Mohon tunggu...
Aerha Hakeem
Aerha Hakeem Mohon Tunggu... lainnya -

Mengumpulkan serpihan mutiara ||Site: www.alislam.org; www.mta.tv|| ||Email: aerhajamai@gmail.com|| ||Twitter: @arshaorabu||

Selanjutnya

Tutup

Politik

Positifnya Bahasa Vicky

22 September 2013   21:01 Diperbarui: 20 Juli 2017   09:17 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Vickyisasi dalam seminggu terakhir ini menjadi trending topic di media massa dan socmed, twitter maupun facebook, pun di mangkuk kompasiana ini, sampai-sampai muncul istilah untuk fans berat Vicky, "Vickylicious". B) Ungkapan-ungkapan gubahan bahasa Inggris dan terma intelek ala Vicky sendiri memang terdengar asing dan ngawur bak bulu ayam menggelitik telinga para pakar bahasa, hingga Vicky difatwa telah mengacak-acak bahasa, tidak nasionalis dan meresahkan masyarakat. (Kayak aliran sesat ajah) Kasian Vicky harus berakhir tragis. :'( Tapi, yang sebenarnya jika kita pelajari dan perhatikan nih, Vicky adalah pribadi yang cerdas, perlu sedikit dipoles saja. (Sok banget... Heee) Bahasa-bahasa seperti itu memang tidak sesuai dengan grammatikal bahasa Inggris, tapi insyaALlah masih bisa dimengerti kok sama orang-orang yang berbahasa Inggris maksud omongan Vicky. Selayaknya orang-orang luar yang belajar bahasa Indonesia otodidak dengan hanya dibantu kamus yang mereka beli, walaupun demikian ngawur dan acak-acakan tapi sedikit banyaknya bisa dimengertikan oleh kita mereka maksudnya apa? Coba kita perhatikan sejenak secara runut bahasa Vicky dalam video youtube yang telah ditonton ribuan pengunjung! -"My name is Hendrianto," -"I'm froms the birthday in Karang Asih City." -"I'm have to my mind," -"I'm have to my said," -"I'm get to the good everything." - dan seterusnya. Nah, tidak semuanya hancurkan? Yah paling tidak kalimat pertama tepat sekali dengan permintaan para pakar. Heee.... Hanya saja seterusnya Vicky menjadi letterlijk menggunakan bahasa kamus, sekenanya, artinya Vicky menyusun SPOK bahasa Inggris ala Vicky sendiri sesuai vocab yang dicari dan ditemukan kemudian dihafalkan. (Yah terlepas dari kebenarannya, yang katanya Vicky pernah kuliah di Amerika). Bahasa itu juga sebenarnya tidak jarang kita dengar, apalagi oleh mereka yang pernah mengunjungi tempat-tempat wisata terkenal seperti Kute Beach di Bali dan Senggigi Beach di Lombok, serta tempat-tempat terkenal lainnya yang biasa dikunjungi para turis mancanegara. Para pedagang yang menjajakan souvenir kepada para turis mancanegara yang rata-rata menggunakan bahasa yang tidak jauh beda dengan yang keluar dari mulut Vicky, tapi toh tetap dimengerti oleh para turis. Usaha Vicky dan para pedagang tersebut memang harus diapresiasi. Why not! That's good! (Y). Ok! Sebenarnya kalau kita ayak lebih halus lagi, kita akan melihat lukisan yang menggambarkan wajah sistem pendidikan di Indonesia yang hikmahnya cukup menampar pipi manis pemerintah. Pemerintah perlu sedikit memperhatikan jalur sistem yang mereka rancang dan terapkan sehingga tetap dalam jalurnya, tidak belak-belok terus gak punya tujuan. Harus lebih konstan. Pemerintah juga perlu dibangunkan sehingga tidak melihat dengan mata sebelah. Ingat! "Mereka yang tidak mau sekolah belum tentu malas belajar", dalam artian 'there is something wrong in school?!' Kembali ke laptop Vicky! :D Positif sedikit sama Vicky deh! Coba! Kalau Vicky diikutsertakan dalam 'International Scrabble Competition' (kalau ada). InsyaALlah, Vicky bisa mengharumkan nama bangsa, karena Vicky menghafal banyak vocabullary dari kamus bahasa Inggris. Istilahnya, Vicky sudah khatam "Kamus Lengkap Satu Miliyar". Heee... :D (Begitu juga dengan menjamurnya kamus yang beredar luas di pasaran yang menyatakan diri LENGKAP! (Ya buat dirinya). Seandainya pemerintah bisa menetapkan standar kamus bahasa yang harus beredar dan digunakan dalam dunia pendidikan sehingga ada barometer bahasa yang baku). Oleh karena ini, saya di sini hanya ingin sedikit bersikap positif dalam menilai sesuatu. Karena ada hikmahisasi yang harus kita terima. (*cieee...sedikit Vickylicious gak pa-pa kan?*) Bukan salah mereka belajar dari mana saja mereka inginkan, ada keinginan mencerdaskan diri saja sudah nasionalis menurut saya (Pembukaan UUD '45). Giliran banyak yang jongkok IQ-nya, dianggap gak belajar/begok. Nah giliran belajar dan mungkin terlalu pintar, disalahkan. (Harusnya jangan beginilah, begitulah). Makanya yang serius dong buat kurikulumnya!! Jangan gonta-ganti mulu! Belum selesai ini ganti ma yang itu. Sekalimat celotehku buat yang bertanggung jawab atas pendidikan di Indonesia; "Seriuslah memformulasikan sistem supaya mendapatkan formula yang tepat terus diedarkan dan dikembangkan, jangan berubah-ubah terus, jadi bingung rakyatnya. (*huft...gurunya ja gak konsisten, gimana muridnya mau konsisten?!) :( _________________ Salam Damai, "Love For All Hatred For None" <3 Email: aerhajamai@gmail.com Twitter: @arshaorabu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun