Pesatnya perkembangan area lahan ini juga mencerminkan keterbukaan petani dalam mengadopsi teknologi ini. Sebagai pengguna utama dari produk benih jagung bioteknologi, petani di Filipina telah diuntungkan dalam hal peningkatan produktivitas. Suatu penelitian setempat memperlihatkan bahwa pada tingkatan petani, rata–rata jagung bioteknologi meningkatkan hasil panen sekitar 20 - 25 persen dibandingkan jagung hibrida biasa. Karena peningkatan produktvitas ini, petani akan mendapatkan tambahan penghasilan sebesar 10 - 15 persen. Selain itu, setelah lebih dari sepuluh tahun mengadopsi teknologi ini, saat ini Filipina telah sukses mengubah Filipina dari importir menjadi Negara pengekspor jagung.
Perkembangan riset bioteknologi juga terus tumbuh disokong oleh pemain lokal dan internasional. Banyak perusahaan riset berskala global dan terkemuka menempatkan Filipina sebagai pusat penelitian dan pengembangan untuk bioteknologi pertanian dan pangan. Selain itu, berkat kolaborasi dan dukungan semua pemain, ilmuwan local dan universitas di Filipina mulai mengembangkan berbagai produk bioteknologi pertanian yang sesuai dengan kondisi pertanian setempat, seperti padi dengan fortifikasi vitamin A, tanaman terong bioteknologi, dan lain sebagainya.
Pengalaman Filipina selama lebih dari sepuluh tahun ini merupakan pelajaran berharga bagi Indonesia, untuk lebih serius dan memprioritaskan teknologi, inovasi dan pengetahuan, sebagai ujung tombak pengembangan pertanian di negara kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H