Mohon tunggu...
Farid Muadz Basakran
Farid Muadz Basakran Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

#Advokat #Mediator #Medikolegal Pendiri BASAKRAN & GINTING MANIK Law Office sejak 1996 Gd. Menara 165 Lt. 17 Unit A, Jl. TB Simatupang Kav. 1, Jakarta 12560 Telp/Fax. 021-38820017; 38820031 Hotline : +62816 793 313

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Jessica Seorang Lesbian ?

8 Februari 2016   07:52 Diperbarui: 8 Februari 2016   15:20 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Jessica sedang menjalani rekonstruksi (Sumber foto tempo.co)"][/caption]

Ada sebuah adagium hukum yang sangat masyhur Actus non facit reum misi mens sit rea yang artinya kurang lebih adalah "Tidak ada suatu perbuatan yang salah tidak juga suatu jiwa yang salah". Bahwa suatu perbuatan pidana atau kejahatan pada hakikatnya selalu adalah masalah, tidak saja kejiwaan tetapi juga merupakan masalah jasmaniah juga adalah maksud dan perbuatan yang dilakukannya oleh si pelaku.

Kasus kematian Wayan Mirna Salihin yang baru berusia 27 tahun di Oliver Cafe pada 6 Januari 2016 silam kembali mengingatkan penulis akan adagium yuridis yang masyhur tersebut. Kematian Mirna yang kemudian diketahui penyebebabnya adalah akibat di racuni dengan senyawa sianida seberat 15 gram tersebut, menyebabkan penyidik dan publik bertanya siapakah pelaku yang dengan tenangnya menaburkan racun sianida ke kopi vietnam yang akhirnya diminum Mirna dan dalam sekejap mematikan kehidupan dan masa depannya.

Otoritas Polda Metro Jaya yang mengambil alih kewenangan penyelidikan dan penyidikan kasus kematian Mirna dari Polres Jakarta Pusat menyatakan, sianida yang masuk ke tubuh Mirna memang dapat mengikis jaringan organ secara kimia.

Menurut Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafa, “Penyebab utama kematian Mirna bukanlah kerusakan lambung yang tanpa sebab, namun diduga ada zat korosif.” 

Tim forensik yang mengautopsi jenazah Mirna di Rumah Sakit Polri Kramat Jati , Jakarta, memastikan lambung Mirna rusak. Zat korosif tersebut mereka ketahui, antara lain dari reaksi Mirna setelah mencecap kopi, yaitu mulut yang mengeluarkan buih dan tubuh yang menegang.

Setelah melalui proses penyelidikan dan penyidikan yang cukup melelahkan akhirnya Polda Metro Jaya menetapkan Jessica sebagai tersangka kasus kopi maut di Oliver Cafe tersebut pada 29 Januari 2016, dengan sangkaan melakukan pembunuhan berencana terhadap Wayan Mirna Salihin sebagaimana dimaksud Pasal 340 KUHPidana yang memiliki ancaman hukuman maksimal; hukuman mati. Pada 30 Januari 2016 keesokan harinya, Jessica Kumala Wongso ditangkap di sebuah hotel di kawan Mangga Dua Jakarta Pusat.

Pertemanan Sekampus di Sydney

Mirna, Jessica dan Hanie merupakan tiga kawan berkawan selama di Australia. Ketiganya merupakan mahasiswi Billy Blue College of Design di Sydney Australia. Keduanya mengambil jurusan yang sama di jurusan Design Grafis itu menurut keterangan versi keluarga Mirna. Menurut versi Penasehat Hukum Jessica, keduanya mengambil jurusan yang berbeda. Sementara Hani memang berbeda jurusan seperti halnya Jessica dan Mirna.

Jessica menetap dan tinggal di Australia sejak tahun 2008. Data kepolisian menyebutkan bahwa Jessica jarang pulang sejak tahun 2005 dikarenakan orang tuanya sudah menetap di Australia sejak tahun 2005. Jessica dan keluarganya sudah mendapatkan status sebagai permanent residence sejak 8 tahun yang lalu. Dengan status permanent residence itu pula Jessica berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai staf administrasi di NSW Ambulance sejak Juli 2014 hingga mengundurkan diri pada November 2015 beberapa saat sebelum berkunjung ke Indonesia bersama kedua orang tuanya.

Sementara Mirna Salihin selepas kuliahnya di Sydney membangun bisnis bersama dengan Hani di Jakarta. Berdasarkan penulusuran, diketahui bahwa Mirna merupakan pemilik sekaligus manajer di Monnete Gifts & Favors dan Misca Design. Sedangkan Hanie bekerja di DM-IDHollad sebagai Brand Designer. Mirna sendiri memiliki saudara kembar.

Pada 5 Desember 2015 yang lalu Jessica pulang ke Indonesia dengan niat hanya untuk bertemu Mirna. Selang beberapa hari kemudian pada 12 Desember 2015 terjadi lah pertemuan pertama antara Jessica dengan Mirna d isebuah restoran di Jakarta. Saat itu Mirna didampingi oleh Arif Soemarko yang belum lama menikah.   

Menurut ayah Mirna, Edhi Darmawan Salihin, Mirna diberikan salah satu dari perusahaan miliknya untuk dikelola dan sebagai bagian Mirna untuk belajar menjadi pengusaha sukses seperti halnya sang ayah. Namun nasib menentukan lain. Masih menurut sang ayah, saat Mirna dan Arif menikah pun Jessica tidak hadir. Edhi Darmawan Salihin baru mengenal Jessica saat mengurus jenazah Mirna di RS Abdi Waluyo Menteng Jakarta Pusat. Dan menemui banyak kejanggalan-kejanggalan perilaku yang ditunjukkan oleh Jessica. 

Jessica seorang Lesbian ?

Saat pemeriksaan psikologis yang dilakukan oleh Prof. Sarlito Wirawan Sarwono beberapa saat sebelum penetapannya sebagai tersangka, Jessica dinyatakan sebagai pribadi yang cerdas dan tidak memiliki kepribadian ganda seperti yang banyak di duga khalayak ramai. Menurut Prof. Sarlito Wirawan Sarwono, pernyataannya belum merupakan kesimpulan final karena beliau belum bertatap muka langsung dan wawancara mendalam terhadap Jessica.

Dari pengamatan penulis terhadap kepribadian Jessica selama muncul di media elektronik agak sulit memperkirakan seorang Jessica merupakan aktor yang berperan besar dalam pembunuhan Mirna di Cafe Oliver dengan cara menaburkan 15 gram senyawa sianida di dalam kopi vietnam dingin yang diseruputnya. Jessica seorang yang berpenampilan tenang di depan umum dan bisa menyembunyikan apa yang telah diperbuatnya. 

Berdasarkan modus Jessica yang memesan tempat, lalu memesan kopi untuk Mirna dan minuman lainnya untuk Hani dan dirinya, kemudian dia sendiri yang membayarnya memang agak sulit untuk membantah bahwa Jessica lah perencana sekaligus eksekutor pembunuhan Wayan Mirna Mirna Salihin pada 6 Januari 2016 lalu di Oliver Cafa Grand Indonesia.

Hal yang mencengangkan lagi adalah keterangan dan kronologis yang diperagakan ayah Mirna, Edhi Darmawan Salihin, di acara Indonesia Lawyers Club di stasiun TV One pada Selasa 3 Februari 2016 yang lalu. Edhi Darmawan Salihin dengan lengkapnya mampu memberikan gambaran mengenai perilaku Jessica, Hani, dan Mirna saat di Oliver Cafe tersebut. Yang lebih mencengangkan lagi adalah adanya percakapan Whatsapp yang "mesra" dari Jessica kepada Mirna. Hal dan fakta ini mengarah kepada Jessica yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian.

Seseorang yang memiliki orientasi seksual sejenis (homosexual) yang sudah merupakan pendapat umum adalah merupakan perilaku seksual yang menyimpang dan abnormal. Istilah populernya saat ini untuk kalangan yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang yang selama ini dikenal dengan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transeksual). Menurut pengertian yang berlaku umum, Penyimpangan Seksual diartikan sebagai sebuah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar.

Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Pengalaman waktu kecil bisa saja seperti pengalaman traumatis. Dimana mungkin seseorang pernah dilecehkan sewaktu masa kecilnya. Bisa juga karena faktor pergaulan lebih ke arah pertemanan. Sementara faktor genetik, lebih mengarah kepada hormon yang berlebihan. 

Bila melihat latar belakang pertemanan antara Jessica dan Mirna serta Hani, sangat mungkin sekali bila Jessica merasa tertarik dengan teman sesama jenis yang sangat dekat sekali itu. Apalagi dikaitkan dengan fakta-fakta percakapan Jessica dengan Mirna via media Whatsapp sangat besar kemungkinan besar dan sulit dibantah bahwa Jessica lah yang menaburkan sianida seberat 15 gram ke dalam kopi vietnam dingin yang dipesannya untuk Mirna di Olver Cafe tersebut dengan motif cemburu karena seorang kawan sejenis yang dicintainya menikah dengan seorang yang memiliki orientasi seksual berbeda dengannya.

Melihat kencenderungan selama ini dan pengamatan penulis selama ini terhadap kejahatan sadis dalam kurun 15 tahun terakhir, bahwa ada kecenderungan dan relasi antara perbuatan sadis dengan perilaku seksual menyimpang yang selama ini melekat dan dilakoni oleh kelompok LGBT ini. Kita semua bisa melihat kasus Ryan sang jagal dari Jombang yang membunuh secara sadis korbannya dengan cara memutilasi dan menguburkannya dibelakang rumahnya, dan korbannya pun belasan manusia yang umumnya dijadikan obyek penyimpangan seksualnya. Lalu kasus Robot Gedek, kasus Babe, dan berbagai kasus pembunuhan sadis yang dilakukan orang yang memiliki orientasi seksual menyimpang terhadap pasangan sejenisnya atau orang yang memiliki potensi untuk dijadikan obyek fantasi seksualitasnya.

Saat ini masih berlaku asas praduga tidak bersalah terhadap Jessica Kumala Wongso. Untuk membuktikan apakah Jessica Kumala Wongso pembunuh Wayan Mirna Salihin dan apakah Jessica mempunyai perilaku seksual menyimpang, pengadilan lah yang akan mengungkap semua itu secara terbuka. Mari kita simak terus kasus ini secara serius.

Semoga bermanfaat.

 

FARID MU'ADZ BASAKRAN

Advokat - Senior Partner

BASAKRAN & GINTING MANIK Law Office

Plaza Aminta 3rd Fl, Suite 302

Jl. TB Simatupang Kav. 10, Jakarta 12310             

 

Sumber tulisan dari berbagai sumber

Sumber foto dari tempo.co 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun