2. Festival Anak Bajang dilandasi keyakinan bahwa harapan akan dunia yang lebih baik--- dunia yang keluar dari buruk-rupanya pandemi---harus diwartakan agar menjadi keceriaan bersama.Â
Jurnalistik menjadi ujung tombak penyebaran harapan dan keceriaan itu. Festival Anak Bajang mengajak semua pihak, lebih-lebih para pekerja media, untuk tetap tangguh dalam menyebarkan optimisme.
3. Festival Anak Bajang menghadirkan sosok "Anak Bajang" sebagai sumber belajar. Belajar untuk menerima keadaan, belajar hidup sederhana, belajar untuk bersolidaritas dan terus memberi meski keadaan terbatas.Â
Festival Anak Bajang mau menggambarkan sebuah proses belajar secara merdeka. Juga belajar untuk merdeka dari semua hambatan dan keterbatasan.Â
Festival ini merupakan langkah awal Museum Anak Bajang dalam mendukung program Merdeka Belajar yang dicanangkan Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Festival Anak Bajang diselenggarakan secara hybrid (online dan offline terbatas) pada Senin, 27 September 2021, oleh Museum Anak Bajang bekerja sama dengan berbagai pihak.Â
Festival diisi dengan:
- peresmian Museum Anak Bajang oleh Direktur Jendral Kebudayaan Kemendikbudristek
- perayaan 40 tahun Anak Bajang Menggiring Angin, ditandai dengan peluncuran edisi cetak-ulang.
- peluncuran cerita bersambung Anak Bajang Mengayun Bulan
- pameran lukisan "Sukrosono" oleh Susilo Budi
- pentas tari oleh sanggar tari Bambang Paningron
- pementasan wayang "Sumantri Ngngr" oleh Ki Purwoko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H