Mohon tunggu...
Aeron Brusen
Aeron Brusen Mohon Tunggu... Koki - Science Fiction Writer

Seorang aspire writer dengan spesialisasi di bidang Fiksi Ilmiah atau Science Fiction.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lunar

6 September 2024   23:06 Diperbarui: 7 September 2024   00:08 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana pameran antariksa di Universitas Gajah Mada begitu hidup, pengunjung sangat antusias dengan acara ini. Di antara pengunjung, seorang gadis manis bernama Ayunda, berdiri di antara panel-panel replika roket yang menjulang tinggi. Meski ia mahasiswi astrofisika semester awal, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

    Ayunda terlalu bersemangat, tanpa sengaja, ia menyenggol seorang laki-laki yang berada di samping roket. Namanya Brahma. Seorang pemuda berwajah tampan berkumis tipis, dengan senyuman hangat, ia menenangkan Ayunda yang sedang canggung meminta maaf.

    Brahma memperkenalkan dirinya. Mereka mulai berbincang tentang pameran, impian, dan ketertarikan mereka terhadap luar angkasa.

    Seiring berjalannya waktu, Ayunda dan Brahma semakin dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita tentang angkasa dan bintang. Brahma seorang pendengar yang baik, ia selalu antusias mendengar impian dan rencana masa depan Ayunda---menjadi seorang dosen dan mengajar tentang angkasa luar, juga menjadi astronot Indonesia yang pertama.

    Pada akhirnya, mereka resmi berpacaran. Ayunda merasa seolah bintang-bintang tersenyum padanya, dunia terasa sangat indah.

Suatu malam, Brahma mengajak Ayunda ke sebuah taman kecil. Pemandangan langit malam begitu indah. Di antara bintang-bintang yang berkelip, Brahma mengungkapkan rahasia yang ia sembunyikan dari Ayunda selama ini.

    "Ayunda, sebenarnya, aku adalah astronot pertama asal Indonesia yang akan pergi ke bulan," ujarnya dengan penuh kebanggaan.

    Perasaan Ayunda campur aduk, antara bangga dan takut. Brahma menjelaskan bahwa ia akan terbang dengan astronot Tiongkok sebagai bagian dari kerjasama antariksa kedua negara. Sebelum berangkat, Brahma berjanji, ia akan mengungkapkan sesuatu yang sangat spesial padanya saat kakinya menginjak bulan. Ayunda tersenyum manis. Ia menanti-nanti momen itu dengan penuh harapan.

    Tibalah hari peluncuran, semuanya berjalan lancar. Roket Brahma meninggalkan atmosfer bumi, melesat kencang menembus gelapnya angkasa luar. Namun, saat roket mendekat bulan, bencana terjadi. Kabin kru berubah merah, lampu darurat menyala di setiap sudut, sirene tanda bahaya bergema tanpa henti. Brahma dan rekan-rekannya berjuang sekuat tenaga mengendalikan roket, tetapi semua usaha tampaknya sia-sia. Mereka keluar dari orbit, dan terjatuh ke arah bulan dengan kecepatan yang tak terbayangkan.

    Di detik-detik terakhir, Brahma menatap monitor, berusaha menenangkan dirinya. "Ayunda," ucapnya, dengan suara bergetar, "Terima kasih atas segalanya. Aku hanya ingin kautahu, sebenarnya, kau adalah cinta pertamaku." Ia mengirim pesan terakhir sebelum semuanya menjadi gelap.

    Di bumi, hilangnya kontak dengan roket asal Tiongkok, telah menjadi berita utama beberapa hari ini. Ayunda menanti dengan cemas, ia begitu merindukan suara Brahma. Di balkoni rumahnya, ia menatap langit malam dengan sendu. Ponselnya berbunyi, tampak di layar utama, nama Brahma muncul, hatinya bergetar. Air matanya mengalir deras saat membaca kata-kata terakhir Brahma yang terukir di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun