal uang kuliah dia lebih kecil nominalnya ketimbang aku.

Tapi mau gimana pun tetap beda. Sebab memang kedua orangtuanya sudah bilang tidak sanggup. Aku tidak perlu tanya lagi kenapa. Tentu ucapan itu muncul setelah banyak usaha dan pertimbangan dari orangtua dia. Bahkan pasti lebih dari orangtuaku.

Masalahnya adalah, terkait simpati dan empati. Ketika aku berkeluh kesah tentang hal ini ke seorang teman, kakak tingkat tapi beda jurusan. Belum tuntas aku ngomong dia sudah tahu dan menimpali "denger cerita-cerita kayak gini aku jadi sedih aku. Ingat jaman susah masuk SMP dulu...." ya, sedikit banyak aku tau kisah dia. Sama. Cuma dia mengalaminya sewaktu mau masuk SMP, jadi cuti setahun. Simpati doong..jelas! Tapi kalimat selanjutnya itu 

"Kadang aku mikir, mau ngelepas beasiswaku biar buat orang-orang yang memang lebih membutuhkan saja" Sebab setelah keterpurukannya di waktu itu, dia mulai bisnis kecil-kecilan sampai kini punya 3 cabang konter hp, olshop fashion & sepatu, juga waralaba kedai thai teanya yang sudah 2 cabang. Sudah berada. Dia juga sadar kalau dia nggak pantas dapat beasiswa kurang mampu. Puncak kagetku is..

"Tapi gimana juga ya, lihat temen-temenku yang lain, yang dapet juga sama. Lebih mampu dari aku juga banyak. Emang salah sih sistem kita. Gak tepat sasaran" Temen-temen doi yang lain sama sistemnya yang disalahin. Padahal tau. Kenapa nggak coba dari diri sendiri?

Dari situ aku mempertanyakan, masih adakah rasa simpati&empati(baca : Peduli) ?

Sampai sekarang ini jadi kegelisahanku. Semoga dengan menulisnya dapat menguranginya. Mungkin teman-teman kompasianer mau bagi opininya?. Sangat aku tungguh. Terima Kasih/\

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun