Dengan kecepatan yang tidak terbayangkan, roket mereka keluar dari orbit, dan terjatuh ke arah bulan. Jantung mereka berdebar, tubuh mereka lemah, terbayang nasib mengerikan yang menanti di depan mata.Â
  Di detik-detik terakhir, Brahma menatap monitor, berusaha menenangkan dirinya. "Ayunda," ucapnya, dengan suara bergetar, "Terima kasih atas segalanya. Andai saja kautahu, sebenarnya, kau adalah cinta pertamaku." Ia mengirim pesan terakhir sebelum semuanya menjadi gelap.
  Di bumi, hilangnya kontak dengan roket asal Tiongkok, telah menjadi berita utama media beberapa hari ini. Ayunda menanti dengan cemas, ia begitu merindukan suara Brahma. Di balkoni rumahnya, ia menatap langit malam dengan sendu. Ponselnya berbunyi, tampak di layar utama, nama Brahma muncul, hatinya berdegup. Air matanya mengalir deras saat membaca kata-kata terakhir Brahma yang terukir di sana.
  "Ayunda, saat kau membaca pesan ini, mungkin aku telah tiada. Maafkan aku tak bisa menepati janji. Dengar, jika kau merindukan aku, pandangilah rembulan. Aku ada di sana, dan akan terus mengawasimu sampai akhir waktu. Jujur, aku sangat senang karena kau telah menjadi bagian dari kisah hidupku, sama sekali tak ada penyesalan dalam diri ini. Dan juga, Ayunda, terima kasih, karena sesungguhnya, kau adalah cinta pertamaku."
  Membaca pesan itu, Ayunda meraung sejadi-jadinya. Kenangan indah bersama Brahma, senyumnya, tawanya, impiannya, semuanya terbayang kembali di ujung matanya.
  Dengan hati yang hancur, Ayunda menggigit bibirnya. Ia menyimpan sebuah penyesalan yang mendalam---ia juga tidak sempat mengungkapkan bahwa Brahma adalah cinta pertamanya.
  "Brahma," bisiknya, suaranya terputus-putus. "Aku sangat merindukanmu." Ia menggigit giginya, sekuat tenaga menahan letupan tangis.
  Dalam kegelapan malam, ia merasakan kesepian yang menyakitkan. Kesedihan tak berujung menghimpitnya, seolah, menatap rembulan adalah hukuman ilahi. Meski sebenarnya, di antara gemerlap bintang-bintang yang jauh angkasa, Brahma akan selalu mengawasi dan menemaninya, selamanya, meskipun bulan tak lagi bersinar.
Nama: Aeron Brusen
TTL: Sidoarjo, 24 Juni 1996