Judul asli: The Mystery of the Invisible Thief
Penulis: Enid Blyton
Penerjemah: Agus Setiadi
Tahun: 1982
Tebal: 241 halaman
Siapa yang tidak kesal ketika ada pencuri? Yang nyolong juga nekat. Dia beraksi di rumah keponakan inspektur polisi!
Ketika ada kasus maka Fatty cs langsung menyelidikinya. Fatty, Pip, Bets, Larry, dan Daisy adalah anggota 'pasukan mau tahu', grup detektif cilik. Ditambah anjing Fatty yang bernama Buster.
Pertama, Fatty menyelidiki rumah Hillary (korban pencurian) yang dikenalnya di lomba berkuda. Di sana ada petunjuk: pencuri meninggalkan jejak kaki berukuran besar dan tangan yang besar pula. Namun setelah mengambil barang-barang berharga, dia menghilang bagai siluman.
Fatty terus mencari petunjuk. Ternyata ada kertas di TKP bertuliskan 'Rods'. Siapakah Rods? Akhirnya ia menyamar jadi pemancing karena rods berarti joran.
Saat Fatty cs menyelidik, Pak Goon sang polisi desa kembali dari kursus penataran. Kali ini dia sudah jago menyamar, sama seperti Fatty. Akan tetapi dia tetap gagal mendapatkan petunjuk dari kasus pencurian walau sudah menyamar dan menyelidiki hingga ke seluruh desa.
Belum selesai kasus pertama ada kasus pencurian berikutnya. Lagi-lagi ada jejak sepatu dan tangan. Fatty makin pusing karena ia juga jadi korban pencurian. Gudang di rumahnya diobok-obok maling.
Siapa pencuri sebenarnya? Mengapa dia menjuluki diri sendiri sebagai 'si kaki besar'? Baca sendiri yuk.
Membaca karya Enid Blyton selalu menyenangkan karena penuh dengan aksi dan petualangan. Di buku 'Misteri Pencuri Siluman' pembaca diajak untuk menebak siapa pelakunya. Jika teliti maka mereka bisa tahu karena ada petunjuk di bagian awal buku.
'Misteri Pencuri Siluman' adalah cerita detektif cilik yang mengasah logika. Saat ada kasus jangan panik atau menuduh sembarangan. Namun harus ada bukti dan saksi. Penyelidikan wajib dilakukan sedetail mungkin, kalau perlu juga mewawancarai semua orang yang berkaitan dengan kasus pencurian tersebut.
Akan tetapi ada beberapa kelemahan di buku ini. Pertama, Fatty digambarkan sebagai anak yang cerdas. Namun dia tidak sopan karena memanggil orang dewasa hanya dengan namanya. Ketika dia kesal maka hanya menyebut 'Twit', nama si tukang roti yang tengil. Tidak dengan 'Mister' atau 'Sir'.
Fatty juga sengaja menyuruh Buster, anjingnya, untuk mengerjai Pak Goon. Padahal polisi desa itu sedang menjaga keamanan. Kecerdasan tidak boleh membuatnya sombong dan membenci orang lain, apalagi orang dewasa yang berkepentingan.
Meski ada beberapa kelemahan di buku ini, membuat saya tidak berhenti membaca seri 'Pasukan Mau Tahu' yang lain. Gaya penulisannya agak berbeda dari 'Lima Sekawan' atau buku karya Enid Blyton lainnya. Walau ditulis lebih dari 50 tahun lalu, tetapi karya-karyanya tetap asyik untuk dinikmati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H