Mohon tunggu...
Ady Rendra Bachtiar
Ady Rendra Bachtiar Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Saya Adalah Kaum 'Proletar' yang antusias terhadap karya tulis, sastra, karya fiksi dan berbagai cerita - cerita yang dapat menyentuh rasa hati nurani.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Bumi Seakan Tersenyum Ketika Petani Menerapkan Prinsip Ecosophy (Ekosofi)

18 Desember 2024   23:01 Diperbarui: 18 Desember 2024   23:01 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil Panen berlimpah (Sumber : Dok. Pribadi/Bos Muda Gigih)

Kalian dulu pernah liat gak sih? kalau para petani jaman dulu itu selalu saja menyiapkan sesajen dan melakukan selamatan saat awal penanaman padi berlangsung. Budaya itu seakan mendarah daging pada darah petani itu. Entah sekarang ada atau tidak. Yang jelas, Budaya itu seakan dibilang syirik atau musyrik. Tapi, sesungguhnya budaya itu adalah sebuah penghormatan kepada Alam. Agar proses menanam padi itu berhasil dan berbuahkan panen yang melimpah. Alam memang seakan tidak dapat berbicara, tapi orang jaman dahulu sangat tau sekali bagaimana caranya berkomunikasi dengan alam. Kalau era sekarang Alam itu dianggap benda mati yang tidak mempunyai kewenangan apapun dalam kehidupan. Sehingga Manusia cenderung semena - mena terhadap alam.

Memang berkomunikasi dengan alam itu tidak semudah kita bayangkan. Tapi orang dahulu memberikan nama penghormatan pada alam dengan sebutan yang sangat menghormati, ada yang menamakan dewa/dewi, penunggu/lelembut, dll. Seakan manusia itu bisa berkomunikasi dengan Alam. Konsep Ekosofi sebetulnya sudah sangat dimiliki oleh para orang - orang jaman dahulu. Tapi, karena memang manusia itu sekarang dibilang modern, seakan hal semacam itu dibilang tahayyul. Jadi, Akhirnya diri manusia era sekarang cenderung pada hal realistis dan materialistis. Semua dapat dikuasai oleh manusia sekarang dengan teknologi tanpa melibatkan hal yang lebih gaib atau tidak terlihat.

Ekosofi adalah gabungan dari dua kata, yaitu "eko" yang berasal dari kata Yunani "oikos" (rumah atau lingkungan) dan "sofi" yang berarti kebijaksanaan. Secara umum, ekosofi mengacu pada filsafat ekologi, yaitu cara berpikir yang menempatkan alam dan lingkungan sebagai bagian penting dari kehidupan manusia, dengan menekankan harmoni, keberlanjutan, dan hubungan timbal balik antara manusia dan alam. Ekosofi berfokus pada gagasan bahwa manusia bukanlah penguasa alam, melainkan bagian dari ekosistem yang lebih besar. Dalam Prinsip ekosofi kita perlu kesadaran ekologis, penghormatan terhadap alam, kehidupan yang sederhana dan menanamkan prinsip reboisasi. 

Memang Era sekarang sudah tidak seperti era dahulu. Tapi, minimal kita masih dapat merasakan motif yang baik dari mbah - mbah kita dahulu terhadap alam. Memang era sekarang itu adalah eranya Teknologi dan Revolusi Industri. Tapi dengan kita masih menerapkan prinsip ekosofi, alam pun ikut bahagia dan keberlanjutan ekosistem masih terjaga dengan baik. Yang menjadi Problem era sekarang ini adalah bagaimana cara kita berkomunikasi dengan alam. Tentunya caranya tidak seperti nenek moyang kita. Tapi minimal kita dapat mengerti dan mempelajari apa yang dibutuhkan alam itu agar alam itu juga dapat menyadari kebutuhan kita. ada pepatah jawa mengatakan "Sopo sing nandur bakal ngunduh, sopo seng tlaten bakal panen", artinya siapa saja yang mau menanam maka suatu saat akan menuai hasil dan siapa saja yang tekun akan sesuatu hal, maka suatu saat akan merasakan hasil panennya. 

Poin penting dalam berkomunikasi pada alam adalah rasa kecintaan kita terhadap alam dan diri ini terus berusaha bersujud pada Sang Maha Kuasa. Dengan melakukan hal penting itu, segala kemudahan akan diberikan dan kelancaran akan menyertai diri kita. Kita tidak boleh terlalu rakus akan sesuatu juga, Karena alam juga mempunyai keadilannya. Kita hanya bisa bersyukur atas pemberian yang telah dilimpahkan Tuhan pada diri kita. Dan kita terus berusaha agar hasil panen kita terus melimpah dengan meminimalisir merusak ekosistem dengan membunuh hewan yang tidak ada sangkut pautnya dengan tanaman kita. 

Alangkah baiknnya kita bersikap bijak pada sesutu hal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun