Mohon tunggu...
Advertorial
Advertorial Mohon Tunggu... Editor - Akun resmi Advertorial Kompasiana

Akun resmi Advertorial Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

KALLA Dukung Percepatan Transisi Energi dari Fosil ke Green Energy

30 Oktober 2022   09:55 Diperbarui: 30 Oktober 2022   10:02 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, 28 Oktober 2022 -- Pengembangan dan penggunaan energy bersih (green energy) membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Hingga tahun 2020 lalu, bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional baru mencapai setengah dari target 23 persen di tahun 2025. Demikian dikemukakan President Director KALLA, Solihin Jusuf Kalla, pada sambutannya di acara Gala Dinner 70th KALLA di Jakarta, Jumat (28/10).

"Untuk memenuhi target tersebut, KALLA sebagai grup perusahaan yang telah melalui perjalanan panjang berkontribusi pada pembangunan dan ekonomi khususnya di wilayah timur, siap mendukung terwujudnya pemenfaatan energi hijau ramah lingkungan," jelasnya.

Mengusung tema 'Aktif Bersama Maju Bersama', Gala Dinner 70th KALLA ini dihadiri lebih dari 500 tamu undangan, yang terdiri dari pejabat, mantan pejabat, mitra dan relasi perusahaan serta beberapa perwakilan asosiasi bisnis nasional.

Dikatakan Solihin, KALLA memiliki komitmen dalam pemenuhan Net Zero Emission pada 2060. Ias mengemukakan jika dukungan terhadap visi green energy telah direalisasikan melalui anak perusahaan KALLA, yaitu PT Poso Energy dan PT Malea Energy.

"Kami mendukung percepatan transisi energi dari energi fosil menuju green energy, agar terwujud kemandirian energi, ketahanan energi, pengembangan berkelanjutan, ketahanan iklim, dan kondisi rendah karbon, untuk bumi yang lebih baik," ujarnya.

Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia memberikan perhatian penuh terhadap pengembangan EBT. Transisi energi menjadi salah satu dari tiga topik utama dalam Presidensi G20 Indonesia tahun ini, dan menjadi prioritas dalam pembangunan Indonesia di masa depan.

Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bauran EBT pada tahun 2021 sebesar 11,7 persen. Sementara itu, pembangkit listrik berbahan bakar batubara masih mendominasi dari total kapasitas nasional, yaitu sebesar 50 persen, dan pembangkit listrik berbahan bakar gas sekitar 28 persen.

Ia berpendapat, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri mewujudkan green energy. Menurutnya, upaya ini membutuhkan kerjasama banyak pihak, termasuk swasta yang bergerak di sektor energi.

"Melalui PT Poso Energy, KALLA membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Poso di Sulawesi Tengah, dan telah menghasilkan listrik sejak tahun 2012. PLTA Poso menjadi pembangkit energi baru terbarukan terbesar di Indonesia Timur dengan total kapasitas 515 MW," jelasnya.

PLTA Poso memanfaatkan energi dari aliran air Danau Poso. Pembangkit listrik ini terhubung ke Provinsi Sulawesi Selatan dengan saluran transmisi 275 kV, dan tersambung ke Kota Palu, Sulawesi Tengah dengan saluran transmisi 150 kV.

PLTA Poso telah menyumbang sekitar 10,69 persen dari total bauran energi baru dan terbarukan ke sistem kelistrikan Sulawesi Selatan.

"PT Malea Energy juga mengembangkan PLTA Malea di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. PLTA Malea telah beroperasi sejak tahun 2021 dengan kapasitas 90 MW. Pengoperasian PLTA Poso dan PLTA Malea telah meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan di Pulau Sulawesi hingga 38,8 persen," paparnya.

Selain itu, lanjutnya, saat ini KALLA sedang mengembangkan beberapa PLTA di Sulawesi dan Sumatera dengan total kapasitas 1.230 MW. Proyek-proyek tersebut antara lain PLTA Poso 3 dan Poso 4, PLTA Tumbuan Mamuju Atas, PLTA Tumbuan Mamuju Bawah, serta PLTA Kerinci Merangin.

Solihin menjelaskan, memasuki usia ke-70, KALLA mengambil pelajaran bahwa dunia usaha harus siap melakukan tranformasi bisnis dan budaya. Hal ini bisa dimulai dari pengembangan sumber daya manusia, inovasi bisnis, yang diimbangi dengan pendekatan sosial-budaya.

"Kami berfikir keras untuk beralih dari bisnis sebelumnya ke bisnis teknologi yang eksistensinya bisa bertahan hinga 100 tahun ke depan. Pada saat itulah kami memilih untuk mengembangkan PLTA dan memulai bisnis di bidang energi," ungkapnya.

Roda kepemimpinan KALLA telah beralih ke generasi ketiga. Pada mulanya, KALLA didirikan dan dipimpin oleh Hadji Kalla (1952-1967). Pada tahun 1967 kepemimpinan perusahaan beralih ke H.M Jusuf Kalla hingga 1999. Kemudian tahun 1999 perusahaan dipimpin oleh Fatimah Kalla sampai 2018. Lalu sejak saat itu, KALLA kini dipimpin oleh Solihin Jusuf Kalla.

"Kontribusi KALLA menjangkau berbagai sektor mulai dari bidang perdagangan, transportasi, infrastruktur, properti, manufaktur, energi hingga pendidikan. Sektor-sektor tersebut telah menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini," papar Solihin.

Dia menambahkan, lini bisnis KALLA berorientasi pada sinergi yang memberikan pelayanan terintegrasi kepada seluruh stakeholder dan pelanggan, dan akan terus berkontribusi menggerakkan perekonomian nasional.

Dok. (KOMPASIANA/LIKE PERMATA DEWI)
Dok. (KOMPASIANA/LIKE PERMATA DEWI)

Turut hadir dalam kesempatan itu mantan Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, HM Jusuf Kalla yang memberikan sambutan. Ia menegaskan bahwa masyarakat jangan diberi ancaman dan ketakutan dalam menatap tahun-tahun ke depan. Menurutnya, justru optimisme perlu terus dipelihara dan dibangun.

"Masyarakat jangan ditakuti. Ini negeri yang luas dan lengkap. Bahwa ada masalah, iya, tetapi kita hadapi. Di mana krisis pangan dan energi di Indonesia? Tidak ada, karena kita berbeda. Jadi mari optimis," tegasnya.

Jusuf Kalla yang akrab disapa JK menambahkan bahwa semangat percaya diri akan kemampuan sendiri itu juga yang dibawanya dalam membesarkan KALLA.

"Otot, otak, dan kantong sendiri (bukan asing). Itu prinsip yang selalu saya sampaikan," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, KALLA juga memberikan penghargaan 'KALLA Award' untuk tiga pemenang terbaik kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam bidang pendidikan, kemanusiaan dan lingkungan serta kewirausahaan

Kategori Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup diberikan kepada Melati Wijsen, aktivis berusia 21 tahun keturunan Belanda yang lahir di Bali. Melati menjadi pembicara internasional untuk mengampanyekan 'Bye Bye Plastic Bags' di beberapa media dan forum internasional seperti TED dan United Nations. Kini Melati fokus pada proyek terbarunya, Youthtopia, yang memberdayakan kaum muda melalui pendidikan dan memberi alat yang mereka butuhkan untuk membuat perubahan.

Kategori Pendidikan diberikan kepada Prof.bDr. Nurhayati Rahman, M.Hum, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Nurhayati mewakili Indonesia menjadi 1 dari 5 narasumber utama di dunia dalam rangka pengajuan La Galigo di Unesco sebagai "Memory of the World" tahun 2010-2011.

Sedangkan pada kategori Kewirausahaan Sosial, KALLA Award diraih oleh Nusantara Genetics (Nusantics), yang merupakan perusahaan rintisan (Start-up) lokal yang bergerak di bidang teknologi genomika (genomics technology). 

Menurut Nusantics, setiap orang memiliki profil microbiome unik yang berperan penting dalam sistem imunitas. Hal ini dapat membantu konsumen memilih produk yang paling tepat dan dibutuhkan oleh tubuh. Analisis microbiome bisa membantu industri dan konsumen mempertimbangkan dampak setiap keputusan mereka bagi kesehatan dan keberlangsungan alam. (LKE)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun