Pada 5 Desember 2015 yang lalu Jessica pulang ke Indonesia dengan niat hanya untuk bertemu Mirna. Selang beberapa hari kemudian pada 12 Desember 2015 terjadi lah pertemuan pertama antara Jessica dengan Mirna d isebuah restoran di Jakarta. Saat itu Mirna didampingi oleh Arif Soemarko yang belum lama menikah. Â Â
Menurut ayah Mirna, Edhi Darmawan Salihin, Mirna diberikan salah satu dari perusahaan miliknya untuk dikelola dan sebagai bagian Mirna untuk belajar menjadi pengusaha sukses seperti halnya sang ayah. Namun nasib menentukan lain. Masih menurut sang ayah, saat Mirna dan Arif menikah pun Jessica tidak hadir. Edhi Darmawan Salihin baru mengenal Jessica saat mengurus jenazah Mirna di RS Abdi Waluyo Menteng Jakarta Pusat. Dan menemui banyak kejanggalan-kejanggalan perilaku yang ditunjukkan oleh Jessica.Â
Jessica seorang Lesbian ?
Saat pemeriksaan psikologis yang dilakukan oleh Prof. Sarlito Wirawan Sarwono beberapa saat sebelum penetapannya sebagai tersangka, Jessica dinyatakan sebagai pribadi yang cerdas dan tidak memiliki kepribadian ganda seperti yang banyak di duga khalayak ramai. Menurut Prof. Sarlito Wirawan Sarwono, pernyataannya belum merupakan kesimpulan final karena beliau belum bertatap muka langsung dan wawancara mendalam terhadap Jessica.
Dari pengamatan penulis terhadap kepribadian Jessica selama muncul di media elektronik agak sulit memperkirakan seorang Jessica merupakan aktor yang berperan besar dalam pembunuhan Mirna di Cafe Oliver dengan cara menaburkan 15 gram senyawa sianida di dalam kopi vietnam dingin yang diseruputnya. Jessica seorang yang berpenampilan tenang di depan umum dan bisa menyembunyikan apa yang telah diperbuatnya.Â
Berdasarkan modus Jessica yang memesan tempat, lalu memesan kopi untuk Mirna dan minuman lainnya untuk Hani dan dirinya, kemudian dia sendiri yang membayarnya memang agak sulit untuk membantah bahwa Jessica lah perencana sekaligus eksekutor pembunuhan Wayan Mirna Mirna Salihin pada 6 Januari 2016 lalu di Oliver Cafa Grand Indonesia.
Hal yang mencengangkan lagi adalah keterangan dan kronologis yang diperagakan ayah Mirna, Edhi Darmawan Salihin, di acara Indonesia Lawyers Club di stasiun TV One pada Selasa 3 Februari 2016 yang lalu. Edhi Darmawan Salihin dengan lengkapnya mampu memberikan gambaran mengenai perilaku Jessica, Hani, dan Mirna saat di Oliver Cafe tersebut. Yang lebih mencengangkan lagi adalah adanya percakapan Whatsapp yang "mesra" dari Jessica kepada Mirna. Hal dan fakta ini mengarah kepada Jessica yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian.
Seseorang yang memiliki orientasi seksual sejenis (homosexual) yang sudah merupakan pendapat umum adalah merupakan perilaku seksual yang menyimpang dan abnormal. Istilah populernya saat ini untuk kalangan yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang yang selama ini dikenal dengan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transeksual). Menurut pengertian yang berlaku umum, Penyimpangan Seksual diartikan sebagai sebuah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar.
Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Pengalaman waktu kecil bisa saja seperti pengalaman traumatis. Dimana mungkin seseorang pernah dilecehkan sewaktu masa kecilnya. Bisa juga karena faktor pergaulan lebih ke arah pertemanan. Sementara faktor genetik, lebih mengarah kepada hormon yang berlebihan.Â
Bila melihat latar belakang pertemanan antara Jessica dan Mirna serta Hani, sangat mungkin sekali bila Jessica merasa tertarik dengan teman sesama jenis yang sangat dekat sekali itu. Apalagi dikaitkan dengan fakta-fakta percakapan Jessica dengan Mirna via media Whatsapp sangat besar kemungkinan besar dan sulit dibantah bahwa Jessica lah yang menaburkan sianida seberat 15 gram ke dalam kopi vietnam dingin yang dipesannya untuk Mirna di Olver Cafe tersebut dengan motif cemburu karena seorang kawan sejenis yang dicintainya menikah dengan seorang yang memiliki orientasi seksual berbeda dengannya.
Melihat kencenderungan selama ini dan pengamatan penulis selama ini terhadap kejahatan sadis dalam kurun 15 tahun terakhir, bahwa ada kecenderungan dan relasi antara perbuatan sadis dengan perilaku seksual menyimpang yang selama ini melekat dan dilakoni oleh kelompok LGBT ini. Kita semua bisa melihat kasus Ryan sang jagal dari Jombang yang membunuh secara sadis korbannya dengan cara memutilasi dan menguburkannya dibelakang rumahnya, dan korbannya pun belasan manusia yang umumnya dijadikan obyek penyimpangan seksualnya. Lalu kasus Robot Gedek, kasus Babe, dan berbagai kasus pembunuhan sadis yang dilakukan orang yang memiliki orientasi seksual menyimpang terhadap pasangan sejenisnya atau orang yang memiliki potensi untuk dijadikan obyek fantasi seksualitasnya.