Mohon tunggu...
Aerha Hakeem
Aerha Hakeem Mohon Tunggu... lainnya -

Mengumpulkan serpihan mutiara ||Site: www.alislam.org; www.mta.tv|| ||Email: aerhajamai@gmail.com|| ||Twitter: @arshaorabu||

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ini Hanya untuk Menag (SDA), Menag Juga Manusia Biasa

3 September 2013   16:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:25 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bismillahirrahmanirrahim.

Fuuuuhhh! Akhirnya!

Cukup rame pro dan contra untuk Menag Surya Dharma Ali (SDA) terkait pemberitaan beliau di Tempo.co yang terdengar sinis menyebut ‘Tersinggung’ atas respon sikap yang diberikan SDA karena pidatonya yang belum selesai tiba-tiba terhenti oleh sebab adzan yang tiba-tiba dikumandangkan oleh seorang muadzin Mesjid Agung Bojong Koneng dalam rangka memberikan bantuan kepada umat Islam setempat. Yah, begitulah suasana di mesjid pada saat itu. Semua menjelaskan kronologi dan keberpihakan mereka masing-masing yang membela sang Menteri atau membela si Muadzin, bahkan ada juga yang bijaksana melihat keadaan dengan tidak menyalahkan kedua-duanya. Akan tetapi, saya tidak akan menyinggung masalah tersinggung atau tidaknya beliau, akan tetapi beberapa pihak yang membela / ingin bersikap netral kepada sang Menteri berstatemen bahwa begitulah beliau, beliau juga seorang manusia. Sedangkan untuk kasus beliau, quote 'kadang kita lebih cepat menanggapi dan bereaksi terhadap suatu pemberitaan daripada memahaminya terlebih dahulu' bermunculan.Lalu, apakah itu juga berlaku untuk yang lain (mereka yang tertindas)?? Tidak hanya untuk berita namun semua jenis yang perlu dijelaskan dan dipahami juga perlu.

Statemen seperti itu cukup menggelitik saya sehingga barisan gigi putih ini (hehe) terlihat alias nyengir. Pembelaan karena figur dan status menjadikan orang biasanya lupa akan keadilan sampai-sampai mungkin rela untuk mempertaruhkan reputasinya sebagai orang yang mengusung kesejahteraan. Sedangkan beberapa di antara mereka yang mungkin tidak memiliki status atau nama dalam masyarakat dan pemerintahan, tidak mendapat respon kalau mereka juga manusia biasa apalagi memahami masalah mereka apabila melakukan kesalahan-kesalahan yang itu juga mungkin di luar kendali mereka, iya kalau itu sebuah kesalahan duniawi, kalau tentang keyakinan?

Banyak keyakinan-keyakinan dan tindakan-tindakan yang memerlukan penjelasan terpaksa menerima perilaku yang tidak fair dalam masyarakat yang plural ini. Ahmadiyah, Syiah Sampang dan keyakinan-keyakinan lainnya bahkan tidak mendapatkan sikap fair tersebut. Bahkan walaupun sudah dijelaskan, tetap saja status yang telah tersebar entah itu fitnah atau tidak menjadikan beberapa keyakinan maupun pengikutnya terutama di Indonesia ini telah kehilangan hak azasi untuk mendapatkan keadilan. Sehingga quote yang dikutip dari kata-kata KH. Mustofa Bisri, 'kadang kita lebih cepat menanggapi dan bereaksi terhadap suatu pemberitaan daripada memahaminya terlebih dahulu' terlihat hanya untuk Menag dan Kemenag-nya dalam perihal kasus tersebut. Tidak untuk yang saya sebutkan sebelumnya. Begitu juga dengan mereka yang mencuri ayam, mencuri setandan pisang, dan lain-lain yang terpaksa menginap selama bertahun-tahun di hotel berpagar besi dengan fasilitas termewah untuk binatang. Sedangkan para raja, adipati, senopati pemerintahan yang telah melahap uang negara yang mungkin uang si pencuri ayam dan setandan pisang juga bercampur di dalamnya walaupun hanya seperak dua perak justru ............................. titik-titik. Ya begitulah!


Inilah sedikit cengiran saya. Hanya sekedar belajar menulis!

:-D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun