Mohon tunggu...
Advertorial
Advertorial Mohon Tunggu... Editor - Akun resmi Advertorial Kompasiana

Akun resmi Advertorial Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Taipa dan Coloane, Sisi Lain dari Ingar Bingar Kota Macao

17 Juli 2018   15:34 Diperbarui: 17 Juli 2018   15:36 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertemunya alam dan budaya di Taipa | Sumber: Vicky Amin

Mungkin semua orang sudah tahu kalau Macao sangat identik dengan kemewahannya. Kasino-kasino kelas internasional, restoran mahal, bangunan-bangunan megah dan hotel-hotel mewah, adalah pemandangan lazim yang menghiasi area pusat kota, yang bahkan sudah dapat terlihat ketika pesawat hendak mendarat di tanah Macao. Meski demikian, perlahan-lahan masyarakat dunia mulai melihat Macao dari sisi lainnya yang tak kalah menarik perhatian: perpaduan budaya barat dan timur.

Sebagai mantan jajahan Portugis, tak heran kalau kecantikan ala Eropa masih bisa terasa di kota Tiongkok ini. Tapi bukan berarti kedua budaya itu berdiri sendiri-sendiri, terpisah dan seolah-olah tak bertemu---sentuhan elegan Portugis serta elemen khas Tionghoa menyatu begitu apik di Macao, membuat siapapun dapat menikmati bangunan-bangunan batu Gotik dan pasar-pasar ala film-film Mandarin dalam waktu bersamaan.

Tapi ternyata, kecantikan Macao tak berhenti hanya sampai situ. Keluar dari Macao Peninsula dan sekitarnya, di mana kasino beroperasi dan bangunan-bangunan sejarah berdiri, ada dua lagi wilayah kota yang seperti tak tersentuh kisruhnya turis dan kesibukan ala kota besar. Mereka adalah Taipa, dan Coloane.

Wajah Macao yang belum banyak terekspos

Terbaring tepat di sebelah selatan pusat kota, segera setelah melewati jembatan-jembatan yang menghubungkan Macao di sisi daratan dengan Macao yang berada di pulau-pulau---adalah Taipa. Satu dari empat wilayah utama Macao yang sebenarnya sudah sedikit mencicipi megahnya dunia perjudian dengan beberapa nama kasino besar berdiri di atasnya. Namun kalau semua itu diambil, Taipa mungkin tidak akan begitu kebanjiran pengunjung.

Padahal area inilah wajah asli Macao. Di mana barat dan timur bertemu dan menyatu sebagaimana keduanya dipertemukan semasa zaman penjajahan, ketika kasino belum menjadi nama tengah Macao. 

Keasliannya bisa dilihat dalam Taipa Houses Museum, sebuah museum berbentuk rumah asli budaya Macao, yang menceritakan kehidupan para penduduk Macao keturunan Portugis. Lokasinya berada di sebuah kompleks taman asri yang memancarkan sisi alami Macao, di mana terdapat sebuah danau besar dengan hotel-hotel mewah di seberang sana---seolah-olah membatasi wilayah ini dari bisingnya orang-orang yang datang untuk berjudi.

Kuliner tiada henti 

Tak jauh dari Taipa Houses Museum, ada sebuah kompleks kuliner bernuansa agak kekinian yang kian menunjukkan bahwa Macao serius untuk keluar dari label "identik dengan kasino"-nya. Namanya adalah Taipa Village. Luasnya memang tak seberapa, dan lokasinya masih berada di bawah bayang-bayang kemegahan kasino ala Macao. Tapi area ini berdiri pede di balik besarnya Venetian Macau, menyajikan beragam pilihan makanan yang jauh lebih bisa dijangkau daripada yang ada di hotel besar itu.

