Mohon tunggu...
Adzra ZahraZiva
Adzra ZahraZiva Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hola!

Hola!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenali Dampak Defisiensi Vitamin D Dalam Tubuh dan Cara Mengatasinya

11 Januari 2023   12:15 Diperbarui: 11 Januari 2023   12:34 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Vitamin D (1,25-dihidroksivitamin D) adalah vitamin yang larut dalam lemak yang berfungsi sebagai hormon steroid. Vitamin D diperoleh dari makanan atau disintesis oleh kulit dan perlu diaktifkan secara enzimatik. Vitamin D berperan penting dalam homeostasis mineral dan kesehatan kerangka tulang. Defisiensi vitamin atau sering juga disebut kekurangan vitamin adalah suatu kondisi yang terjadi apabila tubuh tidak mendapatkan asupan vitamin yang cukup sesuai kebutuhannya. Kekurangan vitamin D pada orang tua sebagian besar disebabkan oleh paparan sinar matahari yang tidak mencukupi, menurunnya kapasitas fungsional kulit untuk mensintesis vitamin D ketika terkena sinar matahari, dan asupan vitamin D yang rendah. 

Dampak defisiensi vitamin D dalam tubuh

Kekurangan vitamin D tidak bisa dianggaap sepele. Pasalnya, kondisi ini bisa meningkatkan risiko gangguan kesehatan di dalam tubuh Anda, di antaranya:

Osteoporosis

Vitamin D memainkan peran penting dalam penyerapan kalsium dan metabolisme tulang.. Efek utama metabolit aktif vitamin D adalah merangsang penyerapan kalsium pada usus. Tanpa asupan vitamin D atau kalsium yang cukup, kelenjar paratiroid akan memproduksi terlalu banyak hormon yang dapat mengakibatkan kadar kalsium tidak seimbang dan memicu pelepasan ion kalsium dari jaringan tulang. Hal tersebut dapat menurunkan homeostasis tulang sehingga dapat menyebabkan osteoporosis, patah tulang, cacat mineralisasi, dan otot melemah.

Diabetes

Kekurangan vitamin D sering dikaitkan dengan penyakit diabetes. Salah satu penyebabnya yaitu sintesis dan sekresi insulin pada pankreas dapat terhambat ketika terjadi kondisi defisiensi vitamin D, menunjukkan perannya dalam perkembangan diabetes tipe 2.  Kekurangan vitamin D berpengaruh terhadap diabetes tipe 1 dan tipe 2, dan reseptor untuk mengaktivasi pembentukan ---1,25-dihidroksivitamin D3---telah diidentifikasi pada sel beta dan sel imun.

Obesitas

Obesitas sering dikaitkan dengan tingginya lemak tubuh dan menandakan rendahnya kadar vitamin D. Para peneliti telah mengusulkan bahwa lemak tubuh yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan sekuestrasi vitamin D dalam jaringan adiposa menjadi penyebab konsentrasi vitamin D serum yang lebih rendah. Sel-sel lemak menjaga vitamin D tetap terisolasi sehingga tidak dengan mudah dilepaskan dan menyebabkan bioavaibilitasnya berkurang.

Depresi

Defisiensi vitamin D telah dikaitkan dengan depresi, terutama terjadi pada orang dewasa. Studi menunjukkan bahwa kadar 25(OH)D yang rendah berkaitan dengan keberadaan dan tingkat keparahan gangguan depresi yang menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D dapat menjadi penyebab kerentanan biologis yang mendasari depresi. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan vitamin D dengan depresi.

Bagaimana cara mencegah dan mengatasi defisiensi vitamin D?

Anda dapat memperoleh vitamin D dengan berbagai cara, diantaranya:

Konsumsi makanan sumber vitamin D

Cara terbaik untuk mencegah kekurangan vitamin D adalah memastikan Anda mendapatkan cukup vitamin dalam makanan. Konsumsi lebih banyak makanan yang kaya akan kandungan vitamin D dapat memenuhi kebutuhan asupan dan mencegah terjadinya defisiensi vitamin D. Beberapa jenis makanan yang menjadi sumber vitamin D yaitu:

  • Minyak hati ikan kod
  • Ikan berlemak seperti salmon, trout, tuna
  • Jamur
  • Ikan kaleng seperti sarden
  • Kuning telur
  • Hati sapi
  • Daging
  • Keju
  • Dada ayam

Vitamin D juga dapat diperoleh dari hasil fortifikasi makanan, contohnya:

  • Sereal
  • Jus jeruk
  • Susu sapi
  • Susu almond
  • Susu kedelai
  • Margarin

Paparan sinar matahari pada kulit

Luangkan waktu setiap hari untuk keluar dibawah sinar matahari ataupun sambil melakukan aktifitas seperti berjalan-jalan sebentar, menyiram tanaman, dan berkebun. Ketika kulit terpapar sinar matahari maka tubuh akan memproduksi vitamin D secara alami dengan cara mengubah kolesterol dalam sel-sel kulit. Pre-vitamin D3 disintesis pada tingkat kulit dari 7-dehydrocholesterol (provitamin D) selama paparan sinar ultraviolet matahari (panjang gelombang 290-320 nm). Pre-vitamin D3 secara termal tidak stabil dan terisomerisasi menjadi vitamin D3 (cholecalciferol).  Paparan radiasi UV sebesar 25 % dari dosis eritematik minimum pada sekitar seperempat permukaan kulit (wajah, tangan, dan lengan) akan menghasilkan setara dengan 1000 IU vitamin D.  Namun, Anda tetap perlu menggunakan tabir surya untuk menghindari risiko terkena kanker kulit akibat paparan sinar UV.

Konsumsi suplemen

Vitamin D memiliki dua bentuk utama: D2 dan D3.  Anda dapat menyerap kedua jenis dalam tubuh Anda. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa vitamin D3 lebih efektif daripada vitamin D2.  Maka sangat direkomendasikan mengkonsumsi suplemen yang mengandung vitamin D3 yang dijual bebas atau mengonsumsi suplemen minyak ikan kod.

REFERENSI

Dominguez, L. J., Farruggia, M., Veronese, N., & Barbagallo, M. (2021). Vitamin D Sources, Metabolism, and Deficiency: Available Compounds and Guidelines for Its Treatment. Metabolites, 11(4), 255. doi:10.3390/metabo11040255

Lips, P., & van Schoor, N. M. (2011). The effect of vitamin D on bone and osteoporosis. Best Practice & Research Clinical Endocrinology & Metabolism, 25(4), 585--591. doi:10.1016/j.beem.2011.05.002

Mathieu, C., Gysemans, C., Giulietti, A., & Bouillon, R. (2005). Vitamin D and diabetes. Diabetologia, 48(7), 1247--1257. doi:10.1007/s00125-005-1802-7

Milaneschi, Y., Hoogendijk, W., Lips, P. T. A. M., Heijboer, A. C., Schoevers, R., Van Hemert, A. M., ... & Penninx, B. W. J. H. (2014). The association between low vitamin D and depressive disorders. Molecular psychiatry, 19(4), 444-451.

Nowson, C. A., & Margerison, C. (2002). Vitamin D intake and vitamin D status of Australians. Medical Journal of Australia, 177(3), 149--152. doi:10.5694/j.1326-5377.2002.tb04702.x

Relation of body fat indexes to vitamin D status and deficiency among obese adolescents. The American journal of clinical nutrition, 2009, 90.3: 459-467.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun