Jauhnya terasa jarak tempat tinggal di Kampung Tangah Lubuk Alung dengan lokasi isolasi di RSUD Sumbar di Kota Pariaman, Yardi minta pindah isolasi ke Grand Safir di Batang Tapakih, yang juga sebagai tempat khusus pasien covid.
Akhirnya, Yardi diisolasi selama 16 hari di tiga tempat. Pertama di RSUD Padang Pariaman di Parit Malintang, lanjut di RSUD Sumbar di Kota Pariaman dan Grand Safir di Batang Tapakih, dekat Lubuk Alung.
"Pulang dari isolasi, bersileweran isu, kalau saya menerima uang yang nilainya sehari itu Rp500 ribu," ulas Yardi. Tentu ia senang di karantina karena ada uang yang banyak di dapatkan. Itulah bunyi cerita yang berkembang.
Namun, Yardi membantah itu semua. "Dilayani selama karantina, ia. Tapi dikasih uang sepulang karantina, itu tidak benar. Kita dilayani makan, minum, olahraga teratur. Kalau tak mau olahraga semisal sedang malas, dituntut untuk berjemur agak 20 menit," sebutnya.
"Alhamdulillah, akhirnya, ibarat permainan kedudukan seimbang dan sama. Dua kali positif dan dua kali pula negatif," ungkap Yardi.
Yardi menyampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak, petugas medis yang dengan setia melayani selama diisolasi, handai taulan yang telah ikut peduli dan berbagi selama dia menjalani karantina.
"Sungguh ini di luar dugaan. Kalau asam lambung, memang sudah lama saya keluhkan. Untuk itu, mari kita jaga terus Prokes ini dengan baik, jaga jarak, selalu pakai masker, dan hindari beramai-ramai," harapnya.
Yardi berhasil keluar dari civid, tanpa menyebar ke orang lain. Termasuk ke keluarga sendiri selamat dengan baik, meskipun sempat pulang ke rumah semalam selama karantina. Begitu juga, sejak dia di tetapkan sebagai covid, kantor Walinagari Lubuk Alung selama sekian hari tutup. Pegawainya menjalani tes swab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H