Salah satu jajanan lezat yang bisa ditemukan di Taipa Village | Sumber: Vicky Amin
Salah satu jajanan lezat yang bisa ditemukan di Taipa Village | Sumber: Vicky Amin
Dan ketika saya bilang "beragam makanan", saya benar-benar mengatakannya. Karena pilihan kuliner yang ada di Taipa Village betul-betul sangat beragam, mulai dari kelas toko-toko kecil penjual kue mochi, atau kios-kios penjaja bola-bola ikan dengan sup kari, hingga kedai-kedai ramen, dan bahkan restoran-restoran berbintang Michelin! Semuanya berdiri sebelah-sebelahan, saling berdempetan bahkan, dalam wujud bangunan-bangunan mungil khas lorong-lorong Eropa, berselimutkan atmosfer khas Tionghoa yang membuat Macao semakin cocok dengan istilah "East Meets West".

Menyatu dengan alam Macao

Lebih jauh lagi dari Taipa, adalah Coloane. Ini dia satu-satunya wilayah kota yang belum tersentuh jaringan kasino besar yang telah menjamur di Macao Peninsula dan Taipa. Tentu saja perpaduan Portugis dan Tionghoa masih bisa dirasakan di sini, terutama di area Coloane Village, tempat di mana sebagian besar tamu menginjakkan kaki mereka untuk pertama kalinya di Coloane. Nuansa yang sama seperti di Taipa dapat ditemukan di sini, namun dengan suasana yang relatif lebih tenang. Sekadar duduk-duduk sambil ngemil saja rasanya sudah jadi suatu hal yang menyenangkan.

Dan berbicara soal ngemil, Coloane adalah tempat di mana toko eggtart paling tua di Macao berada, Lord Stow Bakery. Sebagai kota yang memang terkenal akan eggtart-nya, menikmati citarasa kue khas Portugis itu di tempat di mana ia dilahirkan rasa-rasanya seperti sebuah kewajiban bukan? Beli setengah lusin, lalu bawa ke area alun-alun kapel St. Francis Xavier yang berada tak jauh dari sana. 

Inilah satu lagi landmark Coloane yang mengisyaratkan betapa area ini berada sangat jauh dari ingar bingar pusat kota Macao---begitu tenang, begitu sunyi dan sejuk, dengan pepohonan rindang dan riuh air mancur kecil di bagian depan alun-alun. Semua ketenangan ini akan terasa makin nikmat, karena Coloane adalah sisi paling alami dari seluruh wilayah di Macao. Ya, potret alam yang asli menjadi senjata andalan Coloane.

Hac Sa, pantai kebanggaan masyarakat Macao | Sumber: Vicky Amin
Hac Sa, pantai kebanggaan masyarakat Macao | Sumber: Vicky Amin
Berbatasan dengan sisi barat Coloane Village, perairan yang memisahkan Macao dari Tiongkok sudah dapat terlihat. Memang sih, bukan sejenis pantai yang bisa ditemukan di Bali, namun angin segar khas lautan tidak akan pernah absen mengiringi langkah para pengunjung yang berjalan dari arah toko kue menuju area kapel. Tapi kalau berenang di pantai menjadi agenda wajib dalam sebuah perjalanan, Coloane punya jawabannya. Hac Sa Beach, yang secara harfiah berarti "Pantai Pasir Hitam", adalah sebuah ikon alam yang penting di Macao, bukan hanya karena tempat ini menjadi favorit para keluarga menghabiskan akhir pekan saja, tetapi karena pantai ini menjadi bukti kuat kalau Macao pun punya sisi alam yang patut diperhitungkan.

Setelah berjalan-jalan keliling Taipa dan Coloane, kembali ke Macao Peninsula untuk berjumpa lagi dengan gedung-gedung mewahnya terasa seperti sebuah perjalanan ke kota internasional dari sebuah desa tenang yang menyenangkan. Tapi justru karena itulah saya mencintai kota satu ini. Karena sepertinya sulit untuk bisa menemukan keseruan modern yang megah dan mewah, bisa bersatu dengan gaya hidup tenang nan alami---belum lagi, semua itu berbalut budaya barat dan timur yang sama-sama kuat, sama-sama kental, namun saling melengkapi. Hanya Macao yang bisa melakukannya.

---

Ditulis oleh Vicky Amin | Instagram @cheatingtheworld

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun