Mohon tunggu...
Adven FN Hutajulu
Adven FN Hutajulu Mohon Tunggu... Mahasiswa -

tinggal di surabaya dan berkuliah di ITS

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Menggali Passion Hingga Mengejar Mimpi

15 Januari 2017   17:37 Diperbarui: 15 Januari 2017   17:44 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki dunia perkuliahan, saya semakin terbiasa dengan berbagai jalan hidup mahasiswa. Sejak  masih berstatus mahasiswa baru, saya mengikuti berbagai kegiatan dan aktif di berbagai organisasi demi mencari passion  sebenarnya dalam diri saya.

Dari sekian banyak organisasi yang saya ikuti, saya paling jatuh hati di dua organisasi terakhir yang saja jalani. Sebenarnya keduanya bukanlah organisasi karena bukan sekadar grup mahasiswa dengan rencana kerja tertentu. Tetapi ada nilai lebih daripada itu.

Yang pertama adalah kegiatan saya selama melayani sebagai volunteer di kantor Hubungan dan Kerjasama Internasional di kampus saya. Kantor ini biasa kami sebut International Office (IO). Di IO saya terlibat dalam berbagai pelaksanaan workshop internasionalisasi. Saya sering didaulat menjadi moderator ataupun penanggung jawab workshop.

Selain itu saya juga ikut telibat dalam menyelenggarakan berbagai seminar  dan konferensi internasional di kampus saya. Bahkan, saya juga aktif ambil bagian menyukseskan short program kampus kami yang selalu berhasil mendatangkan lebih dari 40 orang asing dari Asia hingga Amerika. Dari tempat inilah saya menyimpulkan bahwa saya menyenangi dunia global dan menikmati kehidupan sosial bersama orang orang dari negeri asing.

Ditempat kedua, saya bekerja paruh waktu sebagai penulis. Tepatnya sebagai jurnalis kampus. Saya bertanggung jawab memberitakan hal hal yang terjadi dikampus baik peristiwa maupun prestasi kampus saya. Saya sangat bangga karena di tempat inilah saya menemukan passion menulis saya.

Bahkan, ditempat ini pulalah saya diberikan hak istimewa menampilkan berbagai tulisan saya di website resmi kampus kami. Seringkali  saya beroleh kesempatan berbincang hangat dengan berbagai orang penting di Indonesia. Saya pernah bertatap muka empat mata mewawancarai Ibu Menteri Susi Pudjiastuti, Bapak Nuh, Tri Rismaharini, Dwi Soetjipto, Joni Hermana, dan beberapa orang penting lainnya.

Ternyata kegemaran saya ini memberikan saya kesempatan menggali lebih jauh kedalaman dan keindahan dunia global. Bagaimana bisa? Saja akan jelaskan lebih rinci.

Selama saya menikmati dunia volunteering di IO, saya memiliki keinginan besar menikmati penjalanan internasional dan merasakan gaya hidup yang berbeda di negeri orang. Orang banyak bilang, mengukir life changing experience. Ya, saya ingin belajar ke luar negeri. Berangkat dari hal inilah saya mengasah kemampuan bahasa, berbicara, bernegosiasi dan melobi, dan banyak kemampuan lain.

Untuk pergi ke negara orang, tentu saya juga mengejar beasiswa. Banyak program yang menawarakn perjalanan keluar negeri. Tetapi program berbeasiswa rasanya lebih sexy. Apalagi jika dibayari penuh, rasanya seperti sudah disurga saja.

Akan tetapi, mendapatkan beasiswa bukanlah hal mudah. Banyak seleksi yang harus dilewati. Biasanya, gerbang awal yang harus dilewati adalah seleksi dokumen. Disinilah kemampuan menulis saya diuji.

Sekali lagi, passion menuntun saya mengejar mimpi. Pengalaman bekerja sebagai jurnalis kampus,  telah berpengaruh banyak dalam mengasah kemampuan menulis saya semakin terasah. Selama menjadi reporter, saya tak hanya menulis berita ataupun majalah, saya berulang kali mendapat kesempatan belajar menulis essay motivasi, rekomendasi, dan profil diri saya. Ketiga hal inilah yang sering diminta dalam seleksi dokumen beasiswa ke luar negeri.

Seringkali saya jatuh bangun dalam mengejar beasiswa. Berbagai penolakan saya terima. Saya ditolak di Jepang, Korea, Amerika, Vietnam, Laos dan Portugal. Tetapi saya tak pernah menyerah.

Ternyata selain kemampuan, juga butuh kesabaran dan keuletan. Setelah berbagai penolakan tersebut, saya belajar dari kesalahan dan memperbaiki diri hingga akhirnya saya mendapat kesempatan berkuliah di negeri gajah putih selama satu semester. Ya, saya di Thailand selama lima bulan dengan beasiswa penuh dari kampus Chulalongkorn.

Selama di Bangkok, saya menjaga keamanan dan kesehatan saya. Tentu saya tak mau mendapat penyakit di negeri orang. Saya harus tetap sehat dan fit agar saya bebas menjalani passion saya disana. Lima bulan disana saya habiskan menggali jati diri serta menambah kazanah ilmu saya dengan belajar kebudayaan Thailand.

Sekembalinya dari sana, saya kembali ke kampus saya di Indonesia. Dua bulan kemudian, beasiswa short program ditawarkan oleh teman kepada saya. Di negara yang sama namun beda kota, saya ditawari program pengambangan kepemimpinan.

Tak ingin buang kesempatan, saya kembali menguji kemampuan saya dengan mengirimkan aplikasi. Sebulan kemudian, saya mendapat kabar baik bahwa saya terpilih menjadi salah satu dari enam puluh peserta terbaik di program tersebut. Pesertanya ternyata mulai dari Asia hingga Rusia. Perjalanan kedua saya pun dimulai dan saya sangat beruntung saat itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun