Dewasa ini, arus digital memang tak terbendung lagi. Salah satu ladang subur dalam pertumbuhan dunia digital adalah media sosial. Media sosial banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia karena efektif untuk saling berkomunikasi dan menyampaikan pendapat atau ide.
Menyadari pentingnya media sosial dalam era digital ini, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkuat penyebaran informasi ketenagalistrikan serta dapat menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan masyarakat Indonesia. Hal tersebut tak lepas dari tugas PLN yang sehari-hari berkutat melayani kebutuhan listrik masyarakat Indonesia.
PLN Coorporate University memulai langkah penguatan itu melalui program Great Opinion Leader Online (GOAL Line) bagi seluruh tenaga humas PLN se-Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia di PLN secara sikap dan perilaku melalui ide dan pemikiran demi kemajuan perusahaan.Sebanyak 20 apprentice atau peserta magang yang telah lolos seleksi mengenyam pendidikan kilat di beberapa media berita nasional seperti Harian Kompas, Kompasiana, dan Metro TV.
“Kami sangat menyadari dampak besar yang ditimbulkan dunia digital. Sebuah foto, video, dan tulisan yang positif akan membangun korporasi PLN di era new media seperti sekarang ini,” kata Wisnu Satriono, Manajer Pelatihan dan Pengembangan Human Capital PLN dalam artikel Kompasianer Anjar Setyoko yang berjudul Akademi Menulis PLN Ciptakan Hubungan Humanis PLN dengan Masyarakat.
Melalui kegiatan Kompasiana Akademi Menulis, Kompasiana sebagai media warga terbesar di Indonesia dipercaya untuk menjadi salah satu wadah pembelajaran apprenticePLN mengenai komunikasi digital. Selama 5 hari, para apprentice dimentori oleh praktisi Kompasiana dan Kompascom dalam membuat karya jurnalistik warga. Nantinya, karya jurnalistik tersebut akan digunakan untuk meningkatkan kepedulian dan pemahaman masyarakat, terutama netizen terhadap sektor ketenagalistrikan.
“Agar komunikasi publik yang efektif bisa terjadi, maka PLN harus menganalisa terlebih dahulu audiens yang dihadapi. Dalam era digital seperti saat ini salah satu audiens yang harus dibidik adalah para netizen,” ujar Muhammad Taufiq, salah satu apprentice dalam artikelnya yang berjudul Saatnya PLN Rangkul Netizen.
Menurut Taufiq, keberadaan netizen harus bisa diposisikan oleh PLN dengan sebaik-baiknya. Dulu ada ungkapan “seluruh pegawai PLN adalah humas bagi PLN” maka sekarang harus ditambah netizen agar mereka juga menjadi mitra informasi dan komunikasi bagi PLN. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi dukungan nyata dari masyarakat bagi PLN untuk dapat terus berkiprah dalam menjalankan tugasnya melayani kelistrikan bagi masyarakat.
Kegiatan para apprentice tak selesai sampai di Akademi Menulis saja. Tiga peserta lulusan terbaik dari rangkaian program yang dilaksanakan di berbagai media di Indonesia diberangkatkan ke Singapura. Ketiga apprentice tersebut menimba ilmu dalam mengelola informasi dan berita di koorporasi media terbesar di Singapura, yaitu Singapore Press Holdings (SPH).
Berkunjung ke SPH membuat pengetahuan Grahita Muhammad dan kedua rekan apprentice-nya bertambah kaya. Dalam artikelnya yang berjudul Mengintip Kantor Stomp, Kompasiana-nya Singapura, ia mengungkapkan dirinya mendapat banyak pelajaran yang dapat diterapkan kepada perusahannya, khususnya di bidang komunikasi. Mengintegrasikan media tradisional dan digital sangat penting dilakukan terutama di tengah arus digital seperti saat ini. Kemudian, mengukur semua aspek komunikasi juga penting, mulai dari selera komunikan paling kini hingga efektivitas pesan yang telah disampaikan.
Kegiatan GOAL Line merupakan bentuk implementasi dari pelajaran yang telah didapatkan para apprentice dari rangkaian program Communication Apprentice Program (CAP), termasuk Kompasiana Akademi Menulis dan Visit ke SPH yang telah berlangsung dari awal tahun 2016. Para apprentice diberikan penugasan membuat rilis dan artikel di blog atau media sosial. Semua itu akan dievaluasi dan dinilai dalam dua tahap, kemudian akan dan diumumkan pada 30 Desember 2016. Hasil penilaian tersebut dikategorikan dalam dua jenis yaitu Fast Moving dan Slow Moving. Dengan demikian, kompetensi para apprentice tetap terjaga dan semakin berpacu dalam menimba ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H