Mohon tunggu...
aerosol pegagan
aerosol pegagan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sebelas Maret

PKM-RE 2024

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa UNS Kembangkan Inhaler Aerosol Ekstrak Daun Pegagan sebagai Alternatif Pengobatan Tuberkulosis (TBC)

23 Juli 2024   06:00 Diperbarui: 23 Juli 2024   06:39 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekelompok mahasiswa Program Studi (Prodi) S1 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Sebelas Maret (UNS) mengembangkan sediaan inhaler aerosol dengan bahan alam.

Sediaan ini mengandung senyawa asiatikosida dari daun pegagan yang dikemas dalam formula nanoemulsi.

Inhaler aerosol merupakan alat medis yang digunakan untuk penyakit paru-paru. Aerosol yang terdapat pada inhlaer adalah partikel zat berupa udara atau gas yang dapat dihirup untuk mengobati saluran pernapasan. Sediaan ini merupakan hasil inovasi pengembagan karya kelompok mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) yang terdiri dari Faazatus Shofi, Silvia Ratna Ningsih, Ashrifathia Haifani, dan Nadia Herawardhani.

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang umumnya menginfeksi paru-paru. Indonesia menempati peringkat ke-2 penderita TBC terbanyak di dunia dengan 969 ribu kasus. Kasus TBC mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya, tercatat sebanyak 274.706 kasus meningkat di tahun 2022  menurut data Kemenkes RI (2022).

Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi berbahaya jika tidak ditangani dengan baik. Salah satu langkah utama yang dapat ditempuh untuk mengurangi kasus TBC di Indonesia adalah dengan pengobatan TBC. 

Terapi TBC secara oral yang umum dilakukan memiliki keterbatasan dengan minimnya keterimaan pasien. Hal ini disebabkan frekuensi konsumsi obat yang cukup sering dan jumlah obat yang cukup banyak dikonsumsi. 

Pengobatan TB yang tidak adekuat dapat menyebabkan timbulnya resistensi bakteri tuberkulosis terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Kasus resistensi antibiotik semakin meningkat dan beberapa penelitian melaporkan bahwa M. tuberculosis telah resisten terhadap obat-obat TBC yang lazim digunakan seperti isoniazid, rifampisin, etambutol, streptomisin, etionamid dan kanamisin dikutip dari penelitian Qiyaam dkk. (2020).

Oleh karena itu, diperlukan terapi alternatif yang dapat mengurangi kasus resistensi antibiotik tersebut dan perlu adanya eksplorasi bahan alam sebagai alternatif terapi TBC yang lebih aman bagi tubuh.

Daun pegagan (Centela asiatic) merupakan salah satu bahan alam yang banyak ditemukan di Indonesia dan diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Hal ini didukung oleh penelitian Amilah dan Ajiningrum (2015) yang menunjukkan bahwa senyawa asiatikosida yang terkandung dalam daun pegagan memiliki sifat bakterisidal terhadap M. tuberculosis dibuktikan dengan uji daya hambat. 

Sistem penghantaran aerosol menjadi inovasi terapi pengobatan untuk penderita TBC. Sistem ini menawarkan potensi obat dengan konsentrasi yang diinginkan dapat langsung mencapai targetnya yaitu paru-paru. Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap inhaler dalam bentuk dry powder dan nebulizer. Namun, belum terdapat penelitian yang menggunakan inhaler dalam bentuk aerosol sebagai alternatif terapi dalam pengobatan TBC. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pembuatan ekstrak daun pegagan dalam bentuk inhaler aerosol sebagai alternatif pengobatan TBC.

“Kami mengembangkan sediaan inhaler aerosol dengan bahan alam yang mengandung senyawa asiatikosida dari daun pegagan sebagai alternatif pengobatan tuberkulosis (TBC) untuk mengurangi timbulnya resistensi bakteri tuberkulosis terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT),” ungkap Faazatus.

"Kelebihan dibuatnya sistem penghantaran aerosol adalah kemampuannya untuk memberikan dosis lokal yang tinggi dan menghindari paparan sistemik yang akan menimbulkan efek samping," ungkap Silvia.

Proses pembuatan sediaan ini meliputi pembuatan ekstrak daun pegagan dengan metode maserasi, identifikasi dan kuantifikasi kadar asiatikosida total, formulasi nanoemulsi ekstrak daun pegagan, pembuatan formulasi inhaler berbasis nanoemulsi ekstrak daun pegagan, dan dilakukan evaluasi karakterisasi pada sediaan inhaler aerosol yaitu uji kebocoran, uji laju semprot, dan uji aktivitas antibakteri secara in-vitro

Nanoemulsi dipilih sebagai formula dalam sediaan inhaler aerosol karena asiatikosida memiliki kelarutan yang rendah dalam air dan ukuran nanoemulsi ini memungkinkan distribusi dan penetrasi yang lebih baik ke dalam jaringan paru-paru.

Sediaan inhaler aerosol telah diuji secara in vitro untuk melihat efektivitas antibakteri pada daun pegagan. Hasil uji menunjukkan bahwa formula nanoemulsi pada sediaan inhaler aerosol memiliki efektivitas antibakteri yang tinggi. Dengan demikian, sediaan inhaler aerosol ekstrak daun pegagan dapat menjadi pengobatan alternatif tuberkulosis (TBC) dari bahan alam dan diharapkan dapat membantu mengurangi resistensi antibiotik terhadap obat-obat TBC yang lazim digunakan. 

Tim mahasiswa UNS yang dibimbing oleh Ahmad Ainurofiq berharap sediaan inhaler aerosol ekstrak daun pegagan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya penderita tuberkulosisis (TBC).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun