“Sebenarnya kami ingin masyarakat tahu bagaimana perjuangan teman-teman kami di lapangan yang berjuang mengaliri listrik hingga ke pelosok negeri dengan penuh tantangan bahkan tidak jarang berhadapan dengan maut,” kata Sumber Arustie Utami, staf humas Perusahaan Listrik Negara (PLN) di sela-sela perjalanan menuju Singapura pada 29 Agustus 2016 lalu.
Hal senada juga dilontarkan Bayu Aswenda dan Grahita Muhammad, staf humas PLN lain yang berasal dari Kalimantan dan Jawa. Mereka bertiga adalah staf humas terbaik PLN selama mengikuti Communication Apprentice Program (CAP) yang digagas PLN sejak awal tahun ini. Ketiganya berangkat ke Singapura setelah dinyatakan sebagai lulusan terbaik dari rangkaian program yang dilaksanakan di berbagai media di Indonesia, salah satunya mengikuti kegiatan Akademi Menulis Kompasiana.
Keberangkatan mereka ke Singapura dikemas dengan kegiatan Kompasiana Visit Singapore, hasil dari kerjasama PLN dan Kompasiana. Dengan didampingi pihak Pusat Pendidikan dan Pelatihan PLN Pusat dan Kompasiana, mereka bertiga melakukan serangkaian kunjungan dan tentunya perjalanan wisata esensial.
Kegiatan ini berlangsung selama lima hari pada tanggal 29 Agustus sampai 2 September 2016. Beberapa media yang berada di bawah korporasi media terbesar Singapore Press Holdings (SPH) jadi agenda utama. Di hari pertama, mereka berkunjung ke ruang redaksi harian terbesar di Singapura yaitu The Straits Times yang telah berusia lebih dari seratus tahun.
Di hari kedua dan ketiga, menjadi kunjungan yang cukup berarti. Mereka diterima oleh Azhar Kasman, Editor media warga Stomp dan beberapa awak media lain yang berada pada divisi drup digital SPH seperti Razor TV dan Asia One.
Pengelolaan media warga seperti halnya Kompasiana di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi para Apprentice. Mulai dari pengelolaan informasi yang semuanya murni dari laporan warga, kemasan berita hingga cara mereka menanggapi dan merespon para pengguna serta pembacanya.
Penggunaan beberapa social media tools,seperti Facebook, Twitter, Instagram dan bahkan sampai kepada aplikasi obrolan WhatsApp menyita perhatian para Apprentice. Stomp, media warga yang kerap mendapatkan penghargaan di industri media ini memiliki keunikan dalam membuka pintu bagi Singaporean dalam melaporkan suatu peristiwa melalui jalur WhatsApp yang di Indonesia masih dominan digunakan sebagai medium obrolan sehari-hari antarpengguna.
Bayu Aswenda berkomentar tentang konten berita dan informasi dalam media di Singapura yang dirasakan sangat berbeda dengan media di Indonesia. Dalam artikelnya yang berjudul Stomp, Kompasiana Ala Singapura, Bayu menilai pemanfaatan media sosial WhatsApp oleh Stomp ini sangatlah menarik. Kenapa? Karena dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah antara tim Stomp dan masyarakat sebagai penyedia informasi dan berita.
Grahita Muhammad lebih dalam berkesimpulan tentang pentingnya mengoptimalkan integrasi media dalam menyajikan informasi dan berita kepada para pembaca. Seperti yang dituturkannya dalam artikel berjudul Menyicip Rasa Media Raksasa Singapura bahwa integrasi media antara bentuk media lama dan media baru sangat penting dilakukan terutama di tengah perkembangan teknologi canggih seperti sekarang ini.