Mohon tunggu...
Aqiella Fadia Rizqi
Aqiella Fadia Rizqi Mohon Tunggu... Freelancer - Imperfect Zero Waste Fighter

Bumi, yang kuat ya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaksa/Dipaksa Kuliah? Renungkan Alasan-alasannya Nak, Pak!

3 Januari 2017   14:20 Diperbarui: 3 Januari 2017   14:32 5057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilihan Orangtua Bukan Minat Anak

Alasan yang paling populer, dan memang itu kenyataannya. Walaupun tidak semua demikian, ada juga anak yang awalnya dipaksa, dengan ikhlas mengikuti dan pada akhirnya berhasil. Namun banyak pula yang ditengah jalan merasa keberatan, sehingga pindah jurusan minimal, meneruskan tapi juga tersiksa, jadi serba salah pokoknya (baca juga: Salah Jurusan, Memulai dari Awal atau Melanjutkan yang Salah). Lebih parah, anak tidak dapat mengaplikasikan hasil ‘kuliah paksaan’nya sehingga terkesan jadi percuma (waktu, tenaga, dana, dan segala hal yang telah diluangkan selama itu).

Kuliah, Dana dari Orangtua, Untuk Semua

Kebanyakan calon mahasiswa (red: anak) masih dibiayai oleh orangtuanya. Sehingga anak haruslah mengikuti aturan ‘sang pemegang anggaran’. Namun, apa yang didapat anak di perkuliahan bukan hanya dirasakan orangtua, melainkan semua orang yang ada di kehidupannya sekarang (keluarga, masyarakat setempat, dst) ataupun orang yang akan ada di kehidupannya nanti (pasangan hidup, mertua, anaknya,dst), dan yang paling utama ya yang kuliah lah. 

Misal, anak perempuan 'diharuskan' kuliah teknik oleh orangtua, padahal minatnya di pendidikan. Kemungkinan buruknya, jika si anak perempuan ini sudah menikah, punya anak, dan ternyata harus mengurus anak di rumah, suami yang kerja, setidaknya dia bisa menerapkan hasil perkuliahannya ketika mendidik anaknya. Jika dia mendapatkan kesempatan kuliah di pendidikan, alangkah efektifnya didikan ibu ini. Walaupun semua kembali juga pada kepribadian masing-masing.

Kuliah Tidak Melulu Soal Kerja (red:Uang)

Memang benar tujuan kuliah adalah, salah satunya, untuk mendapatkan pekerjaan yang selanjutnya bisa dapat gaji yang tinggi. Tetapi apakah hanya itu? kan tidak. Jika hanya untuk mendapatkan uang, mengapa setelah lulus SMA harus kuliah yang tentunya menghabiskan uang, mengapa tidak langsung bekerja, pasti dapat gaji, walaupun tidak begitu tinggi, namun sebagai awal sudah bisa dibilang cukup. Untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, dengan atau tanpa kuliah semua butuh proses.

Mendapatkan kerja setelah lulus kuliah bukan tujuan akhir. Segala sesuatu yang kita dapat di bangku kuliah haruslah dapat dimanfaatkan guna kehidupan selanjutnya. Oleh sebab itu, ‘memaksa’ anak untuk melanjutkan kuliah di bidang tertentu, yang bukan minat mereka, bukan hal yang buruk. Tetapi...akan lebih baik lagi jika itu tidak perlu dilakukan. Cukup memberi pengarahan sudah dapat menjadi bentuk perhatian yang baik untuk anak, toh mereka yang akan kuliah berarti haruslah sudah mampu membedakan baik dan buruk dari apa yang akan terjadi pada mereka. Jika perlu, diskusikan masalah pemilihan jurusan ini dengan keluarga lain, yang mungkin bisa lebih objektif pandangannya. Lebih dalam lagi, mintalah petunjuk Tuhan yang tidak akan salah memberikan petunjuk bagi setiap hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun