Mohon tunggu...
Adytta Septi Yuiya
Adytta Septi Yuiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bisnis Digital, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

Saya adalah seorang individu yang memiliki minat mendalam pada dunia lifestyle. Hobi menonton film bukan hanya menjadi cara untuk bersantai, tetapi juga sumber inspirasi dalam mengeksplorasi beragam perspektif, budaya, dan gaya hidup. Ketertarikannya pada lifestyle mencakup bidang yang luas, mulai dari tren fashion terkini, tips kecantikan, kesehatan mental, hingga inovasi gaya hidup yang berkelanjutan. Melalui kecintaannya ini, Saya senang berbagi wawasan dan informasi menarik, menginspirasi orang lain untuk menjalani hidup yang lebih penuh makna, seimbang, dan sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam keseharian, saya selalu mengikuti perkembangan tren gaya hidup dan mencari tahu lebih dalam tentang hal-hal yang bisa memperkaya kesehariannya dan juga orang-orang di sekitarnya.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Generasi Milenial dan Gen Z Terpikat Paylater, Ancaman atau Inovasi di Tengah Transformasi Digital?

27 Oktober 2024   18:30 Diperbarui: 27 Oktober 2024   21:45 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.digination.id

Semakin berkembangnya teknologi financial di Indonesia tentunya membawa perubahan besar pada sektor keuangan. Salah satu inovasi yang berkembang dan menarik perhatian di era digital saat ini adalah layanan Paylater, yang memungkinkan pengguna melakukan pembelian sekarang dan membayar kemudian dengan cicilan tanpa perlu kartu kredit. Di kalangan generasi milenial dan Genereasi Z di Indonesia, layanan Paylater berkembang pesat dan banyak digunakan, karena mereka lebih responsif terhadap teknologi baru dan mencari fleksibilitas dalam mengatur keuangan mereka.

Namun di sisi lain, meskipun layanan Paylater menawarkan kemudahan dan akses yang cepat, layanan ini juga menimbulkan resiko bagi para penggunanya. Dalam artikel ini akan membahas fenomena Paylater di Indonesia, dampaknya terhadap perilaku financial generasi milenial dan gen Z, serta pandangan para ahli terkait regulasi dan edukasi finansial yang diperlukan untuk mengelola resiko layanan Paylater.

Transformasi Digital dan Munculnya PayLater

Perkembangan pesat digitalisasi di Indonesia telah memungkinkan banyak layanan keuangan inovatif untuk tumbuh, salah satunya adalah PayLater. Berbeda dengan kartu kredit tradisional yang prosesnya itu membutuhkan waktu yang panjang, PayLater menawarkan kredit mikro dengan syarat yang lebih ringan, yaitu hanya menggunakan KTP dan prosesnya hanya memerlukan waktu kurang dari 24 jam. Inilah yang menjadikan Paylater pilihan ideal bagi pengguna yang belum memiliki riwayat kredit atau rekening bank.

Friderica Widyasari Dewi, yang merupakan Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menerangkan bahwa Paylater kini sudah menjadi budaya di kalangan generasi muda. Dari data yang dihimpul oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengguna paylater itu mayoritasnya berasal dari generasi milenial dan Gen Z, dengan rentang usia antara 26 hingga 35 tahun (The Conversation, 2021)

Integrasi PayLater dalam platform digital seperti Shopee, Tokopedia, dan Gojek meningkatkan daya tarik layanan ini. Di tengah transformasi digital, PayLater kini menjadi bagian dari gaya hidup konsumtif di mana generasi milenial dan Gen Z dapat membeli kebutuhan sehari-hari hingga barang mewah tanpa perlu uang tunai. Hal ini memperlihatkan perubahan yang signifikan dalam perilaku keuangan generasi muda, di mana akses terhadap kredit digital dianggap sebagai solusi praktis untuk kebutuhan jangka pendek

Dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerangkan bahwa dilihat dari kumulatifnya, penggunaan Paylater untuk bertransaksi itu mencapai Rp6,13 triliun hingga Maret 2024. Kemudian, dilihat dari survei Perusahaan Pembiayaan Kredivo, pengguna Paylater mengalami peningkatan dari 28 persen di 2021 menjadi 38 persen di 2022 Frekuensi belanjanya juga semakin sering, yaitu meningkat dari 23 persen menjadi 27 persen (Tirto.id, 2024). Melalui digitalisasi ini, PayLater tidak hanya menawarkan solusi pembayaran fleksibel, tetapi juga mempengaruhi gaya hidup konsumtif generasi muda.


Dampak Sosial dan Ekonomi, Inovasi atau Ancaman?

Meskipun PayLater memberi kemudahan akses pada kredit, layanan ini juga membawa dampak negatif. Salah satu kekhawatiran utama adalah meningkatnya pembelian impulsif di kalangan generasi muda. Kemudahan mengakses PayLater seringkali mendorong pengguna untuk berbelanja barang-barang non-esensial, yang berpotensi menyebabkan utang yang tidak terkendali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun