Mohon tunggu...
Feliciana E
Feliciana E Mohon Tunggu... -

Status masih pelajar, gila baca dan mencoba eksis dalam dunia menulis yang tak terbatas oleh imajinasi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Percakapan dengan Malaikat

20 April 2011   11:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin malam saat aku berbaring untuk tidur, sebuah ketukan di jendela membuatku menoleh. wajah seorang malaikat tampak di sana. dia tersenyum padaku dan aku membalas senyumannya sambil beranjak turun untuk membuka jendela dan membiarkannya masuk ke dalam.

"Terima kasih." katanya sambil terbang masuk.

"Kok lama nggak ke sini lagi sih kak?" tuntutku.

"kakak sibuk banget. Kamu baik-baik aja?"

"Aku? Biasa aja sih. cuman aku baru tahu kalo ternyata aku itu nggak normal."

malaikat itu terdiam.

"Siapa yang bilang gitu?"

"semua orang. bahkan cowok yang aku suka juga ga tau aku ada.. Tadi aku liat dia jalan ama ceweknya dan tau nggak kak? Rasanya sakit banget yah di sini?" aku menunjuk dadaku.

Malaikat itu tersenyum simpul.

"Wah, adikku yang polos sudah mengenal cinta rupanya. siapa cowo itu?"

"Temen sekolahku juga. tapi... dia nggak tau aku ada."

"Maksudnya?"

"Yah, kan semua orang pada bilang aku nggak normal, karena yang lain bisa bicara. kenapa sih setiap kali aku mau bicara, nggak ada suara yang keluar? mereka gimana caranya ya ngeluarin suara gitu setiap kali buka mulut dan ngomong sesuatu?"

"Semua itu udah diatur, dek, ama Tuhan. kamu itu spesial banget, jadi Tuhan mau memberi suatu tanda bahwa kamu itu lain daripada yang lain. mengenai cowok itu, jangan sedih kalo kamu patah hati. Suatu hari nanti kamu akan menemukan seorang lelaki yang benar-benar menerima kamu apa adanya, adikku sayang, dan sampai saat itu tiba, aku akan selalu menemanimu saat kau membutuhkanku di malam yang sepi seperti sekarang ini."

"Kak... bakal ninggalin aku?"

Malaikat itu menoleh ke malam pekat dan menjawab tanpa menatap mataku.

"Suatu hari nanti, waktu kamu sudah lebih besar, kamu akan mengerti... dan kenangan akan pertemuan-pertemuan kita pada saat-saat seperti ini akan menjadi harta masa kecilmu yang sangat berharga."

Aku benar-benar sedih saat itu.

"Kenapa kakak harus pergi?"

"Kakak nggak pergi ninggalin kamu, tapi kamu yang akan sibuk dengan segala aktifitas dan hidupmu sendiri, tapi percayalah kelak saat kamu sudah amaat sangat besar dan lelah terhadap kejenuhan hidup, kamu akan duduk mengenang dan saat itu kita akan bertemu lagi. sampai saat itu tiba, teruslah berjuang dengan hidupmu yah? sudah malam, kamu tidur  ya."

Aku hanya mengangguk.

"Besok ketemu lagi, kan?"

"YA. papa mama bilang hai sama kamu, mereka sayang kamu selalu."

"OK, good night, kak."

"Night adikku sayang."

dan dia pun terbang tanpa suara, melintasi langit mimpi yang gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun