Mohon tunggu...
Adventio Purnamadya
Adventio Purnamadya Mohon Tunggu... Full Time Blogger - just be yourself

berdamailah dengan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pangan 19, Kurangi Ketergantungan pada Beras

30 Oktober 2019   18:44 Diperbarui: 30 Oktober 2019   18:52 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beras. Siapa yang tidak kenal dengan dengannya? bagian bulir dari bulir padi yang digunakan oleh sejak zaman kerajaan dan kemudian menjadi makanan pokok hingga sekarang.

Kandungan karbohidrat yang tinggi pada beras, memiliki harga murah, dan tersebar hampir di seluruh pasaran membuatnya menjadi salah satu daya rarik dan primadona bagi masyarakat Indonesia dibanding dengan bahan pangan yang lain. Hal ini ditunjukkn melalui data BPS tahun 2018, konsumsi beras pertahun Indonesia sebesar 80.641 kapita/tahun.

Namun dibalik kelebihan beras, membuat bahan pangan lain menjadi dikesampingkan oleh masyarakat Indonesia hingga menjadi sangat bergantung pada beras. Hal ini terlihat di mana saat pemerintah ingin menaikkan harga beras, banyak masyarakat yang mengeluh karena jika harga beras naik, harga kebutuhan lain seperti sembako juga akan naik. Belum lagi masalah lingkungan seperti musim kemarau yang membuat produksi beras turun dan menghambat produksi nasional dibanding konsumsi nasional.

Pergesaran budaya akibat ketergantungan pada beras sudah terjadi. Masrayakat lokal yang semula sudah memenuhi kebutuhan pangan mereka dengan mengkonsumsi dan bahan pangan lain sudah beralih pada beras.  Hal inilah yang mengakibatkan jika suatu saat beras mengalami kelangkaan, masyarakat yang sudah terbiasa mengkonsumsi beras akan susah kembali beralih ke bahan pangan lain karena beras yang semula mudah didapat dipasaran.

Seperti pada fenomena kasus kelaparan yang terjadi di papua pada tahun 2018 lalu. peristiwa ini akan bisa menjadi masalah serius karena akan menghambat penguatan pangan lokal. Disamping itu pada tahun 2018, Indonesia juga masuk dalam peringkat ke 6 se asia tenggara untuk negara dengan persoalan kelaparan menurut laporan Global Hunger Index (Katadata.co.id).

Dari masalah yang pangan yang kita hadapi inilah, bisa kita kaitkan dengan hari pangan sedunia atau orld Food Day yang dilaksanakan 16 Oktober kemarin. Mengangkat tema "Teknologi Industri Pertanian dan Pangan Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045" atau "Our action are our future", peran pemerintah maupun masyarakat dapat ditingkatkan kembali khususnya untuk mengatasi kelaparan yang ada di Indonesia.

Hal ini perlu dilakukan agar mengubah pola pikir masyarakat tidak hanya bergantung pada beras saja melainkan bahan pangan lainnya. Indonesia memiliki banyak bahan pangan yang banyak tersebar di hampir seluruh wilayah indonesia bisa mengantikan beras yakni ubi jalar, sagu, jagung dan lainnya. Data menyebutkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 90% luasan sagu di dunia, dengan 85%-nya terdapat di Provinsi Papua dan Papua Barat (http://agro.kemenperin.go.id).

Dari hal inilah kita dapat kembali memanfaatkan kembali penggunaan sagu yang sudah lama kita tinggalkan. selain pemanfaatan kembali sagu. Mencuatkan kembali budidaya ubi jalar yang masih di anggap belum maksimal juga patut diperhatikan. Dengan memanfaat kembali bahan pangan diatas, pekerjaan pemerintah dan petani dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia seperti beras bisa diringankan karena dianggap sudah telalu berat.

Inovasi Teknologi pangan yang bisa guna dignakan adalah beras analog. Beras analog adalah beras yang dicampur dengan bahan baku pangan baku lokal, seperti jagung, singkong dan sagu. Menumbuhkan kesadaran pentingnya untuk tidak membuang makanan dengan mengambil sesuai kecukupan juga patut kita lakukan mengingat juga banyak orang yang membutuhkan makanan.

Mewujudkan hilangnya kelaparan di Indonesia mungkin menghadapi banyak masalah dan proses yang panjang. Tapi dengan kerjasama dan kontribusi semua pihak yang terkait, bukan tidak mungkin kelaparan di bisa teratasi dan hilang di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun