Di era digital ini, banyak startup yang bermunculan, salah satunya Lemooin yang didirikan oleh Heri Purnomo. Lemooin adalah startup di bidang peternakan yang lini bisnisnya bergerak pada penggemukan sapi, jual-beli sapi, pemotongan sapi, serta penjualan daging sapi premium dan olahan.Â
Di tahun 2019, Heri berhasil melakukan legalitas usaha dan melakukan beragam sertifikasi untuk menguatkan eksistensi Lemooin di pasar lokal. Berkat kerja kerasnya, Lemooin tak hanya menjadi rising star di bidang peternakan, melainkan dapat dikenal di beberapa kota yang ada di Indonesia, termasuk Jakarta.
Terlepas dari kesuksesannya, nama Heri Purnomo mungkin belum begitu familier, tetapi---secara tidak langsung---pencapaiannya telah menginspirasi banyak Milenial dan Gen-Z agar tidak takut memulai usaha dan terus berinovasi. Berikut 5 fakta menarik mengenai Heri Purnomo, founder dan CEO Lemooin.
1. Mengawali Karir sebagai Seorang Petroleum Expert
Sebelum terjun menjadi pengusaha, Heri lebih dulu berkarir sebagai seorang Petroleum Expert di salah satu perusahaan minyak terkemuka. Ketika memutuskan untuk menjadi pengusaha, ia hanya bermodal nekat, kemauan belajar yang tinggi, dan sikap pantang menyerah.
"Saat mendirikan Lemooin, saya bahkan tak memiliki ilmu peternakan karena keilmuan yang saya geluti adalah engineering. Namun, sebagai orang yang pantang menyerah, suka tantangan, dan belajar, tak butuh waktu lama bagi saya untuk menguasai apa yang saya kerjakan. Bahkan, seperjalanan waktu, dengan aktifnya saya di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Timur dan bergaul dengan teman-teman pengusaha membuat saya mendalami industri ini," ungkapnya.
2. Sempat Mengalami Kerugian dan Kegagalan
Tidak ada hal yang mulus-mulus saja di dunia ini, termasuk saat membangun suatu bisnis. Juara Astra Startup Challenge 2021 mengaku bahwa sebelum mendirikan Lemooin ia sempat mencoba bisnis di bidang food and beverage (FnB) dan furniture. Namun, gagal dan mengalami kerugian.
"Keterbatasan akses, market, dan manajemen yang buruk membuat kedua bisnis tersebut terpaksa ditutup. Saya bahkan harus vakum setahun untuk meyakinkan diri saya berbisnis kembali karena memang kerugiannya tidak sedikit," tuturnya.
"Menurut saya, kegagalan adalah suatu proses dan bukan asalan untuk menyerah ketika saya baru memulai sesuatu,' imbuhnya.
 3. Memberdayakan Perempuan dan Mengembangkan Potensi Daerah
Hadirnya Lemooin di tengah-tengah masyarakat konvensional tak hanya menjadi berkah bagi sekitar. Selain mampu membuka lapangan pekerjaan dan memberdayakan perempuan dengan mengajaknya bekerja di Lemooin, Heri juga secara tidak langsung mengembangkan potensi daerah asalnya, Tuban.
"Bisnis sapi tak hanya menjanjikan, tetapi potensinya cukup besar, khususnya jika dikembangkan di Tuban. Keberadaan tak hanya mampu memutar roda perekonomian daerah, tetapi juga sebagai bentuk pengabdian saya kepada Indonesia. Saya ingin membantu pemerintah menyukseskan swasembada pangan nasional," jelasnya.
4. Mengajak Peternak Lokal sebagai Mitra Usaha
Tak hanya orientasi pada profit, alasan Heri mendirikan Lemooin adalah untuk membantu peternak lokal agar bisa mendapatkan fair price karena selama ini mereka seringkali menjual rugi daging ke pedagang lokal.Â
Ia coba merangkul para peternak dengan memberikan mereka edukasi terkait beternak secara modern dan cara menghasilkan daging premium dengan budget minimum. Tak hanya itu, ia juga mengajak peternak sebagai mitra Lemooin. Hal ini tentunya menciptakan simbiosis mutualisme antara peternak lokal dan perusahaan.
5. Melakukan beragam Sertifikasi untuk Membangun "Trust" Customer
Selain melakukan diversifikasi produk ke daging olahan dan menjalin kerja sama dengan distributor dan e-commerce seperti Tanihub, Sayurbox, dan Tokopedia, Heri juga meningkatkan kepercayaan customer melalui sertifikasi produk seperti Halal, NKV, BPOM, CoA, dan HACCP. Ia yakin apa yang dilakukannya akan meningkatkan kepercayaan customer dan calon customer terhadap Lemooin.
"Branding yang baik akan membawa kita pada customer dan dapat meningkatkan sales. Saya sangat percaya teori itu. Prosesnya memang tidak instan, tetapi hasilnya pasti. Jadi, saya tidak pernah merasa rugi investasi banyak ke branding. Sebab, trust customer adalah kunci keberlangsungan bisnis ini," tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H