Mohon tunggu...
aep saefudin
aep saefudin Mohon Tunggu... Lainnya - profil terbaru

Pegawai swasta tinggal di Serang, Banten. suka juga baca soal artikel/berita sepak bola, nasional maupun internasional

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Umara Gandeng Ulama Cegah Covid-19

7 Desember 2020   14:59 Diperbarui: 7 Desember 2020   15:02 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam beretorika,  penyiapan materi dan identifikasi audiens (inventio) merupakan salah satu kunci sukses berpidato. Pilihan gaya atau pembicara memilih kata dan bahasa yang tepat (elucatio), memperhatikan olah suara dan gerakan anggota badan saat berpidato serta persiapan lainnya sangat penting untuk suksesnya penyampaian pesan.

Begitupun keterlibatan tokoh masyarakat atau opinion leader lainnya, tentu sangat dipentingkan. Tujuannya jelas, pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik dan pada akhirnya bisa dilaksanakan.

Salah satu keberhasilan penyampaian pesan dihadapan kelompok masyarakat dan publik bergantung pada siapa yang menyampaikan dan bagaimana materi itu disampaikan. Selain itu, bergantung pada tepat atau tidaknya pilihan kata dan bahasa yang disampaikan kepada masyarakat.

Pernyataan atau pidato kepada masyarakat kelompok tertentu belum tentu tepat ketika pidatonya diselingi dengan banyak humors. Berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya, penyampaian pesan yang diselingi humors boleh jadi akan menjadi senjata utama dalam penyampaian pesan, sehingga bisa diterima dengan baik oleh penerima pesan atau receiver.

Penyampaian pesan yang langsung menyebut baik buruk sesuatu (one side isu) tidak akan berhasi jika disampaikan dihadapan para intelektual. Begitupun sebaliknya, penyampaian pesan yang membahas sisi baik dan buruk sesuatu dan membiarkan audiens berpikir (two side isu) kurang tepat jika disampaikan kepada masyarakat biasa.

Syeh Muhammad Abduh, seperti diungkapkan Yusuf Zaenal Abidin dalam bukunnya Pengantar Retorika, umat yang dihadapi para mubalig dapat dibagi atas tiga golongan. Pertama, golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, berpikir kritis dan cepat tanggap. 

Mereka harus dihadapi dengan hikmah, yaitu dengan alasan-alasan dalil, dan hujjah yang dapat diterima kekuatan akal mereka. Kedua, golongan awam, orang yang belum dapat berpikir kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian yang tinggi. Mereka dipanggil dengan mau'idzatil hasanah, dengan ajaran dan didikan yang baik dan mudah dipahami.

Ketiga, golongan yang tingkat kecerdasanya di antara kedua golongan tersebut. Mereka dipanggil dengan mujadalah billati hia ahsan, yaitu dengan bertukar pikiran, guna mendorong mereka untuk berpikir secara sehat.

Belum lagi soal pentingnya keterlibatan kalangan akademisi dalam mempromosikan program kesehatan. Kalangan akademisi dan kalangan lain yang kompeten di bidangnya, tentu akan sangat memahami pesan yang tepat disampaikan kepada masyarakat. 

Cara penyampaian pesan kepada masyarakat menengah ke bawah dan pesan yang disampaikan kepada masyarakat menengah ke atas tentu akan berbeda.

Dalam ilmu komunikasi, penyampai pesan disebut komunikator. Nimmo dalam Komunikasi Politik Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, dan Media menyebut, ada tiga tipe komunikator politik. Pertama politikus sebagai komunikator politik, profesional, dan aktivis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun