Mohon tunggu...
Aeron Renli
Aeron Renli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Tarumanagara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Inovasi Memengaruhi Pasar?

28 Maret 2022   13:39 Diperbarui: 28 Maret 2022   14:02 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Twitter Xiaomi (@xiaomi), 2020.

Nama  : Aeron Renli

NIM    : 115190111

Dinamis, canggih, dan kontemporer.  Ketiga kata ini sekiranya dapat mendeskripsikan keadaan zaman sekarang yang serba ada ini.  Dinamis memiliki arti terus berubah-ubah yang dapat digambarkan dengan jumlah penduduk di dunia yang terus bertambah setiap tahunnya.  Kecanggihan dan kontemporer dapat digambarkan dengan teknologi yang terus-menerus berkembang.

Menurut Nurdin (2016), inovasi adalah sebuah kegiatan memperkenalkan dan melakukan sebuah praktek atau proses untuk memproduksi barang atau jasa, atau mengadopsi sebuah sistem baru yang berasal dari perusahaan lain.  

Pada zaman yang dinamis ini, melakukan inovasi pada produk kita, baik itu barang maupun jasa, merupakan hal yang sangat penting karena adanya persaingan bisnis yang semakin lama semakin ketat.  

Bagi mereka yang tidak mampu untuk melakukan inovasi pada produk atau jasa mereka untuk menarik minat para konsumen, maka cepat atau lambat perusahaan tersebut pasti akan tergeser. 

Selain itu, konsumen akan selalu menginginkan sebuah produk atau jasa yang lebih daripada yang lain apabila kita kehilangan konsumen, maka siapa yang akan membeli produk perusahaan kita.

Ada beberapa cara bagi kita untuk menciptakan sebuah inovasi, kita bisa memulai dari yang sederhana, yaitu melihat sekitar.  Contoh sederhana yang bisa kita ambil adalah pada saat Nadiem Makarim menciptakan Gojek.  Nadiem, yang sekarang menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia ini, dulunya menggunakan layanan ojek pangkalan untuk berangkat kerja.  

Nadiem melihat sekitar bahwa sebagian banyak pengemudi ojek menghabiskan banyak waktu mangkal untuk menunggu penumpang dan sering kali hanya mendapatkan jumlah penumpang yang bisa dihitung dengan satu tangan.  Karena adanya permasalahan ini, Nadiem meluncurkan Gojek yang menjadi inovasi dan peluang bisnis baginya, serta dengan niat untuk membantu para ojek pangkalan tersebut. 

Selang satu dekade setelahnya, Gojek telah mencapai pencapaian yang luar biasa, seperti menjadi unicorn pertama di Indonesia, menjadi decacorn pada Juli 2021, ekspansi ke empat negara di Asia Tenggara, dan yang paling terbaru adalah merger dengan Tokopedia dan siap untuk melantai di Bursa Efek Indonesia dengan melakukan Initial Public Offering (IPO) dalam waktu dekat ini.  

Selain inovasi layanan ojek online.  Gojek juga meluncurkan layanan-layanan yang kemudian diikuti oleh beberapa perusahaan lain pada kemudian hari.  Contohnya adalah layanan Gopay yang kemudian diikuti oleh kehadiran OVO, ShopeePay, Dana, dan masih banyak lagi.  Selain itu, kehadiran GoFood yang kemudian diikuti oleh para pesaingnya, seperti Grab dengan GrabFood dan Shopee dengan ShopeeFood.  

Inovasi-inovasi yang dilakukan oleh Gojek ini direspon dengan baik oleh pasar dengan aplikasi Gojek yang telah diunduh lebih dari 190 juta orang per Juli 2021 (Suara.com, 2021).  Selain direspon positif oleh pasar dan masyarakat, inovasi ini juga direspon oleh pesaingnya dengan mengembangkan aplikasi dan layanan yang hampir serupa.  

Dengan kesuksesan Gojek, menimbulkan demand akan pekerjaan menjadi ojek online semakin tinggi yang dibuktikan dengan jumlah mitra pengemudi Gojek sebesar lebih dari dua juta, dan Gojek juga memiliki lebih dari 900.000 mitra Merchant, yang membantu menggerakkan pasar, khususnya dalam industri makanan dan minuman. 

Kemajuan teknologi yang kemudian menghasilkan sebuah inovasi produk layanan e-wallet dan e-commerce perlahan-lahan mengubah bagaimana orientasi berbelanja di dalam masyarakat, yang sebelumnya lebih suka berbelanja di toko fisik, sekarang dengan adanya pandemi, menjadikan e-commerce menjadi primadona orang-orang, ditambah dengan berbagai voucher cashback atau gratis ongkir yang belum tentu dapat diimbangi "bakar-bakar uang" nya oleh toko fisik, karena e-commerce ini mendapatkan suntikan dana investor yang jumlahnya sangat besar.  Akibatnya, toko -- toko di berbagai pusat perbelanjaan juga perlahan -- lahan kehilangan pelanggan.   

Sumber gambar : inet.detik.com, 2019.
Sumber gambar : inet.detik.com, 2019.
Tidak hanya pada layanan atau manfaat yang ditawarkan dari barang dan jasa, inovasi dapat dilakukan dalam proses produksi dan distribusi barang atau jasa tersebut.  Sekitar dua tahun lalu, Apple melakukan sebuah inovasi dengan menjual iPhone tanpa dilengkapi charger dan earphone dengan alasan untuk mengurangi dampak dari pencemaran lingkungan.  Inovasi atau kebijakan yang dilakukan oleh Apple ini kemudian menuai kontra dari masyarakat global.  

Raksasa teknologi lainnya, seperti Samsung dan Xiaomi menyindir kebijakan dan inovasi Apple tersebut melalui Twitter.  Padahal, kalau kita cermati, ada banyak keuntungan yang akan didapatkan dengan tidak menyematkan aksesoris di dalam kotak smartphone selain "menjaga lingkungan" yang dijadikan tameng Apple, yaitu mereka dapat memperbesar margin keuntungan dengan menjual aksesoris secara terpisah dan dapat memuat lebih banyak produk pada proses distribusi karena ukuran kotak yang minimalis.  

Berselang beberapa bulan kemudian, Samsung dan Xiaomi juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Apple, yaitu mengecilkan ukuran kotak smartphone mereka dan tidak memberikan aksesosirnya, dengan alasan yang sama, yaitu demi lingkungan. 

Mungkin Tim Cook harus melemparkan pertanyaan kepada bos Samsung dan bos Xiaomi, "Gimana rasa ludah sendiri, enak?", seperti yang kata-kata Pepatah, yaitu Bagai menjilat air ludah sendiri.  Inovasi yang dilakukan oleh Apple ini mungkin dirasakan bermanfaat bagi sesama produsen, namun tidak pada konsumen.

Sumber gambar: Twitter The Verge (@verge)
Sumber gambar: Twitter The Verge (@verge)

Sumber gambar: Twitter Xiaomi (@xiaomi), 2020.
Sumber gambar: Twitter Xiaomi (@xiaomi), 2020.
Inovasi dapat mengubah pasar dengan cepat, bahkan dapat meruntuhkan sebuah perusahaan raksasa yang berkepala batu dengan produk yang dimilikinya karena merasa inovasi tersebut bukanlah sebuah ancaman.  Pin BlackBerry adalah sesuatu hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang, 15 tahun lalu.  Pada saat itu memang merupakan masa keemasan BlackBerry, yang menganggap remeh kedatangan iPhone dengan layer sentuhnya.  

"Sebagus apapun iPhone, mengetik di sebuah layar sentuh akan menghadirkan kesulitan bagi penggunanya" kata Jim Balsillie yang merupakan CEO Blackberry pada saat itu, dan menyatakan iPhone bukan ancaman dari Blackberry (inet.detik.com, 2021).  Setelah mulai digusur oleh iPhone besutan Apple, Blackberry juga semakin kehilangan pamornya dengan kemunculan Android yang perlahan memantapkan kakinya di industri ini.  Inovasi yang dianggap remeh oleh para pemimpin Blackberry ini menjadi bumerang bagi perusahaan mereka sendiri.  Apabila sebuah perusahaan tidak melihat apa yang diinginkan oleh pasar, maka lama-kelamaan pasar tersebut tidak akan memandangnya lagi.

Jadi, dengan inovasi yang memiliki manfaat yang baik dan jelas bagi masyarakat, maka pasar akan memberikan timbal balik yang baik pula terhadap perusahaan, baik itu dalam menggunakan produk atau jasa tersebut, atau juga bisa dalam memberikan kritik dan saran agar dapat meningkatkan kualitas produk perusahaan tersebut. 

Dengan adanya sebuah inovasi yang dapat diterima oleh masyarakat, maka bisa terjadi sebuah perubahan terhadap demand dan supply yang ada di pasar, contohnya dengan adanya layanan e-mail, menurunkan demand terhadap pengiriman pesan melalui surat pos yang mungkin saja akan menyebabkan surat pos tidak akan digunakan lagi di kemudian hari.  

Inovasi yang berjalan dengan baik, pasti akan dicoba untuk ditiru oleh para pesaingnya, seperti Gojek dan layanan transportasi online lainnya, yang akan menyuguhkan berbagai macam pilihan bagi pelanggan, sehingga supply menjadi lebih banyak.  Sebuah inovasi juga dapat mengubah apa yang diingikan oleh pasar, sebesar apapun perusahaan tersebut, pelanggan tetaplah raja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun