Mohon tunggu...
Advertorial
Advertorial Mohon Tunggu... Editor - Akun resmi Advertorial Kompasiana

Akun resmi Advertorial Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bernalar Berdaya x Neo Historia: Kolaborasi Narasi dan Literasi Pertama yang Menghidupkan Sejarah bersama 9 Narator Inspiratif

1 Juli 2024   12:52 Diperbarui: 1 Juli 2024   13:19 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Bernalar Berdaya

Beliau mengkritik kurangnya penghargaan terhadap sejarah di Indonesia dibandingkan dengan negara lain, seperti Amerika Serikat, di mana calon senator harus lulus tes sejarah. 

Asep mengingatkan bahwa Indonesia perlu menjaga persatuan melalui pemahaman sejarah. Beliau juga menekankan bahwa sejarah harus diajarkan agar generasi muda mencintai dan memahami bangsanya, serta menyoroti pentingnya 3S: sehat, semangat, dan silaturahim dalam membangun masa depan yang sukses. 

Guru Gembul, dengan pengetahuan mendalam dan humor khasnya, membuka wawasan peserta tentang bagaimana sejarah mempengaruhi identitas dan politik suatu wilayah.

Beliau membahas konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama 4.000 tahun, menyoroti bagaimana sejarah kawasan tersebut membentuk identitas mereka dan terus mempengaruhi politik saat ini.

Beliau juga menekankan bahwa fenomena sejarah cenderung berulang dan pentingnya mempelajari sejarah untuk menganalisis kesalahan masa lalu. "Harus pro kepada kebajikan," ujar Guru Gembul mengajak peserta untuk fokus pada ide-ide di balik peristiwa sejarah, bukan hanya tokohnya, untuk menghindari pengulangan kesalahan yang sama.

Menghadirkan Perspektif Baru tentang Sejarah di Ruang Dialektika

Dalam sesi "Ruang Dialektika" yang dipandu oleh Stevie Thomas dari MudaBerdaya, dengan narasumber Dr. Bondan Kanumoyoso dan San Tobias dari Pinter Politik. 

Membuka diskusi dengan pembahasan terkait "Urgensi Menguak Sejarah," dengan mengangkat diskusi terkait topik peristiwa G30S yang selama ini menjadi isu utama dalam sejarah kebangsaan.

Dr. Bondan menekankan bahwa kita tidak boleh membatasi pembahasan sejarah hanya pada satu perspektif dan satu narasi saja yang seolah-olah membuat peristiwa tersebut adalah yang paling krusial, karena sebenarnya banyak peristiwa sejarah lain yang juga penting dan jangan sampai terlupakan. 

Sementara itu, San Tobias menyoroti pentingnya menghilangkan dugaan tak berdasar dalam memahami sejarah, kita belajar sejarah bukan untuk terjebak di masa lalu tetapi agar kedepannya kita bisa menghindari kesalahan yang dilakukan di masa lalu.

Pada topik kedua, "Pribumi, Makna & Relevansinya," Dr. Bondan berpendapat bahwa istilah "Pribumi" tidak relevan lagi, karena semua etnis di Indonesia hidup berinteraksi dan bersatu dalam identitas bangsa Indonesia. San Tobias juga menambahkan bahwa istilah "Pribumi" sebaiknya diganti dengan "orang Indonesia" untuk mencerminkan identitas yang sesuai dengan semangat sumpah pemuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun