Mohon tunggu...
Advertorial
Advertorial Mohon Tunggu... Editor - Akun resmi Advertorial Kompasiana

Akun resmi Advertorial Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

KOPPI, Inovasi Kedai Kopi yang Mengintegrasikan Aplikasi, Data, dan Teknologi

6 Februari 2019   13:58 Diperbarui: 6 Februari 2019   14:07 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengonsumsi kopi kini bisa setiap hari, bisa pre-order, tiba lebih cepat, tanpa mengantri dan dengan harga terjangkau.Buhkun, sekali klik bisa langsung ngopi.

Inovasi terbaru di bisnis kedai kopi hadir di awal tahun 2019. PT Kopi Petani Indonesia meresmikan bisnis yang memadukan pengalaman offline dan online untuk menikmati kopi berkualitas melalui aplikasi KOPPI.

KOPPI merupakan aplikasi sekaligus kedai kopi on-demand yang mengintegrasikan aplikasi, data, dan teknologi. Artinya, masyarakat bisa memesan kopi terlebih dahulu (pre-order) dengan mengatur waktu pengambilan pesanan (pick-up) atau dengan layanan pengantaran ekspres (delivery).

Tony Arifin, Founder sekaligus Chief Executive Officer KOPPl menuturkan, KOPPI sejatinya diciptakain untuk mengakomodasi kebutuhan serta tren ngopi masyarakat perkotaan. Hal itu bisa dilihat dari menjamurnya kedai kopi di Jakarta yang berskala kecil hingga besar.

"Penikmat kopi kini sudah menyebar ke segala lapisan usia, status social dan gender. Tantangannya adalah bagaimana ngopi itu bisa lebih cepat dan mudah, terjangkau, dan rasa kopi yang ditawarkan harus berkualitas," kata Tony saat konferensi pers pembukaan kedai KOPPI di Oakwood, Mega Kuningan pada Kamis (31/1/2019).

Tony memaparkan, berdasarkan hasil survei internal yang dilakukan KOPPI bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli atau mengonsumsi kopi setiap hari. Antara lain masalah kecepatan, kemudahan, harga, dan kualitas rasa.

Untuk faktor yang pertama misalnya, konsumen enggan mengantri lebih dari 15 menit hanya untuk membeli segelas kopi atau menunggu layanan pengantaran lebih dari 45 menit sehingga menyebabkan kualitas kopi menjadi tidak segar dan sudah encer.

Mahalnya harga segelas kopi yang dinikmati di kedai atau diantar (grab and go) juga menjadi faktor penentu. Survei menyebutkan, kemampuan seseorang untuk membeli kopi setiap hari hanya sekitar Rp 15.000 - Rp 30.000 per gelas.

konferensi pers pembukaan kedai KOPPI
konferensi pers pembukaan kedai KOPPI
Di sisi lain, meski kini banyak merek kopi yang menawarkan harga yang murah adalah hal yang paling sering dikeluhkan konsumen untuk melakukan pembelian. Rasa yang berlebihan seperti terlalu manis adalah hal yang paling sering dikeluhkan konsumen.

Berangkat dari isu tersebut, KOPPl menjawab tantangan melalui layanan pre-order pengantaran ekspres, menggunakan bahan berkualitas, serta harga yang terjangkau sehingga setiap orang bisa ngopi setiap hari.

Untuk kualitas rasa contohnya, KOPPI mempercayakan World Barista Champion 2014, Hidenori Izaki, untuk mengembangkan menu KOPPl. Hidenori akan menempati posisi sebagai Beverage Manager yang bertanggungjawab atas kuaitas minuman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun