Mohon tunggu...
Munadry Aslam
Munadry Aslam Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

be yourself, be different

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hanya Ingin Melihatnya Tersenyum...

12 Maret 2011   01:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:52 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"jadi gimana?? Kita pulang skarang??" tanya anak laki-laki itu.

"iya kak, pulangmi skarang.. capek skalika kurasa.." kata anak perempuan itu.

Mereka pun kemudian naik lagi di pundakku dan kubawa mereka meninggalkan pantai sore itu. Mendung kembali dan dalam waktu yang tidak lama rintik hujan kemudian membasahi lagi tubuhku tapi tak deras. Dalam perjalanan pulang kususuri jalan di sepanjang sungai. Disertai angin sepoi-sepoi kuharap terucap kata dari mulut anak laki-laki itu. Kata yang tak pernah bisa ia ungkap kepada anak perempuan itu. Sepanjang perjalanan itu tak pernah sekalipun kudengar anak laki-laki itu mengatakan hal yang menyangkut perasaannya. Mereka terus saja berbincang tentang kuliah, nilai dan dosen mereka di kampus sampai akhirnya mereka tiba di pertigaan jalan.

"Kak, sampai disini saja ya ngantarnya.." kata anak perempuan itu.

"Kenapa? Kenapa tidak sampai rumah?" tanya anak laki-laki itu.

"Mmm.. tidak ada apa-apa, tapi sampai disini saja" kata anak perempuan itu sambil tersenyum.

Anak perempuan itu kemudian turun dari pundakku dan berjalan ke depan. Kulihat anak laki-laki itu terus memperhatikannya. Jauh dan semakin menjauh tampak anak perempuan itu dengan selendang merah muda di punggungnya.

"Dinda..." tiba-tiba anak laki-laki itu memanggilnya dengan setengah teriak. Anak perempuan itu kemudian berbalik dan melihat ke arah anak laki-laki itu. Dia tak menjawab dan hanya tersenyum. Kupikir mungkin inilah saatnya anak laki-laki itu akan menyatakan perasaannya yang tak biasa kepada anak perempuan itu. Perasaan yang telah lama ia pendam. Perasaan yang telah lama tak pernah terungkap.

"Tidakji.." kata anak laki-laki itu. Ternyata dia hanya ingin melihatnya tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun