Malang kota dingin nan mempesona
Kota pendidikan untuk menimba ilmu para anak rantau
Tiap tahun akan selalu bertambah wajah-wajah baru menghiasi jalanan dan gedung-gedung
Mencari tempat peristirahan jangka panjang yang tak menentu
Mengesampingkan kehidupan nyata di kampung halaman
Malang adalah kota romantis dengan eksotisme alam yang memanjakan mata
Menanam benih kerinduan yang mendalam dalam hati bagi yang sudah meninggalkannya
Menarik minat alumni anak rantau untuk bersua kembali dengan malang dan cuaca dingin
Namun malang kini dan dulu jelaslah berbeda
Jalanan sudah mulai padat dan ramai oleh roda-roda egoisme para pengejar pujian
Menyebabkan kemacetan dan polusi dimana mana
Mengikis cuaca yang dingin menggantikan hawa panas
Tanah-tanah subur dan persawahan kini sudah mulai tenggelam
Dalam larutan batu bata bersusun dan berlapis semen
Penduduk asli mulai kehilangan kendali dan tersisihkan
Terganti oleh investor luar dengan perut gendutnya yang mulai ambisi menghabisi alam
Lahan kosong mulai bergedung, sawahpun mulai tumbuh gedung
Dan tanah lapang tempat bermain para bocah lokal mulai hilang diberangus mesin-mesin infrastruktur pembangunan.
Benarkah malang yang sekarang masih pantas dirindukan ?
Kota yang menjadi favorit berlibur kini berubah layaknya kota metropolis yang membosankan
Kesan rindu yang dulu menggebu gebu mulai sirna dari relung hati
Mengunci langkah kaki para anak rantau untuk kembali
Untuk sekedar menghilangkan rasa rindu di hati.
Malang....sungguh malang alammu kini. Sungguh terasa sempit bumimu kini
Bumi yang dulu begitu dipuja dan dinanti untuk di datangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H