Mohon tunggu...
Ladislaus Sengkoen
Ladislaus Sengkoen Mohon Tunggu... Konsultan - Pengusaha muda

Membaca dan menulis adalah Hobby ku.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Surat Terbuka kepada RSUD Prof Y.Z. Yohanes Kupang oleh Keluarga Marthen Sakbana

7 Juni 2020   10:15 Diperbarui: 7 Juni 2020   11:24 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga besar almarhum Marthen Sakbana yang meninggal di rumah sakit  daerah Yohanes Kupang pada tanggal 25 Mei lalu. Keluarga besar dan anak kandung almarhum mendatangkan manajemen RSUD. Y. Z. Yohanes Kupang, mereka melayangkan surat terbuka mengenai penanganan almarhum di ruang instalasi pemulasaraan jenasah hingga sampai di tempat pemakaman umum (TPU) fatukoa.

Kedatangan keluarga besar almarhum Marthen Sakbana, mempertanyakan proses evakuasi jenazah dengan melakukan siaran langsung melalui siaran di media sosial yaitu "Facebook", oleh petugas pemulasaraan jenasah tanpa izin pihak keluarga almarhum. Dalam siaran langsung tersebut petugas menyampaikan kepada publik bahwa jenazah merupakan pasien Covid-19, padahal dari hasil pemeriksaan spesimen swab, almahrum  tidak terkonfirmasi pasien Covid-19.

Keluarga besar almarhum Marthen Sakbana, meminta pihak rumah sakit dan tim Covid-19 kota Kupang agar dapat mengklarifikasi tentang video siaran langsung tersebut yang sudah viral di media sosial Facebook. Dan juga terkait proses pemulasaraan jenazah sampai tempat pemakaman umum.

Dengan adanya video dan berita tersebut, keluarga besar almarhum mendapatkan tekanan psikologis secara fisik maupun psikis dari masyarakat sekitar maupun kerabat terdekat. Bahkan salahsatu anggota keluarga almarhum, di usir oleh warga dari tempat pertemuan keluarga dengan alasan beliau yang mengantar jenazah sendiri ke kampung.

Tetangga di sekitar tempat tinggal almahrum, mengambil tindakan menghadang dengan cara memasang portal di depan gang masuk rumah almahrum, karena merasa cemas dan panik dengan adanya berita itu.

Selain itu, akibat dari video siaran langsung tersebut, keluarga almahrum merasa di rugikan secara materi karena usaha barang dan jasa mereka harus di tutup.

Pihak Keluarga Marthen Sakbana yang diwakili oleh anak kandung almarhum, juga menanyakan soal prosedur satgas percepatan penanganan Covit-19 kota Kupang yang mengabaikan rasa kemanusiaan, dengan tidak menutupi liang lahat dan di biarkan terbuka lebih dari 1 jam di tempat pemakaman umum.

Adik kandung dari almarhum, Mibsam Nome mewakili keluarga menyatakan merasa kecewa dengan tindakan ini dan berharap semoga tidak terulang lagi oleh pasien-pasien berikutnya. Adik almarhum juga meluapkan kekesalannya kepada pihak rumah sakit karena hasil test yang mereka dapatkan secara formal pada tanggal 28 Mei 2020 lalu adalah negatif.

Surat terbuka ini ditembuskan kepada Ketua Satgas Covid-19 Kota Kupang, Kepala  Pemulasaraan Jenazah RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang, Dinkes Provinsi NTT, Dinkes Kota Kupang, Dinsos Kota Kupang, Pimpinan DPRD Kota Kupang dan Kepala BNPB Kota Kupang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun