Mohon tunggu...
Avizena Zen
Avizena Zen Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, Blogger, Penulis konten, dan Penerjemah bahasa Inggris

Penulis buku Kakeibo. Blogger. Hobi menulis, memasak, dan menggambar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kami Buzzer, Bukan Gelandangan Politik

3 Februari 2024   16:23 Diperbarui: 3 Februari 2024   16:52 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang pengen jadi buzzer? Bagi klean yang belum paham, buzzer adalah pekerjaan yang dilakukan di internet. Tugasnya menggaungkan sesuatu, biasanya menaikkan tagar / tanda pagar (hashtag) di media sosial agar menjadi trending topic. Ada juga buzzer yang dibayar untuk balas komentar netizen.

Sebenarnya job description buzzer beda tipis dengan influencer di media sosial karena tugasnya sama-sama mempromosikan suatu brand. Namun bedanya buzzer lebih sering bekerja di X (Twitter) dan Instagram dan bekerja dengan kata-kata. Sedangkan seleb medsos kalau gak di Instagram ya di Tiktok, dan meng-influence netizen secara visual. Buzzer juga bekerja lebih spesifik karena mereka mencitrakan seseorang (atau perusahaan) dengan image positif.

Sayangnya 2024 (tahun politik) profesi buzzer dianggap sebagai sesuatu yang mengerikan, bahkan barbar. Buzzer seolah-olah identik dengan profesi penjahat yang hanya bisa melakukan black campaign ketika Pemilu berlangsung. Sungguh ada banyak derita buzzer, padahal mereka hanya manusia biasa.

Dikira Buzzerp

Dari pengalaman Pemilu tahun 2014 dan 2019 serangan buzzer politik (buzzerp) memang begitu hebatnya.  Akan tetapi klean wajib tahu kalau ada beberapa jenis buzzer dan sedihnya mereka yang biasanya mempromosikan brand di medsos jadi disamaratakan dengan buzzer politik. Buzzer dianggap sebagai profesi yang 'seram' karena suka menyerang orang lain, apalagi yang pilihan politiknya tidak sama.

Padahal seperti namanya (penggaung) tugas buzzer itu tidak hanya di bidang politik. Tapi juga di bidang lain seperti marketing. Buzzer yang ini jadi kena getahnya karena dianggap sebagai virus jahat.

Tergoda Job Buzzerp

Sebagai manusia yang butuh beli beras (yang harganya sedang naik-naik ke puncak gunung) seorang buzzer kadang tergoda untuk mengambil pekerjaan di bidang politik alias jadi buzzerp. Coba bayangin, ada satu agensi yang menawarkan fee sebesar 110.000 rupiah dan tugasnya hanya 1 kali posting video untuk mendukung suatu partai, dan diunggah di media sosial. Lagi-lagi UUD alias 

ujung-ujungnya duit.

Bayaran Kadang Tak Sebesar Itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun