Maruna kembali teringat dengan catatan yang ia tulis siang tadi: "Kandungan oksida besi dengan jumlah yang sangat tinggi." Lahan subur khas Papua, hanya dalam semalam, tiba-tiba berubah menjadi kristal debu dengan kandungan oksida. Dengan kata lain: Berkarat.Â
  "Saya tidak ingin mengatakan ini, tapi sebagai seorang ahli astrofisika, saya harus mengatakan kalau sampel debu yang kita teliti bukan partikel yang berasal dari bumi," ujar seorang peneliti, suaranya bergetar.Â
  Maruna mengangguk, mendukung statemen itu. Sebagai ahli geologi, ia sudah menyadari ada yang aneh sejak awal.Â
  "Sekarang yang menjadi pertanyaan, kenapa partikel debu dari Planet Mars bisa sampai ke tempat ini?" Matanya tajam menatap layar komputer yang selesai menganalisis data partikel debu yang mereka bawa—analisis komputer menunujukan kesamaan data komposisi tanah bebatuan di Planet Mars dan partikel debu di Desa Nkawu.Â
  "Apa pun itu. Harus kita selediki lebih lanjut," kata Maruna, napasnya tersendat. "Jika benda ini benar asalnya dari luar angkasa, kita perlu mendiskusikannya dengan pihak yang berwenang. Kita harus hati-hati. Ini bisa jadi isu yang sensitif di tengah masyarakat."
  Ruang laboratorium darurat itu terasa semakin pengap, seolah-olah menyimpan rahasia yang terlalu besar untuk ditangani. Maruna merasakan ketegangan yang menggantung di udara, menunggu jawaban yang mungkin mengubah segalanya.
  Esok paginya, mereka kembali ke Desa Nkawu. Betapa kagetnya mereka melihat kondisi kemah yang ditinggalkan telah hancur berantakan. Tiang-tiang rubuh, terpal berhamburan, kursi dan meja patah. Seolah menjadi penanda atas apa yang mereka takutkan semalam.Â
  Maruna menunggu di helikopter sampai tendanya selesai dibangun ulang oleh anggota TNI. Peneliti lain sudah sejak tadi bergegas ke luar.
  "Bu Maruna, lihat ini," panggil salah satu anggota peneliti. "Lihat, ada residu radiasi di sini."
  Maruna terkejut dari lamunannya. "Radiasi? Dari mana? Apa mungkin ada bebatuan yang memancarkan radiasi dari bawah tanah?"Â
  "Entahlah. Perasaanku tidak enak sejak tadi. Sebaiknya kita mulai berhati-hati."