Mohon tunggu...
Adwi Nur Riyansyah
Adwi Nur Riyansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Lulusan sarjana antropologi. Tertarik di bidang antropologi terapan dan demografi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Metode-metode Ilmu Antropologi sebagai Ilmu Sosial Terapan

19 Februari 2018   15:30 Diperbarui: 19 Februari 2018   15:39 3271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini adalah sebuah intisari dari pemikiran Koentjaraningrat (1984) dan Sjafri Sairin (2010) guna menjadikan antropologi berperan dalam memajukan pembangunan sosial di Indonesia. Apa yang tertuang dalam tulisan ini merupakan deskripsi bagaimana antropologi berjalan melalui pendekatan-pendekatan yang ada dalam ilmu tersebut. Meskipun pada masa kini, metode atau pendekatan antropologi telah mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia.

Ada lima metode yang berhasil dihimpun dari kedua tokoh antropologi Indonesia tersebut. Masing-masing memiliki hubungan, cara dan penerapannya yang khas. Berikut disajikan kelima metode itu.

  • Pendekatan holistik. Holistik berarti menyeluruh. Yang diartikan dari pendekatan ini adalah meneliti suatu masalah social budaya dalam rangka kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Metode ini dikembangkan dalam fasenya untuk masyarakat pedesaan (rural) kecil yang dapat dicakup seluruhnya. dalam suatu penelitian lapangan dan waktu yang cukup lama. Begitu juga oleh Sairin (2010), pendekatan ini menekankan pada pemahaman dari keseluruhan jaringan dari fenomena sosial masyarakat yang diteliti (structural functional analysis).
  • Pendekatan mikro. Sebagai konsekuensi dari penerapan pendekatan di atas, maka antropolog mempelajari segi-segi rinci/detil dari suatu gejala hingga terkumpul semua data yang sangat mendalam dan konkret mengenai suatu masalah sosial budaya tertentu. Data konkrit ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk menganalisa masalah-masalah serupa pada kasus-kasus lain sehingga didapat pengertia umum yang sangat mendalam terhadap masalah bersangkutan. R. Firth, seorang antropolog Inggris mengatakan bahwa pendekatan terhadap masalah sosial-budaya ini merupakan sifat yang khas dari ilmu antropologi dan malah menyebut ilmu antropologi sebagai "sosiologi mikro (micro sociology)".
  • Pendekatan semiotik. Pendekatan ini lebih menekankan kepada pemahaman kebudayaan berdasarkan pada interpretasi yang dilakukan peneliti dari pandangan dasar subyek penelitian atau native's point of view. Menurut Sairin (2010) metode semiotik semakin banyak digunakan akhir-akhir ini. Terutama dengan munculnya tokoh antropologi seperti Goodenough dan Clifford Geertz. Dalam mertode semiotik ini analisa yang bersifat thick description sangat ditekankan. Meskipun pendekatan atau metode yang digunakan antropolog berbeda-beda, tetapi mereka umumnya tetap melakukan penelitian dengan metode disebut kualitatif dengan observasi partisipasi (participant observation)
  • Pendekatan komparatif. Metode ini menjadi kebiasaan antropologi sejak permulaan sejarahnya. Hal tersebut dikarenakan antropologi selalu menghadapi gejala aneka warna bentuk masyarakat dan kebudayaan yang besar. Berbagai metode komparatif (perbandingan) sudah dikembangkan, salah satu diantaranya adalah metode perbandingan "lintang kebudayaan" atau "cross-cultural method". Cara kerja metode ini adalah dipergunakan satu atau beberapa gejala sosial budaya yang serupa dalam suatu sampel (contoh) yang cukup besar dari kebudayaan-kebudayaan sukubangsa yang tersebar luas.
  • Metode behavioristik. Metode ini hampir mirip dengan metode komparatif. Menurut Sairin (2010), metode yang lebih mengarah kepada penelitian yang bersifat komparasi dari behavior (tingkah laku) berbagai segmen (lapisan) masyarakat dengan menggunakan kombinasi psiko-analisa, learning theory, dan antropologi budaya.


Dengan metode-metode yang khas tadi, ilmu antropologi dapat digunakan untuk melakukan penelitian terhadap beberapa masalah tertentu yang biasanya bersifat menghambat proses proses pertumbuhan pembanguan ekonomi yang cepat. Antropolog diminta untuk menambah pengertian para perencana pembanguan dengan memberikan data mendalam mengenai masalah-masalah tadi melalui jalur penelitian atau jalur konsultasi dalam rapat-rapat kerja lokakarya atau seminar-seminar pembangunan.

Adapun masalah pembangunan yang khas untuk ilmu antropologi adalah

  • Masalah penduduk
  • Masalah struktur masyarakat desa
  • Masalah migrasi, transmigrasi, dan urbanisasi
  • Masalah interasi nasional
  • Masalah pendidikan dan modernisasi

Namun, seiring perkembangan kehidupan manusia, kini permasalahan yang lain pun turut ditangani oleh antropolog, seperti ekologi, politik, kesehatan, dan teknologi, dan lain-lain.

Sumber Rujukan:

Koentjaraningrat. 1984. Masalah-masalah Pembangunan: Bunga Rampai Antropologi Terapan. Jakarta: LP3ES.

Sairin, Sjafri. 2010. Riak-riak Pembanguan Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Media Wacana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun