Mohon tunggu...
aeranie hafnie
aeranie hafnie Mohon Tunggu... -

A dreamer mother and wife, love travelling, culinary and writing. https://rumahkerang.wordpress.com # http://indo.amuslima.com # @hafnie

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengejar Senja yang Memesona di Selayar

25 November 2015   10:28 Diperbarui: 25 November 2015   11:48 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Pesona senja yang memeson di Pantai Selayar Island Resort, Selayar, Sulawesi Selatan."][/caption]Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu. Quote yang manis sekali kan ya. Bagiku quote itu tak hanya manis tapi efek 'kompor'nya luar biasa dahsyat, super menyemangati lah. 

Para penggemar tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata pasti hapal banget dengan quote di atas. Quote ini ada di buku Edensor, seri ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi. Eh tapinya ditulisan ini aku tidak akan membahas soal buku Andrea Hirata ya. Hanya nyuplik quotenya yang inspiratif. Ya, dari mimpi pula aku akhirnya bisa menikmati keindahan senja di Selayar, pulau yang berada tepat di bawah kaki Pulau Sulawesi.

Suatu kali saat berselancar di internet lihat foto langit senja bergurat jingga yang cahayanya memantul berkilauan di atas laut dan pantai dengan pohon kelapa menjuntai di antara pemandangan senja yang indah. Aku klik foto itu dan saat itulah aku baru mengetahui dimana foto itu diambil. Ya, di sebuah pantai di Selayar.

Sejak saat itu entahlah ada semacam dorongan kuat untuk suatu saat backpacker mendatangi tempat itu, mengejar senja yang memesona di Selayar. Tuhan rupanya memeluk impian itu. Bermula dari promo tiket satu harga Citilink ke berbagai rute pada Maret 2012, buru-buru lah berburu tiket ke Makassar. Karena rute terdekat adalah Surabaya-Makassar akhirnya beli deh tiket pergi pulang untuk rute itu. Alhamdulillah hanya bayar Rp158k untuk tiket pp meski jadwal terbangnya masih enam bulan kemudian tapi itu bukan masalah.

Akhirnya waktu itu tiba. Aku dan dua sahabatku, Dian dan Hanifah, berangkat dari Solo menggunakan bus malam ke Surabaya. Nyampe di Terminal Bugurasih sekitar jam 4 pagi. Setelah salat subuh kami naik bus Damri menuju Bandar Udara Juanda Surabaya. Tak berapa lama menunggu kami naik pesawat dan terbang menuju Makassar, Sulawesi Selatan. Penerbangan sekitar dua jam.

Dalam perjalanan di Sulawesi Selatan Tuhan memberi banyak kemudahan bagi kami. Tuhan Maha Baik. Terima kasih ya Allah kami bertemu dengan orang-orang yang sangat baik, ikhlas menolong dan tanpa pamrih. Kami menemukan teman, saudara selama perjalanan ini.

Kami merasakan berbagai kemudahan mulai dari menginjakkan kaki d Makassar sampai pulang ke Solo. Setibanya di Bandar Udara Sultan Hasanuddin kami dijemput seorang rekan dari Jalan-Jalan seru Makassar, Rere.

Rere bersedia membantu mengantarkan kami sampai ke Tanjung Bira namun tidak bisa menemani ke Selayar. Tapi dia mengenalkan kami pada keluarga temannya di Bulukumba yang memiliki saudara di Selayar. Kami dikenalkan dengan keluarga mbak Fitri yang sangat baik dan mereka menawari kami agar sesampainya di Selayar menginap dulu di rumah kakaknya, mbak Indri.

Dalam perjalanan Makassar ke Bulukumba yang memakan waktu sekitar lima jam kami melewati bekas peninggalan kerajaan Goa, ladang-ladang garam, peternakan kerbau dan kami sempat sarapan coto makassar dan sempat beristirahat sejenak di Janeponto untuk salat dan makan jagung manis rebus dan berhubung gak minum kopi hitam yang khas daerah ini aku pilih minum teh hangat serta mencicipi lemang.

[caption caption="Panganan tradisional, Lemang."]

[/caption]

Sebelum ke Tanjung Bira kami mampir ke Tanah Beru, sebuah desa pembuat kapal phinisi di pesisir pantai Bulukumba. Kapal-kapal phinisi dari kayu yang kokoh berderet di sepanjang pantai. Ada sebagian yang baru proses pengerjaan dan sebagian ada yang sudah hampir jadi. Kami berbincang dengan pekerja dan pemilik usaha pembuatan kayu phinisi. Mereka sangat ramah menjawab rasa keingintahuan kami dan bahkan mengizinkan kami menaiki kapal yang mereka bikin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun