Kupang - NTT, 18 Oktober 2024 --- Cakap, platform edukasi Indonesia, di bawah program  Catalytic Fund dari United Nations Development Programme (UNDP) atau Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) telah menjalankan program kolaboratif yang memberikan keterampilan penting untuk siswa di Kota Kupang.
Program ini, yang dimulai pada bulan Mei 2024, berlangsung selama 6 bulan dan menggabungkan pelatihan bahasa Inggris dengan teknologi hidroponik sebagai bagian dari inisiatif pendidikan untuk memberdayakan generasi muda di wilayah yang menghadapi tantangan besar.
Berdasarkan data akhir Tahun 2023 dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), Kota Kupang memiliki jumlah penduduk 444,660 ribu jiwa. Â Dari jumlah itu hanya 14,97% dari masyarakat Kupang yang melanjutkan pendidikan tinggi.
Hal ini didukung dari data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Kupang, yang menyebutkan bahwa hingga akhir 2023 terdapat 8.608 orang pengangguran yang tersebar di 6 Kecamatan dan 51 Kelurahan di Kota Kupang.
Rendahnya partisipasi dalam pendidikan tinggi berdampak pada minimnya penyerapan tenaga kerja terampil, Salah satu penyebab utamanya adalah keterbatasan sumber daya manusia dalam penguasaan soft skills seperti kemampuan dalam berbahasa asing.
Inisiatif ini didukung penuh oleh pemerintah Indonesia melalui BPDLH dari Kementerian Keuangan, yang telah lama mendorong praktik-praktik pembangunan berkelanjutan di wilayah-wilayah yang membutuhkan, serta dipandang penting oleh para perwakilan internasional dalam konteks pemberdayaan masyarakat global melalui pendidikan.
Program ini melibatkan lebih dari 700 siswa-siswi dari 30 sekolah di 12 kota, dengan fokus utama pada wilayah-wilayah yang masuk dalam kategori 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Kupang dipilih sebagai lokasi pelaksanaan karena memiliki tantangan mendesak seperti rendahnya tingkat pendidikan, tingginya angka stunting, serta dampak nyata dari perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pertanian lokal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian Universitas Undana Kupang, sejak awal tahun 2024 diprediksi terancam gagal panen akibat curah hujan yang tidak menentu dan iklim ekstrem.
Bahasa Inggris dinilai penting bagi masyarakat Kupang karena wilayah ini memiliki potensi besar di sektor pariwisata, dengan destinasi yang diunggulkan seperti Pantai Tablolong dan Goa Kristal. Dengan pelatihan bahasa Inggris, diharapkan dapat mendukung siswa untuk terlibat di industri pariwisata, sehingga mereka bisa berkontribusi lebih baik dalam sektor tersebut.
Dengan turut berkontribusi pada industri tersebut, maka diharapkan dapat mendukung peningkatan ekonomi daerah.
Selain pendidikan bahasa Inggris, para siswa juga mendapatkan pelatihan teknik hidroponik sebagai solusi inovatif untuk mengatasi tantangan lingkungan di Kupang, terutama terkait keterbatasan air dan degradasi lahan.
Pelatihan ini diharapkan dapat mendorong praktik-praktik pertanian berkelanjutan di daerah-daerah yang rentan, memperkuat ketahanan pangan, serta mendukung mata pencaharian masyarakat lokal di sektor pertanian.
Tomy Yunus, CEO & Co-founder Cakap, percaya sinergi positif pada program ini dapat terus menular dan berdampak dalam peningkatan kualitas sumber daya anak bangsa yang lebih baik. Antusiasme ditunjukan bukan hanya dari perwakilan internasional yang hadir, namun juga oleh para peserta pelatihan. Â "Sesuai dengan visi Cakap yaitu "Elevating Peoples Live", sebuah kehormatan bagi kami dapat terus berkontribusi secara langsung seperti pada sekolah-sekolah di Kupang guna meningkatkan taraf hidup mereka.
Melihat generasi muda yang bersemangat untuk belajar dan kemahiran dalam menceritakan hal yang mereka pelajari dalam kelas menggunakan bahasa Inggris merupakan sebuah pencapaian yang patut untuk dibanggakan," ungkap Tomy.
Kolaborasi antara Cakap dan Catalytic Fund ini diharapkan dapat membawa dampak jangka panjang yang signifikan, tidak hanya bagi para siswa, tetapi juga bagi masyarakat luas di Kupang. Melalui pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja di masa depan serta pendekatan berkelanjutan dalam sektor pertanian, program ini berpotensi menjadi model pemberdayaan yang bisa diterapkan di wilayah-wilayah terpencil lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H