"Assalamualaikum, Dek!"
Tiada yang menjawab. Gemuruh celingukan, menoleh ke kanan lalu ke kiri. Untung lehernya tak keseleo karena kebanyakan geleng kanan-kiri. Bagaimana tidak geleng-geleng kalau lantai berpoleskan debu, tanda tidak disapu. Tak ada siapa-siapa, hanya ada bunyi jam dinding yang berdetak.
Lelaki muda itu lantas melangkah ke ruang makan. Dibukanya tudung saji, hanya ada kenihilan alias kosong. Seribu satu tanda tanya ada di kepala. Di mana istrinya? Mengapa ia tidak memasak?
Gemuruh melangkah pelan, masuk ke dalam kamar. Dilihatnya gundukan yang ia yakin bukan tumpukan baju kusut.
"Dek, kalau mau main petak umpet ya di luar aja, sekalian ajak anak tetangga. Ngumpet kok di kamar, pasti ketahuan." Ia mencoba untuk mencandai Mentari, istrinya.
Namun masih tiada jawaban.
Gemuruh gemas lalu ikut-ikutan masuk ke dalam selimut. Di keremangan, dilihatnya Mentari yang tidak bersinar ceria seperti biasanya. Namun berurai air mata.
"Mas masih cinta ama aku?"
HAH? Pertanyaan macam apa ini? Mereka sudah menikah selama bertahun-tahun. Mengapa Tari masih meragukan cintanya?
Gemuruh membuka selimut lalu menggosok punggung Tari, seperti yang ia lakukan jika wanitanya sedang gusar. Namun wanita itu malah tengkurap sambil menangis, bertambah keras.
Aaah, mengapa wanita penuh misteri?